Anda di halaman 1dari 8

Resume : Serat Tekstil 2

Nama : Yuti Osef Pasaribu


NPM : 19020001
Dosen : Dr. Noerati, S.Teks.,M.T.

I. Serat Poliester
Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietilen tereftalat yang merupakan suatu ester
dari komponen dasar asam dan alkohol yaitu asam tereftalat dan etilena glikol.

Gambar. Reaksi Pembentukan Poliester

Proses pembuatannya dilakukan dengan cara pemintalan leleh. Bahan baku proses pemintalan leleh
umumnya adalah polimer dalam bentuk butiran-butiran kasar yang disebut chips.
Proses pemintalan dilakukan dengan melewatkan lelehan polimer melalui lubang spineret. Setelah
lelehan polimer melewati spineret, polimer didinginkan dengan tiupan udara dingin.

Lelehan polimer disemprotkan melalui lubang spineret ke ruang quench. Di ruang quench lelehan
polimer ditiup udara dingin agar memadat.
Melakukan penarikan filamen yang telah memadat ( tetapi masih lunak), derajat penarikan tergantung
pada kehalusan (nomor) serat yang diinginkan
Drawing bertujuan untuk menaikkan kekuatan tarik serat, Crimping: agar serat yang akan dibuat stapel
menjadi keriting
Poliester memiliki sifat yang khas, yakni dalam pengerjaan dengan larutan kaustik soda bagian kulitnya
akan larut, sehingga diperoleh kain, benang atau serat yang lebih tipis dengan tidak mengubah serat
secara hebat. Pengerjaan ini membuat poliester mempunyai sifat pegangan seperti sutera. Pada
umumnya kehilangan berat sebesar 5% dianggap cukup baik.
 Sifat Fisika
o Kekuatan dan mulur
Terylene mempunyai kekuatan 4.5 gram/denier sampai 7.5 gram/denier dan mulur 25% sampai
7.5% tergantung pada jenisnya. Kekuatan dan mulur dalam keadaan basahnya hampir sama
dengan dalam keadaan kering. Kekuatan poliester dapat tinggi disebabkan karena proses
peregangan dingin pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya pengkristalan
molekul dengan baik, demikian pula berat molekulnya dapat tinggi.
o Modulus dan elastisitas
Poliester mempunyai modulus yang tinggi. Pada pembeban 0.9 gram/denier poliester hanya
mulur 1% dan pada pembeban 1.75 gram/denier hanya mulur 2%. Modulus yang tinggi
menyebabkan poliester pada tegangan kecil di dalam penggulungan tidak akan mulur. Poliester
mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester tahan kusut.
Jika benang poliester ditarik dan kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi dlam 1 menit
adalah sebagai berikut:
Penarikan 2%.................... pulih 97%
Penarikan 4%.................... pulih 90%
Penarikan 8%.................... pulih 80%
o Moisture Regain dan Berat jenis
Dalam kondisi standard moisture regain poliester hanya 0.4%. Dalam RH 100% moisture
regainnya hanya 0.6-0.8%. Berat jenis poliester 1.38

 Sifat kimia
Poliester tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tatapi kurang tahan terhadap basa kuat. Poliester
tahan terhadap zat oksidasi, alcohol, keton, sabun dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut di
dalam metakresol panas, asam triflourorasetat-orto-khlorofenol.
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan basa
lemah tetapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidasi,alcohol,keton,sabun dan zat-zat untuk
pencucian kering. Demikian pula tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri, sedangkan terhadap sinar
matahari ketahanannya cukup baik. Poliester larut dalam meta-kresol panas, trifluoroasetat-orto-
khlorofenol, campuran 7 bagian berat trikhlorofenol dan 10 bagian fenol dan campuran 2 bagian berat
tetrakhloroetena dan 3 bagian fenol. Poliester akan menggelembungkan dalam larutan 2% asam
benzoate asam salisilat, fenol dan meta-kresol dalam air, disperse ½% monokhlorobenzena, p-
dikhlorobenzena, tetrahidronaftalena, metilbenzoat dan metal salisilat dalam air, disperse 0.3% orto-
fenil-fenol dan para-fenifenol dalam air. Poliester meleleh diudara pada suhu 250°C dan tidak
menguning pada suhu tinggi. Seperti serat tekstil lainnya, poliester juga berkurang kekuatannya dalam
penyinaran yang lama tetapi tahan sinarnya masih cukup baik dibanding dengan serat lain. Dibalik kaca
tahan sinar poliester lebih baik dari kebanyakan serat. Benang terylena apabila direndam dalam air
mendidih akan mengkeret sampai 7% atau lebih.
Dimensi kain poliester dapat distabilkan dengan cara heat-set. Heat-set dilikukan dengan cara
mengerjakan kain dalam dimensi yang telah diatur (biasanya dalam bentuk lebih) pada suhu 30-40°C
lebih tinggi dari suhu penggunaan kain sehari-hari. Untuk pakaian biasanya pada suhu 220-230°C.
Penggunaan bahan kain polyester sangatlah luas dan tidak ada batasnya yang mana bahan kain
polyester tersebut bisa digunakan untuk kemeja, kaos, jas, gaun, jaket maupun seragam olahraga.
Bahkan kain polyester tersebut juga bisa dipakai untuk perabotan rumah tangga seperti isolasi listrik,
kain pada furniture, tali, peralatan komputer dan lain sebagainya.

II. Serat CDP


Serat CDP (Cationic Dyeable Poliester) adalah serat poliester yang dimodifikasi, yang tentunya sifat
dan karakteristik dari serat ini tentunya berbeda dari serat polyester biasa. yang dapat dicelup
dengan zat warna kationik.

Serat CDP merupakan serat kopoliester yang dihasilkan dari kopolimerisasi komponen ketiga yang
dapat mengikat zat warna kationik. Komponen ketiga ini ditambahkan pada asam tereftalat dan
etilena glikol sebagai komponen utamanya, dan dapat direaksikan ke dalam rantai poliester. Komponen
ketiga yang biasa ditambahkan ini adalah asam sulfolsoftalat sebagai gugus samping, yang mulai
dikenalkan pada tahun 1960 oleh Du Pont.

Adapun dapat dicelup dengan zw dispersi tidak perlu menggunakan carier maupun termosol karena
serat CDP ini memiliki titek leleh yang rendah, sehingga pada suhu yang tidak terlalu tinggi serat CDP
sudah mengembang dan dengan sangat mudah zat warna dispersi akan masuk kedalam serat CDP.
Selain dapat dicelup dengan menggunakan zat warna dispersi, serat CDP ini juga dapat dicelup dengan
menggunakan zat warna basa ( kationik )yang tergolong kedalam jenis zat warna yang kelarutannya
dalam air besar. Serat CDP dapat dicelup dengan menggunakan zat warna basa karena pada serat
CDP terdapat/mengandung gugus – gugus sulfonat yang berasal dari penambahan asam sulfoisoptalat
sebagai gugus samping dari serat polyester. Adapun gugus sulfonat (SO3Na) ini akan terionkan
dalam air menjadi bermuatan negatif, sehingga mempunyai daya untuk menarik elektron yang
bermuatan positif ( elektropositif ). Serat CDP (bermuatan negatif) akan berikatan dengan zat
warna basa (bermuatan positif) secara ionik dalam sistem pencelupannya.
Penggunaan kain CDP biasanya untuk busana wanita maupun busana pria.

Sifat serat CDP adalah sebagai berikut :


Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, maka bentuk penampang melintang yang didapat adalah
bulat, trilobal.
 Sifat Fisika
o Pengaruh Panas
Akibat dari adanya komponen ketiga, maka derajat orientasi dan derajat kristalinitasnya menjadi
menurun. Jenis – jenis komponen ketiga ini yang terdapat pada kopolimer akan menurunkan
keteraturan susunan kristalinitasnya. Keadaan ini akan menurunkan kekuatan dan titik leleh. Oleh
sebab itu proses persiapannya harus hati-hati dalam mengontrol temperatur.
o Anti Pilling
Memiliki sifat pilling yang baik jika dibandingkan dengan poliester biasa. Karena kekuatan gesekan
filamen CDP relatif lebih rendah dibanding dengan poliester biasa. Serat yang putus karena gesekan
tidak akan membentuk pilling, karena kekuatan seratnya yang rendah, sehingga serat tidak mudah
terlepas.
o Daya Mulur Serat
Daya mulurnya lebih rendah dibanding dengan poliester biasa, tetapi lebih tinggi jika dibanding dengan
wool.

 Sifat Kimia
o Ketahanan Terhadap Asam
Ketahanan cukup baik terhadap asam lemah, tetapi mudah terpengaruh oleh asam kuat. Ketahanan
CDP terhadap asam berbada-beda, tergantung kepada jenis dan konsentrasi asamnya, temperatur
dan waktu pengerjaannya.
o Ketahanan Terhadap Alkali
Ketahanan terhadap alkali lemah pada temperatur yang rendah, tetapi jika temperatur diatas
1000C atau lebih dalam waktu yang lama akan menurunkan kekuatan serat. Jika serat CDP dididihkan
dalam alkali dibawah tekanan, maka kerusakan akan semakin cepat Jika serat CDP dioksidasi dalam
alkali kuat seperti NaOH, akan terjadi hidrolisa pada permukaan serat.
o Ketahanan Terhadap Reduktor dan Oksidator
Serat CDP kurang tahan terhadap reduktor, kekuatan akan cepat menurun, jika dikerjakan pada
waktu yang lama. Tetapi tahan terhadap oksidator
III. Serat PBT
Polibutilen Tereftalat (PBT) adalah suatu termoplastik semikristalin yang termasuk ke dalam keluarga
poliester. PBT banyak dipakai sebagai plastik teknik (engineering plastic) misalnya sebagai komponen
sistem elektrik, konektor, soket elektrik, bobbin, serta komponen insulasi.
Dalam industri tekstil, PBT dibuat menjadi serat dalam bentuk filamen. Keunggulan serat PBT dibanding
serat poliester salah satunya adalah dapat dicelup di bawah 100°C tanpa perlu penambahan carrier
sehingga disebut juga easy dyeable atau carrier free dyeable polyester fibre. Tentunya ini adalah nilai
tambah yang sangat baik karena dapat meminimalkan penggunaan energi, zat kimia (dalam hal ini
carrier) dan polusi bila dibandingkan dengan serat poliester yang biasanya membutuhkan penambahan
carrier bila ingin dicelup pada suhu sekitar 100°C.

Reaksi pembuatan PBT dari DMT


Serat PBT dibuat melalui proses pemintalan leleh dengan mereaksikan dimetilen tereftalat (DMT)
dengan 1,4-butanediol atau asam tereftalat (TPA) dengan 1,4-butanediol. Seperti halnya poliester,
proses pembuatan PBT juga terjadi dalam dua tahap yaitu proses trans-esterifikasi dan polikondensasi.

Pembuatan PBT dari TPA


Kekuatan dan stabilitas dimensinya yang baik terutama dalam keadaan basah serta ketahanan terhadap
klor membuat serat PBT sangat cocok diaplikasikan sebagai pakaian renang. Aplikasi lainnya yaitu
sebagai bahan kaos kaki, pakaian dalam dan karpet.
Serat PBT memiliki stabilitas dimensi yang sangat baik, low moisture absorption, dan resistansi insulasi
yang tinggi. Selain itu sifat elektrik dan sifat mekaniknya pun baik termasuk kekuatan dan rigiditas yang
tinggi serta memiliki sifat ketahanan terhadap beberapa zat kimia, pelarut, dan minyak.
Kekuatan serat PBT adalah 30,91 ~ 35,32 cN / Tex, perpanjangan 30% ~ 30%, titik lelehnya 223 ℃,
kristalisasi 10 kali lebih cepat dari pada mengumpulkan dua tereftalat, memiliki elastisitas elongasi yang
sangat baik dan lembut, karakteristik mudah pencelupan.
Tingkat pemulihan elastis lebih tinggi dari pada poliester. Serat PBT memiliki skalabilitas khusus pada
kondisi basah, dan elastisitasnya tidak terpengaruh oleh perubahan suhu sekitar.
Resistansi kimia yang sangat baik, tahan cahaya dan tahan panas.

Serat PBT dapat membuat baju renang, celana ketat, latihan, baju olahraga, kebugaran, tenis, celana
ketat tarian, jins stretch, celana ski, stoking, aplikasi perban medis dari kain elastis tinggi.

IV. Serat DMT


DMT adalah dimethyl ester dari asam terephthalic (AT). DMT pertama kali diproduksi pada tahun 1950. (
Mc. Ketta 1982 ).
AT diproduksi dari p-xylene yang dioksidasi dengan asam nitrit. Technical grade AT masih banyak
mengandung produk-produk samping seperti color-forming nitorgen compound dan logam-logam
katalis. Zat-zat pengotor ini sulit untuk dipisahkan, dan akan lebih ekonomis dan lebih efisien
jika technical grade AT dipurifikasi dalam bentuk DMT. Walaupun saat ini sudah banyak sekali diproduksi
polimer grade AT (PTA) dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi, DMT tetap diperlukan karena
beberapa resin harus menggunakan DMT dengan alasan teknis.

DMT yang ada di dunia ini digunakan untuk memproduksi polyester jenuh. Antara lain untuk industri :
Polyethylene Terephthalate (PET)
Lebih dari 90 % DMT digunakan sebagai bahan baku PET, Kebutuhannya pada tahun 1992 berkisar
12,6×106 ton. PET ini digunakan untuk memproduksi Textile dan Fiber yang Kebutuhannnya sekitar 75 %,
Food and Beverage Containers 13 %, dan film untuk Audio, video, fotografi kebutuhannya sebesar 7 %.
Polybutylene Terephthalate (PBT)
PBT ini digunakan untuk memproduksi molding resin, solvent free-coatings, electrical insulating
varnishes, aramid fibers, dan adheshives.

Secara garis besar proses pembuatan Dimethyl Terephtalate (DMT) dapat diklasifikasikan menjadi 2
(dua) :
1. Proses pembuatan Dimethyl Terephtalate (DMT) dengan bahan baku utama dari p-Xylene dan
metanol dengan katalis cobalt. Proses ini dikenal dengan proses Dynamit-Nobel ( Proses Witten-
Hercules). Proses ini adalah reaksi pembuatan DMT tanpa memproduksi PTA terlebih dahulu.
Pertama-tama asam toluic dihasilkan dengan mengoksidasi p-Xylene dengan katalis cobalt pada
suhu 1600C dan tekanan 4 – 8 atm yang menggunakan udara sebagai zat pengoksidasi. Asam toluic
diesterifikasi dengan methanol menghasilkan methyl toluate.
2. Proses pembuatan Dimethyl Terephtalate (DMT) dengan bahan baku utama dari asam terephtalat
dan metanol dengan bantuan katalis. Biasanya proses ini dikenal dengan proses esterifikasi.

Esterifikasi AT dan metanol dalam fase cair dengan menggunakan katalis asam sulfat. Reaksi
berlangsung pada suhu yang 250-300 oC dan tekanan 10-20 kPa.
Therephtalate Acid dapat dihasilkan dan dapat diproses menjadi dimethil therephtalate yaitu dengan
proses esterifikasi dengan methanol dan dimurnikan dengan proses destilasi. Proses ini membutuhkan
umpan terepthalat yang mempunyai kemurnian yang tinggi. Terephtalate acid yang murni dan methanol
di mixing dan dipompakan ke reaktor esterifikasi. O-xylene yang dihasilkan di gunakan untuk
meningkatkan proses separasi berikutnya.
Proses esterifikasi terephtalate acid dengan methanol berlangsung pada temperatur 250 – 300 0C tanpa
katalis, namun demikian katalis dapat digunakan. Uap methanol terbawa dengan DMT dan O-xilene dari
reaktor ke kolom O-xilene scrubber, Over head dari reaktor esterifikasi masuk ke methanol kolom,
dalam kolom ini terjadi pemisahan methanol, dengan bottom produk yang terdiri dari DMT, O-xilene
dan impuritis. Pada kolom O-xilene recovery, purifikasi DMT terjadi pada tekanan 10-20 kPa, dan
temperatur 200-300 0C. O-xilene dipisahkan, sedangkan produk tengah 4-formil benzoic dan P-toluic,
produk bawah adalah DMT. Produk tengah dari kolom ini dimasukan kedalam kolom stripper untuk
memisahkan 4-formylbenzoic dan fraksi berat. Produk bawah dari O-xilene recovery dan kolom stripper
di transfer ke kolom purifikasi. Hasil atas merupakan produk utama yaitu Dimethil Therephtalate
sedangkan produk bawah adalah residu

Esterifikasi AT dan metanol dalam fase gas dengan menggunakan katalis alumina aktif pada reaktor fixed
bed. Reaksi berlangsung pada suhu 300 – 330 oC dengan tekanan 1 atm.
AT yang berbentuk kristal harus disublimasi terlebih dahulu dengan uap metanol untuk mempurifikasi
AT dari zat-zat impurities yang volatilitasnya lebih rendah serta logam-logam yang tidak tersublimasi.
Excess metanol yang digunakan harus sangat berlebihan untuk menyublimasi AT. AT dan metanol dalam
fase gas ini kemudian diesterifikasi di fixed bed reaktor yang berisikan katalis alumina aktif. Reaksi
berlangsung sangat cepat pada suhu 300-330 oC dengan konversi reaktor bisa mencapai 96-99 % dan
reaksi samping yang sangat sedikit. Suhu reaktor terbatas pada maksimal 330 oC karena di atas suhu
330 oC akan terjadi minor disintegration, reaksi samping akan banyak, dan problem teknik akan muncul.
AT yang tidak teresterifikasi bisa didesublimasi dan direcycle kembali ke reaktor. DMT beserta produk
lainnya kemudian diembunkan dan dipisahkan dari metanol dengan kristalisasi.

Anda mungkin juga menyukai