Disusun Oleh :
ASHARINI DWI JUNIARTI
P17212195025
A. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya konstinuitas tulang, tlang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Arif, 2008). Fraktur nasal atau
fraktur hidung adalah hilangnya kontinuitas pada tulang nasal.
H. Penatalaksanaan
Fraktur hidung ini harus segera direparasi dengan anastesi lokal dan
immobilisasi dilakukan dengan cara memasukkan tempon tiga sampai empat hari,
patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu-kupu untuk satu
hingga dua minggu (Sjamsuhidayat, 2004).
I. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan radiologi water positions, pada foto cranium
anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan fraktur os nasal dengan
aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral.
Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan penyebab
oleh karena kecelakaan lalu lintas.
J. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanent jika tidak ditangani segera.komplikasi lainnya adalah infeksi,
tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah
cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan
dara eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra
karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi
kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada
fraktur femur pelvis.
Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,mengurangi nyeri
yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi
pasien dari cedera lebih lanjut.
Komplikasi dari fraktur nasal termasuk deformitas secara kosmetik dan
obstruksi saluran napas. Selain itu ada beberapa komplikasi yang lain antara lain
hematoma (membutuhkan drainase untuk menghindari nekrosis septum dan
superinfeksi septum), epistaksis yang tidak berhenti/ bleeding, obstruksi saluran
nafas, kontraktur jaringan parut, deformitas nasal/deviasi, saddling, Kebocoran
cairan serebrospinal, komplikasi orbital.
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC