0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan8 halaman
Teknik gen editing CRISPR/Cas9 memungkinkan penyisipan, penghapusan, atau penggantian DNA di lokasi tertentu dalam genom organisme atau sel. Teknik ini memiliki potensi besar untuk pengembangan terapi penyakit dan peningkatan produksi pertanian, namun juga kontroversial karena memungkinkan modifikasi gen pada embrio manusia.
Teknik gen editing CRISPR/Cas9 memungkinkan penyisipan, penghapusan, atau penggantian DNA di lokasi tertentu dalam genom organisme atau sel. Teknik ini memiliki potensi besar untuk pengembangan terapi penyakit dan peningkatan produksi pertanian, namun juga kontroversial karena memungkinkan modifikasi gen pada embrio manusia.
Teknik gen editing CRISPR/Cas9 memungkinkan penyisipan, penghapusan, atau penggantian DNA di lokasi tertentu dalam genom organisme atau sel. Teknik ini memiliki potensi besar untuk pengembangan terapi penyakit dan peningkatan produksi pertanian, namun juga kontroversial karena memungkinkan modifikasi gen pada embrio manusia.
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar 2017 Desain Bayi? Ya atau Tidak ?
Perkembangan Ilmu biologi molekular dan bioeknologi yang pesat, membawa
pengaruh yang cukup besar serta menawarkan banyak manfaat dan kemudahan yang dapat mengatasi berbagai masalah yang dialami oleh manusia. Istilah biologi molekular pertama kali digunakan oleh William Astbury pada tahun 1945 untuk menjelaskan struktur kimia dan fisika makromolekul biologis (Yuwono,2005). Sedangkan Bioteknologi merupakan salah satu pengembangan ilmu dari biologi molekular, dimana teknologi ini dikembangkan dengan memanfaatkan organisme untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu pengembangan ilmu biologi molekular dan bioteknologi yang banyak digunakan untuk membantu manusia mengatasi masalah-masalah yang dialaminya adalah teknik rekayasa genetika. Rekayasa genetika sering disebut sebagai manipulasi organisme atau suatu teknik menghilangkan susunan genetik yang tidak diinginkan atau untuk menghasilkan susunan genetik baru yang diinginkan ataupun kombinasinya (Patra, 2015). Sebelum kita mengetahui lebih jauh mengenai teknik rekaya genetika ini, terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa itu gen dan DNA. DNA merupakan molekul yang merupakan informasi genetik yang terdapat didalam setiap inti sel. Informasi genetik disusun dalam bentuk kodon yang berupa tiga pasang basa nukleotida (Yuwono, 2005). Urutan dari unit inilah yang membawa informasi genetik tersebut. Sedangkan Gen adalah unit molekul DNA atau RNA dengan panjang minumum tertentu yang membawa informasi mengenai urutan asam amino yang lengkap dari suatu protein. Gen bertanggung jawab terhadap ekspresi dan sifat beragam dalam organisme hidup. Hal ini diakibatkan oleh adanya transfer material genetik yang dicapai dengan bantuan enzim restriksi. Beberapa karya telah dilakukan pada rekayasa genetika berfokus pada peningkatan produksi tanaman pangan dan hewani, diagnosa penyakit, pengembangan pengobatan, serta produksi vaksin dan obat bermanfaat lainnya. Pemanfaatan teknik rekayasa genetika juga luas digunakan diberbagai bidang, mulai bidang pertanian hingga bidang kesehatan. Beberapa diantaranya adalah tanaman transgenik, kultur jaringan, kloning, in vitro fertilization atau dikenal dengan istilah bayi tabung yang telah menjadi salah satu solusi untuk pasangan yang sulit memperoleh keturunan secara alami, dan yang terbaru adalah gen editing. Esai ini akan membahas lebih lanjut mengenai gen editing sebagai salah satu teknik rekayasa genetika beserta manfaat dan kerugiannya. Selama bertahun-tahun ahli biologi molekular mencari proses perbaikan sel untuk memodifikasi DNA organisme. Salah satunya dengan teknologi gen editing. Gen editing itu sendiri adalah penyisipan, penghapusan atau penggantian DNA di tempat tertentu dalam genom organisme atau sel, biasanya dilakukan di laboratorium menggunakan rekayasa nukleases atau lebih dikenal sebagai gunting molekuler. Pada awal kemunculannya, gen editing sempat menyebabkan kegemparan dan mulai tenang di tahun 1990an, tetapi kembali menggemparkan pada tahun 2012, akibat pengenalan alat CRISPR/Cas9 (Carroll dan Charo, 2015). Pada tahun 2013, Feng Zhang seorang peneliti yang bergerak dibidang optogenetik membuka jendela dunia melaluinya editing gen pada sel manusia dengan teknik terbaru yang memiliki kemungkinan terapeutik (Chin, 2015). Kecepatan dan efisiensi CRISPR/Cas9 merupakan langkah yang luar biasa dalam penelitian. Fitur ini dapat memungkinkan untuk meningkatkan identifikasi gen yang terkait dengan penyakit manusia dan memfasilitasi perkembangan terapi untuk memperbaiki gen yang bermutasi. CRISPR/Cas9 adalah alat pengeditan genom yang digunakan untuk menargetkan gen yang ingin dihilangkan dan gen penyebab penyakit pada kelainan genetik tertentu. Gen target diubah, yang membawa perubahan pada germline yang diinginkan untuk diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga penyakit yang menyebabkan gen dapat sepenuhnya dihilangkan (Krishan dan Tanuj, 2015). CRISPR/Cas9 merupakan alat terbaru dari gen editing, yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih mudah digunakan, tingkat keakuratannya tinggi, dan rendah biaya dibandingkan pendahulunya seperti Zinc Finger Nucleases (ZFN) dan Tranzcription Activator Like Efector Nucleases (TALEN). Sistem CRISPR/Cas9 sebenarnya sudah tersedia di alam sebagai sistem kekebalan prokariotik yang memberi perlawanan terhadap elemen genetik asing seperti plasmid, virus, dan bakteri. CRISPR/Cas9 mengacu pada pengelompokkan secara teratur pengulangan palindromik yang pendek. Gen Cas mengkode protein nuklease atau helikase yang terkait dengan pengulangan CRISPR dengan fungsi memotong atau melepaskan DNA. Cas9 diisolasi dari bakteri Streptococus pyogenes dan merupakan nuklease yang mampu memotong DNA di dua tempat pemotongan aktif pada setiap untai heliks ganda dari DNA (Rodriguez, 2016). Cas9 mampu memodifikasi DNA dengan memanfaatkan crRNA sebagai panduan untuk bisa mengenali situs tertentu dalam DNA inang dan membelah satu atau kedua untai DNA. Begitu banyak aplikasi potensial yang ditawarkan dari sistem CRISPR/Cas9 karena kemampuannya untuk memotong DNA genom apapun pada lokasi yang diinginkan dengan menyisipkan protein cas9 dan DNA pemandu yang sesuai ke dalam sel (Zhu, 2015; Hendel et al., 2015). Sistem ini memiliki kemampuan untuk mengedit genom dan regulasi gen pada berbagai jenis organisme yang memfasilitasi penjaringan fungsi gen target dalam biologi dan penyakit. Penyuntingan genom yang efisien telah ditunjukkan pada banyak organisme, termasuk bakteri, tumbuhan, serangga, ikan, reptil, burung dan mamalia (Rodriguez, 2016). CRISPR/ Cas9 dapat direkayasa untuk banyak fungsi yang diinginkan seperti dapat mengenalkan DNA pada germline organisme apapun, memodifikasi gen somatik dengan pengeditan genomik. CRISPR / Cas9 telah dimodifikasi untuk menentukan faktor transkripsi spesifik pada target dan mengaktifkan atau membungkam gen tertentu (Larson et al., 2013). CRISPR / Cas9 juga bisa menonaktifkan gen yang menghambat transkripsinya dengan metilasi DNA yang ditargetkan. Adapun beberapa manfaat dari CRISPR / Cas9 yaitu dapat digunakan untuk membuat model hewan penelitian, meniru penyakit atau pengembangan studi dengan cara bermutasi atau membungkam gen. Sebagai contoh, tikus model ttelah dikembangkan untuk menguji efek buruk mutasi pada kanker dengan memasukkan hilangnya mutasi fungsi pada gen supresor tumor atau mendapatkan fungsi dalam protoonkogen (Chin, 2015). Fenomena mendorong sifat genetik melalui suatu populasi dengan cara yang non-Mendel disebut drive gen. Drive gen yang dipandu RNA berdasarkan teknik CRISPR / Cas9 dapat menyebarkan perubahan sifat selama beberapa generasi dalam populasi yang menyalin genom tersebut. Sebuah metode yang disebut reaksi rantai mutagenik berdasarkan teknik CRISPR/Cas9 dapat menghasilkan mutasi autokatalitik untuk menghasilkan mutasi fungsi mutasi homozigot, menyebar dari kromosom asal ke kromosom homolog pada sebagian besar sel somatik dan germline (Gantz dan Bier, 2015). Di antara kegunaan lainnya, drive gen dapat digunakan untuk mengendalikan spesies invasif yang merusak, pestisida inverse dan resistensi herbisida pada serangga dan gulma di bidang pertanian atau mencegah penyebaran penyakit (Esvelt et al., 2014). Dengan menggunakan kemungkinan ini, peneliti mampu di laboratorium untuk menyebarkan gen pada nyamuk yang mencegahnya dari penyimpanan parasit malaria dan juga untuk membuat nyamuk betina menjadi tidak subur (Rodriguez, 2016). Gen editing juga dapat digunakan dalam biomedis untuk mengembangkan perawatan berbasis jaringan untuk kanker dan penyakit lainnya, sebagai contoh CRISPR /Cas9 dapat menargetkan provirus HIV untuk memediasi eksisi, integrasi genom virus atau mencegah masuknya virus selular (Saymaan et al., 2015) dapat memperbaiki mutasi yang menyebabkan fibrosis sistik pada sel induk usus yang berasal dari pasien (Schwank et al., 2015). memfasilitasi transplantasi organ hewan kepada manusia dengan menghilangkan salinan retrovirus yang ada pada genom hewan yang dapat membahayakan penerima manusia (Rath et al., 2015). Teknik ini juga memungkinkan untuk mengubah DNA pada embrio manusia (Rodriguez, 2016). Namun, dari sekian banyak manfaat teknik gen editing CRISPR /Cas9 seperti yang telah dipaparkan diatas, teknik ini pun menuai kontroversi dari berbagai pihak. Untuk saat ini, sebagian besar topik terhangat tentang CRISPR/ Cas9 berfokus pada potensinya untuk mengedit embrio atau gamet manusia yang disebut germline editing. Penggunaan teknik ini pada zigot atau embrio tahap awal memungkinkan modifikasi semua sel organisme. Termasuk germline yang dapat diberikan ke generasi berikutnya (Rodriguez, 2016). Germline editing pada DNA telah banyak diterapkan pada mamalian termasuk primata (Liu et al., 2014). Untuk pertama kalinya, manusia berhasil melakukan modifikasi terhadap embrio. Penelitian pada tahun 2015 oleh beberapa ilmuwan dari China yang dipimpin oleh Jinjiu Huang dari Universitas Guangzou menjadi tonggak sejarah dalam era desain bayi yang digunakan untuk memperbaiki ataupun menghapus sifat genetik yang tidak diinginkan seperti kecacatan. Mereka mempublikasikan paper pada jurnal protein dan sel, yang melaporkan perubahan DNA menggunakan embrio manusia yang tidak dapat berkembang menjadi bayi (Non-Viable) yang sebelumnya ditolak untuk penggunaan fertilisasi in vitro. Modifikasi yang dilakukan yaitu dengan menghilangkan gen β-globulin (HBB) manusia dari gen germline embrio manusia dihadapkan pada beberapa tantangan, yang membuat mereka menghentikan penelitian sebelum waktunya. Mereka menemukan mutasi off-target pada genom yaitu beta talasemia atau dikenal dengan sel darah merah bulan sabit. Mutasi off- target adalah mutasi yang tidak diinginkan dalam genom yang ditemukan ketika CRISPR/Cas9 memotong urutan DNA lainnya dalam genom yang homolog ke urutan DNA target. Mutasi off-target ini bersifat menganggu dan dapat menyebabkan transformasi atau kematian sel (Zang et al., 2014; Liang et al., 2015). Percobaan yang dilakukan menghasilkan perubahan hanya pada beberapa gen dan menyebabkan efek yang tidak sesuai pada gen lainnya, sehingga belum siap untuk penggunaan klinis. Keprihatinan etis telah diajukan mengenai kemungkinan pengeditan gen pada germline manusia, dengan demikian genom dapat ditransmisikan ke generasi berikutnya, berasal dari gamet, sel telur yang telah dibuahi atau dari divisi embrio pertama (Otieno, 2015). Sampai saat ini, semua intervensi terapeutik pada manusia yang menggunakan gen editing telah dilakukan pada sel somatik, namun eksperimen peneliti China Liang et al., telah menciptakan keptihatinan atas kemungkinan melakukan perubahan dalam germline manusia (Rodriguez, 2016). Perbedaannya terletak pada modifikasi genetik terapeutik yang dimaksud pada germline yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Secara umum, intervensi editing genom terapeutik pada sel somatik dapat diterima secara etis, mengingat keseimbangan antara risiko dan manfaat penggunaannya. Namun, hal yang berbeda terjadi pada germline editing, karena teknik CRISPR / Cas9 dapat menghasilkan mutasi dan efek samping, perubahan yang tidak dapat diprediksi dapat ditransmisikan ke generasi mendatang. Pro dan kontra terkait germline editing hadir dalam beberapa analisis keagamaan namun juga merupakan ciri kecemasan sekuler yang dapat disebut sebagai konsekuensialis. Para ilmuwan, mendukung penelitian dasar tentang CRISPR di jalur sel atau sel somatik, namun tidak melihat CRISPR sebagai teknik yang cukup untuk dikembangkan pada penggunaan klinis dalam melakukan perubahan yang dapat diwariskan kepada manusia. Di sisi lain, metode genital editing ini berfokus pada kemungkinan perbaikan kondisi manusia melalui penghapusan karakteristik atau mutasi yang merugikan. Hal ini memungkinkan orangtua yang ingin memiliki anak dengan karakteristik genetik yang diinginkan. Perubahan tersebut akan terus berlangsung selama beberapa generasi, hal itu bisa menguntungkan tidak hanya pada keturunan langsung, tapi juga semua keturunan orang-orang yang menggunakan teknologi ini. Fenomena perubahan yang sama ini akan diwariskan secara turun temurun, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang efek yang tidak diinginkan atau kerugiannya mungkin jauh lebih besar daripada keuntungan yang diberikan oleh gen editing. Resiko ini akan ditanggung oleh mereka yang tidak memiliki andil dalam keputusan tersebut. Hal ini menghilangkan pembenaran paling umum untuk tindakan semacam itu, yaitu pengambil risiko telah membuat keputusan yang tepat dan sukarela untuk menghadapi risiko tersebut. Meskipun alasan pengambilan keputusan orang tua atas nama masa depan anak, dalam situasi tersebut orang tua yang membesarkan akan berbagi manfaat maupun resiko dengan anak tersebut, sehingga menambahkan beberapa kendala situasional pada tindakan gegabah. Tetapi bila risiko dan manfaat yang mungkin dirasakan sebagian besar dirasakan oleh generasi masa depan akan menghilangkan kendala dalam bentuk rasa percaya diri dan perlindungan diri. Kontroversi yang beredar di kalangan ilmuwan bahkan publik ini, memicu berbagai reaksi dari organisasi internasional. Pada bulan Desember 2015, diadakan Konferensi Internasional tentang gen editing manusia, dengan anggota akademi ilmiah nasional Amerika, Inggris dan China, membahas etika modifikasi germline. Mereka sepakat untuk melangkah lebih jauh dengan penelitian dasar dan klinis berdasarkan pedoman hukum dan etika yang tepat, namun mengubah gametosit dan embrio untuk menghasilkan perubahan yang diwariskan pada manusia diklaim tidak bertanggung jawab. Hasil konferensi juga menyepakati untuk membentuk sebuah forum internasional yang akan menangani dan menyelaraskan peraturan dalam penelitian di seluruh negara (Steven, 2015). Institut Kesehatan Nasional AS juga mengeluarkan sebuah pernyataan, meminta moratorium, melarang pendanaan NIH penelitian tentang gen editing pada embrio manusia (Collins, 2015). Namun, pada Februari 2016, ilmuwan Inggris diberi izin oleh regulator untuk secara genetik memodifikasi embrio manusia dengan menggunakan CRISPR/Cas9 dan teknik terkait hanya untuk penelitian (Gallagher, 2016). Oleh karena itu, editing gen pada embrio manusia untuk alasan terapetik terus berlanjut sejauh ini. Risiko pewarisan mutasi genetik yang tak terduga lebih besar dari kemungkinan manfaat terapi, yang dapat membahayakan. Teknik ini harus sepenuhnya aman untuk dapat digunakan pada terapi germline. Hal sebaliknya dikemukakan oleh beberapa ilmuwan lainnya seperti John Harris ahli Bioetika di Universitas Manchester Inggris yang mendukung penelitian Huang. Ia memuji penelitian tersebut dan mengemukakan bahwa hal tersebut tidak lebih buruk dari apa yang sering terjadi pada IVF dimana embrio yang tidak layak dibuang. Oleh karena itu, dia tidak melihat perlunya pembenaran moratorium. Profesor Linzhao Cheng dari Universitas Johns Hopkins merupakan salah satu ilmuwan yang mendukung editing germline manusia CRISPR/Cas9. Ia berpendapat bahwa kekhawatiran publik bahkan ilmuwan lain mengenai tidak seharusnya dilakukan penelitian editing germline tersebut walaupun menggunakan embrio non viable yang akan ditangkap pada tahap blastokista dan jika sebaliknya akan dibuang. Ia juga mengemukakan jika banyak orang khawatir tentang hal tersebut, bagaimana kita bisa mengetahui apakah yang terjadi jika menggunakan embrio normal? menjadi lebih baik atau lebih buruk? (Otieno, 2015). Berdasarkan fakta-fakta tersebut, mengenai kontroversi teknik CRISPR/Cas9 dalam germline editing, kita dapat mengetahui dan mempertimbangkan manfaat dan akibat yang akan ditimbulkan oleh penggunaan teknik ini khususnya dalam trend rekayasa genetika terkini yaitu desain bayi. Pengaplikasian CRISPR/Cas9 dalam editing gen dengan tujuan memodifikasi embrio manusia melintasi garis etis dan bersifat tabu. Sementara teknologi editing genom CRISPR/Cas9 menjanjikan pengobatan secara personal, modifikasi genetik manusia dan pengembangan obat-obatan baru, teknologi tersebut telah merupakan bendera peringatan. Teknologi editing gen adalah kisah peringatan. Kita dapat dengan mudah terjebak dalam kemewahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sementara pada saat bersamaan tidak menyadari adanya permasalahan etik dari kemajuan ilmiah dan teknologi semacam itu. Sampai saat ini, penelitian menggunakan CRISPR-Cas9 untuk mengedit embrio genom tidak sepenuhnya berhasil. Hal ini dibuktikan dengan penelitian terbaru oleh ilmuwan Jinjiu Huang yang harus mengakhiri penelitian tersebut pada tahap awal, dikarenakan adanya penemuan mutasi off target yang bisa merusak, menyebabkan kematian dan transformasi sel. Oleh karena itu, editing germline embrio bisa dimanfaatkan dalam penelitian non-terapeutik. Misalnya, bisa digunakan untuk menghasilkan desain bayi dengan menghilangkan kualitas yang tidak diinginkan dan menggantinya dengan yang diinginkan. Namun, teknologi gen editing seharusnya tidak menghalangi prospek yang menjanjikan pengembangan terapi yang terlibat dalam perubahan genetik pada sel somatik. Karena tantangan dan masalah etika yang diakibatkan oleh teknologi editing genetika CRISPR / Cas9, sebuah moratorium sementara harus diberlakukan pada teknologi untuk memungkinkan komunitas ilmuwan dan pemangku kepentingan lainnya terlibat dalam diskusi berbasis luas untuk mengarahkan teknologi ini kedepannya.