Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR RESIKO : ASFIKSIA

KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI

OLEH :

KELOMPOK 2

1. IRA ANGGRAINI 1411311005


2. EGA AYEN JASRI PRAWITA 1411311009
3. WINDA JUWITA 1411311018
4. TUTI ANGGRAINI 1411312011
5. RAHMA FEBRIANTI 1411312023
6. TIARA YALITA 1411312028

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Resiko : Asfiksi mata kuliah Keperawatan Sistem
Reproduksi

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi konten,
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru
Lahir Resiko : Asfiksia Keperawatan Sistem Reproduksi ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Padang, februari 2017

kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 2

2.1 Definisi Asfiksia Neonatorum .......................................................................................... 2

2.2 Klasifikasi asfiksia ......................................................................................................... 2

2.3 Etiologi ............................................................................................................................. 3

2..4. Manifestasi klinis Asfiksia ............................................................................................. 4

2.5 Patofisiologi ..................................................................................................................... 4

2.6 Komplikasi Pasca Hipoksia .............................................................................................. 5

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................................... 6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen sangatlah penting untuk kehidupan baik sebelum dan sesudah
persalinan. Selama didalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu
melalui mekanisme difusi plasenta dari ibu yang diberikan kepada janin. Sebelum
lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak berfungsi
sebagai sumber oksigen ataupun jalan untuk mengeluarkan CO2 sehingga darah tidak
perlu mengaliri paru dalam jumlah besar. Namun, setelah bayi lahir plasenta tidak lagi
berhubungan, sehingga bayi akan segera bergantung pada paru sebagai sumber utama
oksigen (Depkes, 2005).
Bayi baru lahir dalam masa transisi ke kehidupan ekstrauterin akan mengalami
beberapa adaptasi yang fisiologis, salah satunya adalah adaptasi pernapasan.
Pernapasan awal bayi baru lahir dipicu oleh faktor-faktor fisik, sensorik, dan kimia.
Faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan
mengisi alveolus yang kolaps (misalnya perubahan dalam gradien tekanan). Faktor-
faktor sensorik dalam adaptasi pernapasan bayi baru lahir meliputi suhu, bunyi,
cahaya, suara, dan penurunan suhu, sedangkan faktor kimia meliputi perubahan dalam
darah misalnya, penurunan kadar O2, peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH
sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran.
Sering sekali bayi mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami
asfiksia setelah persalinan. Masalah tersebut mungkin berkaitan erat dengan kondisi
ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan. (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu kelompok membahas asuhan
keperawatan pada bayi asfiksia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada bayi baru lahir resiko Asfiksia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami tentang
konsep asfiksia pada bayi dan mampu membuat rancangan asuhan keperawatan pada
bayi dengan asfiksia.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asfiksia Neonatorum


Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis (IDAI, 2004). Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya
kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru.
Proses terjadinya asfiksia neonaturum ini dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan atau dapat terjadi segera setelah lahir, banyak faktor yang menyebabkannya
diantaranya adanya penyakit ibu sewaktu hamil seperti, hipertensi, paru, dapat juga
karena faktor plasenta seperti janin dengan sokusio plasenta, atau faktor janin itu sendiri
seperti terjadinya kelainan pada tali pusat dengan menumbung atau melilit pada leher
atau juga kompresi tali pusat kemuadian faktor persalinan itu juga sangat penting dalam
menentukan terjadinya asfiksia atau tidak seperti pada partus lama atau partus dengan
tindakan tertentu ini dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon
dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba,
2007). Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak dapat
segera bernapas secara spontan dan teratur karena rendahnya okisgen dan tingginya
karbondioksida.

2.2 Klasifikasi asfiksia


Berdasarkan nilai APGAR ( Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration)
asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)

2
Tabel Skor normal APGAR
Tanda Skor
0 1-3 4-6
Frekuensi jantung Tidak ada <100/ menit >100/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/
melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerahan

2.3 Etiologi
Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental
hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).
1. Asfiksia dalam kehamilan. (Mochtar (1989))
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uremia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma.
2. Asfiksia dalam persalinan (Mochtar (1989))
a. Kekurangan O2.
a) Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
b) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta
c) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
d) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
e) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
f) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
g) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

3
h) Paralisis pusat pernafasan , Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
Trauma dari dalam : akibat obat bius.
3. Faktor Bayi

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)

c. Kelainan bawaan (kongenital)

d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella, 2009 & Toweil 1966)

e. Karena Faktor Tali Pusat pada Lilitan tali pusat , Tali pusat pendek , dan Simpul tali
pusat Prolapsus tali pusat(Gomella, 2009).

2..4. Manifestasi klinis Asfiksia

a. Denyut jantung janin lebih dari 1OO x/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan
tidak teratur

b. Mekonium dalam air ketuban ibu

c. Apnoe , Pucat dan Sianosis dan nadi cepat

d. pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung.

e. Penurunan kesadaran terhadap stimulus.

2.5 Patofisiologi
Saat Bayi baru lahir, maka ia akan melakukan usaha untuk menghirup udara
ke dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal
dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Namun, Jika keadaan ini terganggu karena
proses selama kehamilan atau kelahiran, seperti ibu hamil yang pernah menerima
narkotika diwaktu dekat sebelum kelahiran, bayi mungkin terlalu tertekan saat lahir
untuk napas dengan baik spntanoeously. Maka ketika hal ini terganggu arteriol
pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri
sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan

4
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ
vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang.
Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian.
Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih
tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot
dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia
(penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel
otak; tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan, takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).

2.6 Komplikasi Pasca Hipoksia


1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun,
keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

2. Anuria atau oliguria


Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih
banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal
yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan

5
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:

1) Pengawasan suhu

Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu
tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir
dengan:

a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.

b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.

c) Bungkus bayi dengan kain kering.

2) Pembersihan jalan nafas


Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala
bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki
bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi
memperbaiki ventilasi.
b. Tindakan resusitasi
Tindakan resusitasi pada asfiksia neonatorum bertujuan mencegah kerusakan permanen
pada otak atau kematian. Hal ini dilaksanakan mengikuti alogaritma resusitasi neonatus.
Resusitasi Merupakan untuk mempertahankan jalan nafas agar tetap baik sehingga proses
oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Sebelum pelaksanaan resusitasi ada 4
hal yang harus diperhatikan yaitu : usia bayi apakah sudah cukup bulan ? , apakah air
ketuban jernih ? , kondisi bayi apakah bernafas atau menangis ? , dan apakah tonus otot
bayi baik atau tidak ? . Jika salah satu dari 4 hal diatas memiliki jawaban tidak maka

6
bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi. Cara pelaksanaan resusitasi
sesuai dengan tindakan asfiksia, antara lain:

a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10) Caranya:

1. Bayi dibungkus dengan kain hangat

2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut

3. Bersihkan badan dan tali pusat.

4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6) Caranya:

a. Bersihkan jalan napas.

b. Berikan oksigen 2 liter per menit.

c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,
bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).

d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3) Caranya:

1) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.

2) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

3) Bila tidak berhasil lakukan ETT.

4) Bersihkan jalan napas melalui ETT.

5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc

c. Penghentian resusitasi Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10
menit, setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat maka resusitasi dapat
dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,
sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat(Vain
NE, 2004)

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas orang tua
Pada identitas orang tua (ibu dan ayah), terdapat nama orang tua, umur,
pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan, dan alamat orang tua.
b. Identitas bayi baru lahir
Pada identitas bayi baru lahir, terdapat nama bayi, umur, jenis kelamin, agama,
suku, tanggal masuk rumah sakit, nomor register/ nama orang tua, dan diagnosa
medis.
c. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama bayi dengan asfiksia yaitu sulit bernapas (data dari orang tua/
observasi perawat).
d. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
b) Pada saat lahir, bayi tidak langsung menangis, tampak sesak napas, bibir dan jari-
jari tangan kebiruan.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu yang merupakan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
1. Prenatal
Pada riwayat prenatal (kehamilan) perlu dikaji usia kehamilan, keluhan serius selama
kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, berapa kali ibu
memeriksakan kehamilan, imunisasi TT saat kehamilan.
2. Natal
Pada riwayat natal (kelahiran) hal-hal yang perlu dikaji yaitu: lamanya persalinan,
melahirkan normal atau sectio cesaria, obat-obatan perangsang kelahiran dan anestesi
(untuk sectio cesaria), keadaan umum bayi saat lahir (langsung menangis atau dengan
rangsangan), nilai APGAR skor kurang dari 6.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
apakah ada dari keluarga bayi yang mengalami gejala yang sama saat lahir, atau
penyakit- penyakit dari orang tua yang dapat menimbulkan asfiksia pada bayi.
e) Riwayat Imunisasi

8
Pada riwayat imunisasi, dikaji apakah bayi sudah mendapat vaksin hepatitis B-1,
polio-0 setelah lahir dan BCG.
f) Riwayat Tumbuh Kembang
Perawat mengkaji berat badan bayi saat lahir, tinggi badan, lingkar dada dan
lingkar kepala.serta usia bayi saat lahir apakah ada premature..
e). Riwayat Spiritual
Perawat mengkaji bagaimana respon keluarga terhadap hospitalisasi bayi, dan
pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.

2. Pemeriksaan Fisik secara umum


1. Sistem Kardiovaskuler
Vena jugularis tidak membesar dan mengalami bradikardi
2. Sistem Pencernaan
bibir kering, Peristaltik tidak kelihatan dan Pusar belum kering
3. Sistem Perkemihan
Kelopak mata tidak edem dan Mulut tidak bau amoniak
4. Sistem Integumen
Bibir dan kuku sianosis dan mata konjungtiva warna putih
5. Sistem Muskuloskletal
Leher belum dapat digerakkan ke kiri/kanan
6. Sistem Pendengaran
Pendengarannya belum baik
7. Sistem Penglihatan
Belum bisa melihat dengan jelas
8. sistem pernafasan
Bibir dan kuku sianosis, Pernafasan cuping hidung, Hidung ada sekret (+) Retraksi inter
costalis (+), Ukuran lingkar dada >30 cm dan Posisi tidur semi fowler

3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


1. Tanda-tanda vital
Nadi : Normal 120-160 kali per menit

Pernafasan : Normal 35-50 kali per menit

Suhu badan : Normal 36-37 derajat celcius

9
Panjang badan : Normal 48-50 cm

Berat badan : Normal >2500 gram

2. Tes Diagnostik
 Darah :
Hb : (Normal : 12-16 grm%) pada bayi dengan asfiksia Hb dapat di bawah 10 grm %
 PEM : Foto
Thorax foto : akan tampak berawan lapisan atas paru-paru kanan.
 AGS Tali pusat
PaO2 < 50 mmhg, Pa CO2 < 55 mmhg dan Ph < 7,30

4. Pengkajian Fokus
a. Pernafasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi
bila perlu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas
tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik
dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
b. Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan denyutan
umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit. Angka ini
merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang
signifikan. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik
kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung
permenit(Perinasia, 2006).
c. Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Bayi seharusnya
tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Sianosis perifer (akrosianosis)
merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat
mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah
muda, biru, atau pucat.Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor
apgar. Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan
menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali
jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.

10
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Penurunan curah jantung
4. Tidak efektifnya perfusi jaringan periferal

C. NANDA NOC NIC

N. Diagnosa NOC NIC


1. Pola napas tidak Status respirasi : Manajemen Jalan Nafas
efektif berhubungan Ventilasi Intervensi-intervensi yang dilakukan :
dengan Imaturitas Kriteria Hasil : a) Pertahankan kepatenan jalan
neurologis Pasien menunjukkan nafas dengan melakukan
pola nafas yang pengisapan lendir
Definisi : inspirasi efektif b) Pantau status pernafasan dan
atau ekspirasi yang Ekspansi dada oksigenasi sesuai dengan
tidak menyediakan simetris kebutuhan
ventilasi yang adekuat Tidak ada bunyi c) Auskultasi jalan nafas untuk
nafas tambahan mengetahui adanya penurunan
Kecepatan dan irama ventilasi
respirasi dalam batas d) Kolaborasi dengan dokter
normal untuk pemeriksaan AGD dan
pemakaian alat bantu nafas
e) Siapkan pasien untuk ventilasi
mekanik bila perlu
Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan

2. Ganggguan Status respiratorius : Manajemen asam basa


pertukaran gas b.d Pertukaran gas Intervensi-intervensi yang dilakukan :
ketidakseimbangan Perfusi Jaringan a) Kaji bunyi paru, frekuensi
perfusi ventilasi Paru nafas, kedalaman nafas dan
Definisi : Kelebihan produksi sputum
atau kekurangan dalam b) Pantau saturasi O2 dengan

11
oksigenasi dan / atau oksimetsi
eliminasi c) Pantau hasil Analisis Gas
karbondioksida di Darah
membran kapiler Perawatan Embolus Paru
alveolar Ventilasi mekanis
Resusitasi: Janin

3 Penurunan curah Keefektifan Pompa Manajemen asam asidosis


jantung berhubungan Jantung metabolic
dengan Perubahan
Indikator a. Pantau penyebab utama sebelum
kontraksi
mengobati ketidakseimbangan
a. Tekanan darah
Definisi : Adalah tidak asam-basa ( misalnya ,
sistolik dalam
adekuatnya pompa pencegahan yang lebih efektif dari
rentang yang
darah oleh jantung ketidakseimbangan)
normal
untuk memenuhi b. Mencegah komplikasi dari HCO3
b. Tekanan darah
kebutuhan nutrisi berlebihan , administrasi (
diastolik dalam
tubuh. misalnya , alkalosis metabolik,
rentang yang
penurunan kontraktilitas jantung.
normal
c. Mual yang tidak Manajemen asam respirasi
ditunjukkan asidosis

Status Sirkulasi a. Menjaga kepatenan jalan


napas
a. Kepucatan
b. Menjaga jalan napas
b. Tekanan
(misalnya,hisap, memasukkan
pulmonal
atau mempertahankan jalan
c. Tekanan nadi
nafas buatan, dan batuk-dalam
napas), yang sesuai.
c. Memantau pola pernapasan
d. Menentukan patologi
membutuhkan intervensi
langsung dibandingkan
dengan mereka yang

12
membutuhkan perawatan
suportif
e. Monitor pengiriman oksigen
jaringan ( misalnya , PaO2 ,
SaO2, kadar hemoglobin ,
curah jantung ) untuk
detrmine kecukupan
oksigenasi arteri .

4 Tidak efektifnya Status peredaran Perawatan sirkulasi : insufisuensi


perfusi jaringan darah arteri
periferal Integritas jaringan a. lakukan penilaian komprehensif
Definisi : penurunan kulit dan membrane sirkulasi perifer (misalnya,
konsentrasi dalam mukosa memeriksa denyut perifer, edema,
sirkulasi darah pengisian kapiler, warna, dan
keperifer yang bisa suhu).
membahayakan b. Memberikan kehangatan
kesehatan. (misalnya, tambahan pakaian
tidur, meningkatkan suhu kamar),
sesuai

Perawatan sirkulasi : insufisiensi


vena
Surveilace

13
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier

Herdman, T.H & Kamitsuru, S 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification
(NANDA) 2015 – 2017. Tenth edition . Oxford : Willey Blackwell.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar ilmu keperawatan 1. Jakarta: Sakemba Medika
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC): Fourth Edition. Missouri: Mosby El

Jitowiyono, Sugeng dkk. .2012. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika

Maryunani, Anik dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : trans info media.

McKinney, Emily Slone et.all. 2009. Maternal – Child Nursing Third Edition. Canada :
Saunders Elsevier.

14

Anda mungkin juga menyukai