OLEH :
KELOMPOK 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Resiko : Asfiksi mata kuliah Keperawatan Sistem
Reproduksi
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi konten,
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru
Lahir Resiko : Asfiksia Keperawatan Sistem Reproduksi ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
kelompok II
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami tentang
konsep asfiksia pada bayi dan mampu membuat rancangan asuhan keperawatan pada
bayi dengan asfiksia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tabel Skor normal APGAR
Tanda Skor
0 1-3 4-6
Frekuensi jantung Tidak ada <100/ menit >100/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/
melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerahan
2.3 Etiologi
Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental
hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).
1. Asfiksia dalam kehamilan. (Mochtar (1989))
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uremia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma.
2. Asfiksia dalam persalinan (Mochtar (1989))
a. Kekurangan O2.
a) Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
b) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta
c) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
d) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
e) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
f) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
g) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
3
h) Paralisis pusat pernafasan , Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
Trauma dari dalam : akibat obat bius.
3. Faktor Bayi
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella, 2009 & Toweil 1966)
e. Karena Faktor Tali Pusat pada Lilitan tali pusat , Tali pusat pendek , dan Simpul tali
pusat Prolapsus tali pusat(Gomella, 2009).
a. Denyut jantung janin lebih dari 1OO x/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan
tidak teratur
2.5 Patofisiologi
Saat Bayi baru lahir, maka ia akan melakukan usaha untuk menghirup udara
ke dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal
dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Namun, Jika keadaan ini terganggu karena
proses selama kehamilan atau kelahiran, seperti ibu hamil yang pernah menerima
narkotika diwaktu dekat sebelum kelahiran, bayi mungkin terlalu tertekan saat lahir
untuk napas dengan baik spntanoeously. Maka ketika hal ini terganggu arteriol
pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri
sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
4
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ
vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang.
Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian.
Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih
tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot
dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia
(penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel
otak; tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan, takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).
5
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu
tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir
dengan:
6
bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi. Cara pelaksanaan resusitasi
sesuai dengan tindakan asfiksia, antara lain:
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,
bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc
c. Penghentian resusitasi Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10
menit, setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat maka resusitasi dapat
dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,
sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat(Vain
NE, 2004)
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas orang tua
Pada identitas orang tua (ibu dan ayah), terdapat nama orang tua, umur,
pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan, dan alamat orang tua.
b. Identitas bayi baru lahir
Pada identitas bayi baru lahir, terdapat nama bayi, umur, jenis kelamin, agama,
suku, tanggal masuk rumah sakit, nomor register/ nama orang tua, dan diagnosa
medis.
c. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama bayi dengan asfiksia yaitu sulit bernapas (data dari orang tua/
observasi perawat).
d. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
b) Pada saat lahir, bayi tidak langsung menangis, tampak sesak napas, bibir dan jari-
jari tangan kebiruan.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu yang merupakan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
1. Prenatal
Pada riwayat prenatal (kehamilan) perlu dikaji usia kehamilan, keluhan serius selama
kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, berapa kali ibu
memeriksakan kehamilan, imunisasi TT saat kehamilan.
2. Natal
Pada riwayat natal (kelahiran) hal-hal yang perlu dikaji yaitu: lamanya persalinan,
melahirkan normal atau sectio cesaria, obat-obatan perangsang kelahiran dan anestesi
(untuk sectio cesaria), keadaan umum bayi saat lahir (langsung menangis atau dengan
rangsangan), nilai APGAR skor kurang dari 6.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
apakah ada dari keluarga bayi yang mengalami gejala yang sama saat lahir, atau
penyakit- penyakit dari orang tua yang dapat menimbulkan asfiksia pada bayi.
e) Riwayat Imunisasi
8
Pada riwayat imunisasi, dikaji apakah bayi sudah mendapat vaksin hepatitis B-1,
polio-0 setelah lahir dan BCG.
f) Riwayat Tumbuh Kembang
Perawat mengkaji berat badan bayi saat lahir, tinggi badan, lingkar dada dan
lingkar kepala.serta usia bayi saat lahir apakah ada premature..
e). Riwayat Spiritual
Perawat mengkaji bagaimana respon keluarga terhadap hospitalisasi bayi, dan
pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.
9
Panjang badan : Normal 48-50 cm
2. Tes Diagnostik
Darah :
Hb : (Normal : 12-16 grm%) pada bayi dengan asfiksia Hb dapat di bawah 10 grm %
PEM : Foto
Thorax foto : akan tampak berawan lapisan atas paru-paru kanan.
AGS Tali pusat
PaO2 < 50 mmhg, Pa CO2 < 55 mmhg dan Ph < 7,30
4. Pengkajian Fokus
a. Pernafasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi
bila perlu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas
tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik
dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
b. Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan denyutan
umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit. Angka ini
merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang
signifikan. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik
kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung
permenit(Perinasia, 2006).
c. Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Bayi seharusnya
tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Sianosis perifer (akrosianosis)
merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat
mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah
muda, biru, atau pucat.Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor
apgar. Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan
menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali
jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.
10
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Penurunan curah jantung
4. Tidak efektifnya perfusi jaringan periferal
11
oksigenasi dan / atau oksimetsi
eliminasi c) Pantau hasil Analisis Gas
karbondioksida di Darah
membran kapiler Perawatan Embolus Paru
alveolar Ventilasi mekanis
Resusitasi: Janin
12
membutuhkan perawatan
suportif
e. Monitor pengiriman oksigen
jaringan ( misalnya , PaO2 ,
SaO2, kadar hemoglobin ,
curah jantung ) untuk
detrmine kecukupan
oksigenasi arteri .
13
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier
Herdman, T.H & Kamitsuru, S 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification
(NANDA) 2015 – 2017. Tenth edition . Oxford : Willey Blackwell.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar ilmu keperawatan 1. Jakarta: Sakemba Medika
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC): Fourth Edition. Missouri: Mosby El
Jitowiyono, Sugeng dkk. .2012. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika
Maryunani, Anik dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : trans info media.
McKinney, Emily Slone et.all. 2009. Maternal – Child Nursing Third Edition. Canada :
Saunders Elsevier.
14