1. Apakah definisi Puskesmas ? Fasyankes yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2015
2016
2017
2018
2019
INDIKATOR RENSTRA
1 Pembinaan 1 Jumlah Kecamatan yang 350 700 1400 2800 5600
Upaya memiliki minimal 1
Kesehatan Puskesmas yang
Dasar tersertifikasi akreditasi
2 Jumlah Puskesmas Non 700 1400 2800 5600 6000
Rawat Inap dan
Puskesmas Rawat Inap
yang memberikan
pelayanan sesuai standar
3 Jumlah Kab/Kota yang 107 118 80 90 100
melakukan PKB di daerah
Terpencil dan Sangat
Terpencil
4 Jumlah Puskesmas yang 6706 8280 8698 9033 9414
telah melaksanakan
manajemen Puskesmas
5 Jumlah Kabupaten/Kota 229 247 265 282 318
yang memiliki daerah
terpencil/sangat terpencil
(T/ST) yang mempunyai
regulasi tentang
penetapan puskesmas
T/ST
6 Jumlah Kabupaten/Kota 86 210 266 313 366
yang siap akreditasi
Faskes primer
7 Jumlah Puskesmas yang 200 1600 3000 4400 5600
telah bekerja sama melalui
Dinas Kesehatan dengan
UTD dan RS
INDIKATOR TUPOKSI
1 Pembinaan 1 Jumlah dokter yang - 400 1600 3600 6400
Upaya dikonversi menjadi Dokter
Layanan Primer (DLP)
2015
2016
2017
2018
2019
Kesehatan 2 Persentase 10% 20% 30% 40% 50%
Dasar kabupaten/kota kepulauan
yang memiliki system
rujukan gugus pulau
3 Jumlah Puskesmas yang 652 700 800 900 1000
menjadi wahana
pendidikan tenaga
kesehatan
4 Persentase Karyawan 100 100 100 100 100
yang memilki kompetensi % % % % %
yang sesuai tugas dan
fungsi
5 Jumlah Karyawan yang 10 10 10 10 10
memilki kinerja unggul
6 Persentase Puskesmas 10% 20% 30% 40% 50%
dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan gigi
dan mulut
7 Persentase Puskesmas 10% 20% 30% 40% 50%
dengan standar Program
Pelayanan Kesehatan gigi
dan mulut
8 Jumlah UTD yang 125 150 175 200 225
melakukan uji saring
IMLTD dengan Metode
minimal Immunoassay
(EIA/ChLIA)
9 Persentase Puskemas 10% 20% 30% 40% 50%
yang melaksanakan
pelayanan santun lanjut
usia
10 Persentase Puskesmas 10% 20% 30% 40% 50%
yang melakukan deteksi
dini gangguan
penglihatan
11 Persentase Puskesmas 10% 20% 30% 40% 50%
yang melakukan deteksi
dini gangguan
Pendengaran
BAB IV
HASIL KERJA
Sasaran Kegiatan :
12 Dinas Kesehatan Provinsi terpilih yang mendapatkan alokasi dana
dekonsentrasi Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP yakni Dinkes
Provinsi Aceh, Dinkes Provinsi Jambi, Dinkes Provinsi Bengkulu,
Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Dinkes
Provinsi DI Yogyakarta, Dinkes Provinsi Bali, Dinkes Provinsi Sulawesi
Tengah, Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Dinkes Provinsi
Kalimantan Timur, Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, dan Dinkes
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Keuangan :
Anggaran kegiatan pelatihan pendamping akreditasi FKTP sebesar
Rp. 587.510.000. Realisasi kegiatan tersebut sebesar Rp 503.953.337
(85.78%). Realisasi tidak dapat 100% karena sebagian besar peserta
menggunakan tiket pesawat di bawah pagu anggaran.
Output Kegiatan :
Sasaran Kegiatan :
Sasaran kegiatan Workshop Teknis Akreditasi Fasyankes Primer
berasal dari penanggung jawab program yankes dasar dan
penanggung jawab program akreditasi FKTP dari 15 dinas kesehatan
provinsi terpilih. Provinsi tersebut adalah Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Keuangan Kegiatan :
Anggaran kegiatan Workshop Teknis Akreditasi Fasyankes Primer
semula sebesar Rp. 426.169.000 dengan dana efisiensi sebesar Rp
214.289.000 sehingga anggaran yang dapat digunakan sebesar Rp
211.880.000. Realisasi kegiatan tersebut sebesar Rp 186.345.400
(43.73%). Realisasi tidak dapat 100% karena sebagian besar peserta
menggunakan tiket pesawat di bawah pagu anggaran.
Keuangan Kegiatan :
Anggaran kegiatan Workshop Teknis Akreditasi Fasyankes Primer
semula sebesar Rp. 686.810.000 diusulkan dalam revisi DIPA untuk
mendapatkan tambahan anggaran menjadi Rp 779.523.000. Realisasi
hingga Juni 2015 baru sebesar Rp 599.000 (0.09%). Realisasi belum
maksimal karena sebagian besar sub kegiatan mengalami revisi DIPA
serta sesuai POA rangkaian kegiatan baru akan dimulai pada bulan
agustus – November 2015.
Output Kegiatan :
Output dari kegiatan ini adalah diperolehnya 12 pemenang FKTP
berprestasi dengan masing 3 pemenang untuk kategori Puskesmas
perkotaan, Puskesmas perdesaan, Puskesmas DTPK, dan klinik
pratama.
Keuangan Kegiatan :
Pendampingan Kegiatan Lintas Sektor dan Lintas Program Bidang
Pelayanan Kesehatan Dasar mengalami efisiensi anggaran yang
semula sebesar Rp 275.314.000 menjadi Rp 163.320.000. Realisasi
hingga Juni 2015 baru sebesar Rp 83.179.440 (30.21%).
Output Kegiatan :
Keuangan Kegiatan :
Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program di Bidang Yankes Dasar
Tingkat Pusat mengalami efisiensi anggaran yang semula sebesar Rp
187.270.000 menjadi Rp 155.400.000. Realisasi hingga Juni 2015
baru sebesar Rp 27.377.500 (14.62%).
Output Kegiatan :
Output yang diharapkan pada kegiatan ini adalah dokumen rencana
tindak lanjut hasil rapat pimpinan/komitmen dengan lintas sektor.
Hingga semester I telah dilaksanakan 3 kali pertemuan lintas sektor
dan lintas program yang membahas Program Outreach Kementerian
Kesehatan, Penguatan Pembinaan Puskesmas bagi Dinas Kesehatan,
dan Instrumen Penilaian FKTP Berprestasi.
Output Kegiatan :
Output kegiatan yang diharapkan pada kegiatan ini adalah draft
Pedoman Penguatan Pembinaan Puskesmas bagi Dinas Kesehatan,
draft Review Pedoman Manajemen Puskesmas, dan draft Juknis Klinik
Pratama.
Sasaran Kegiatan :
Sasaran kegiatan berasal dari penanggung jawab program yankes
dasar dan atau penanggung jawab program kesga dan atau
penanggung jawab program P2PL dari 22 dinas kesehatan provinsi
yang mendapatkan dana dekonsentrasi Workshop Penguatan
Pembinaan Puskesmas. Provinsi tersebut adalah Bangka Belitung,
Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jateng,
Kalbar, Kalteng, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, Papua Barat,
Riau. Sulbar, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulut, dan Sumut.
Keuangan Kegiatan :
Anggaran kegiatan Workshop Penguatan Pembinaan Puskesmas
semula sebesar Rp 371.650.000 dengan dana efisiensi sebesar Rp
117.170.000 sehingga anggaran yang dapat digunakan sebesar Rp
254.480.000. Realisasi kegiatan tersebut sebesar Rp 185.069.650
Output Kegiatan :
Output dari kegiatan Workshop Penguatan Pembinaan Puskesmas
adalah diperolehnya draft final Panduan Penguatan Dinas Kesehatan
dalam Pembinaan Puskesmas serta Dinkes Provinsi dapat mereplikasi
pelaksanaan workshop sejenis di tingkat provinsi.
II.2. Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap yang
memberikan pelayanan sesuai standar
Kriteria Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar
diasumsikan sebagai Puskesmas yang siap diakreditasi atau Puskesmas
yang mendapat dukungan anggaran untuk pemenuhan standar. Hingga
semester 1 baru tercapai 10 Puskesmas. Data ini diperoleh dari data
Puskesmas yang telah mendapatkan rekomendasi layak terakreditasi
(sesuai tabel 1). Dari 10 Puskesmas tersebut sebanyak 9 Puskesmas
merupakan Puskesmas rawat inap dan 1 Puskesmas non rawat inap.
I. Kesimpulan:
1. Realisasi program tahun 2014 ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah
dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya dan akan dilanjutkan pada tahun-
tahun mendatang sesuai dengan pentahapan pencapaian sasaran Rencana
Strategis Pembangunan Kesehatan yang telah ditetapkan.
2. Sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
II. Saran:
1. Perlu peningkatan koordinasi internal Kementerian Kesehatan, terutama
dengan Bina Kesehatan Ibu, Bina Kesehatan Anak, Bina Gizi Masyarakat,
PTM dan P2M dalam upaya pencapaian indikator Tujuan Pembangunan
Milenium.
2. Terkait dengan rencana reorganisasi Kementerian Kesehatan, diharapkan
program yang telah dilakukan dapat tetap dilanjutkan.
3. Koordinasi lintas sektor lebih dioptimalkan terutama dalam mendukung
sarana prasarana fasilitas pelayanan kesehatan dasar guna mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
4. Penataan organisasi dengan penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya.
5. Pengalokasian anggaran yang lebih proporsional dan berkeadilan sehingga
dapat dicapai efisiensi dan efektifitas anggaran sesuai dengan yang
diharapkan,
6. Penataan sistem informasi yang memadai melalui pemanfaatan e-health, dan
otomatisasi dalam berbagai proses pelaksanaan tugas.
7. Penataan sistem administrasi dan tata perkantoran yang lebih efektif dan
efisien
8. Meningkatkan kemampuan staf dalam tata kelola keuangan dan
penatalaksanaan Barang Milik Negara (BMN).
9. Penguatan perangkat peraturan perundangan untuk meningkatkan kepastian
pelaksanaan kegiatan di Pusat dan Daerah.
10. Meningkatkan kemampuan staf dalam mempersiapkan informasi sebagai
bahan pimpinan yang menjadi konsumsi masyarakat luas.
11. Perlu peningkatan koordinasi internal Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Dasar, dalam upaya pencapaian program upaya kesehatan dasar.
12. Koordinasi lintas sektor lebih dioptimalkan terutama dalam mendukung
program upaya kesehatan dasar guna mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
13. Kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan POA yang telah disusun
14. Monitoring pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berkala dan kontiniu agar
kendala atau hambatan yang dihadapi dapat segera teratasi
LAMPIRAN 1.
Daftar Pegawai Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Per 30 Juni 2014