Anda di halaman 1dari 8

Nama: Daffa Arraufar

NPM: 120404190012
UAS Mata Kuliah Kearifan Lokal

Artikel Tentang
POTENSI PARIWISATA SEBAGAI PENYONGSONG BERJALANNYA KONSEP
EKONOMI KREATIF DI INDONESIA
(Wilayah Kabupaten Pangandaran)

Berpikir produktif, kreatif, dan inovatif adalah cahaya bagi kehidupan. Kehidupan yang
ada di seluruh alam semesta ini. Sebab itulah bagi orang yang tidak berilmu, hakikatnya dirinya
telah mati. Seluruh inderanya tidak dapat dimanfaatkan menurut kodrat, untuk apa indera itu
diciptakan. Setiap langkahnya lebih mengarah kepada tindak ketidakmanfaatan, kedholiman, dan
kemudlaratan. Maka, jadilah orang yang berilmu. Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal
yang terpatri kuat dalam diri seorang wirausaha sejati. Bisnis yang tidak dilandasi upaya kreatif
dan inovatif dari seorang wirausaha biasanya tidak dapat berkembang abadi. Lingkungan bisnis
yang begitu dinamis menuntut wirausaha untuk selalu adaptif dan mencari terobosan terbaru.
Karakter cepat berpuas diri dan cenderung stagnan sama saja membawa bisnis ke arah kematian.
Kita semua dilahirkan dengan potensi kreativitas. Salah satu ciri yang membedakan
manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah kreativitas kita atau kemampuan kita mencipta.
Hal ini merupakan sifat hakiki kita sebagai manusia dan merupakan bagian dari siapa kita.
Kreativitas merupakan naluri kita yang terbawa sejak lahir. Karena itu, dengan mengetahui
kreativitas sebagai sifat hakiki kita sebagai manusia dan memahami bagaimana cara dan proses
kita berpikir, kita akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memecahkan
masalah, mengambil keputusan maupun mengembangkan gagasan atau ide. Kreativitas dalam hal
ini tidak terbatas pada pengembangan gagasan atau inspirasi ide, tetapi termasuk kreativitas dalam
pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah.
Ada kalimat indah dan bijak yang mengatakan bahwa: ”Sesungguhnya potensi seseorang
itu seperti arus yang deras atau sungai yang mengalir. Seorang Pendidik yang cerdas adalah orang
yang pandai membuka saluran-saluran untuknya. Adalah suatu interaksi yang bodoh bila ia justru
membangun perintang dan penghalang yang menghadang potensi pada dirinya ini.” Kalimat
tersebut menyiratkan pentingnya kreativitas.[1] Para pakar pendidikan mendefinisikan bahwa arti
“ kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas
tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.”
Pemahaman kreatif dan inovatif sering kali dipertukarkan satu sama lain. Menurut
Zimmerer dkk (2009) kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Inovasi adalah kemampuan
untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk
memperkaya kehidupan orang-orang. Jadi kreatif adalah sifat yang selalu mencari cara-cara baru
dan inovatif adalah sifat yang menerapkan solusi kreatif. Kreatif tapi tidak inovatif adalah mubazir
karena ide hanya sebatas pemikiran tanpa ada realisasi.
Pentingnya mahasiswa kreatif untuk mengsukseskan bangsa sehingga mahasiswa sangat
dibutuhkan dalam menciptakan perubahan suatu negara, dengan bangsa yang berkualitas maka
bangsa akan sukses dalam mensejahterakan negara. Suatu Negara menjadi negara yang maju,
pemimpin-pemimpin yang bersih, wilayahnya aman itu ditentukan oleh bangsa yang berkualitas.
Bangsa yang berkualitas mengetahui etika menjadi bangsa yang baik, tidak semaunya sendiri
dalam bertindak. Ketika suatu negara dipimpin oleh bangsa yang berkualitas maka
pemerintahannya akan berjalan dengan baik serta tidak akan dibodohi dan dijajah oleh negara lain.
Saat ini untuk bisa mengikuti perkembangan zaman, pemerintah sedang menggencarkan
konsep Ekonomi Kreatif. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber
daya manusia sebagai faktor produksi yang utama.[2] Seiring berjalannya waktu, perkembangan
ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi
dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam
pengembangan ekonomi.
John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from
Ideas pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. John Howkins mendefinisikan
ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea.[3] Howkins menjelaskan ekonomi
kreatif sebagai "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi
masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan."
Perkembangan ekonomi kreatif ditandai dengan globalisasi kreativitas sebagai industri
kreatif (pasca 1995). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dunia serta sistem
transportasi yang semakin mudah dan terjangkau menghantarkan dunia pada era globalisasi.
Memasuki era globalisasi, industri kreatif pertama yang muncul pada akhir tahun 1990-an mulai
mengambil pasar global sebagai target utamanya.[4] Pada era ini invasi softpower bermunculan
dengan lebih tegas, digerakkan oleh berbagai kelompok kreatif dan penyedia jasa kreatif. Dalam
pasar-pasar baru yang muncul di era global ini, kompetisi masih menjadi orientasi dasar dari
kreativitas.
Pemerintah Indonesia sendiri telah memberi andil besar terhadap babak baru dimulainya
aktivitas ekonomi kreatif Indonesia yang gencar. Ditandai dengan pembentukan Indonesia Design
Power 2006, yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat
diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Keseriusan Pemerintah
Indonesia dalam mengembangkan ekonomi kreatif dilanjutkan pula dengan keluarnya Inpres No.
6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.[5] Pemerintah Indonesia di bawah
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 92 Tahun 2011 pada 21 Desember 2011, yang berisi amanah pembentukan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif
Konsep ekonomi kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena
ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Di Indonesia, gaung
Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat gagasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam
pidato pembukaan INACRAFT 2005 menekankan pentingnya pengembangan industri kerajinan
dan kreativitas bangsa dalam rangka pengembangan ekonomi yang berdaya saing. Pada tahun
2007, pemerintah menyelenggarakan pameran khusus produk budaya Indonesia, yaitu Pekan
Produk Budaya Indonesia (PPBI) dengan tema Bunga Rampai Produk Budaya Indonesia untuk
Dunia. Pada kesempatan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penekanan
bahwa Bangsa Indonesia harus mengembangkan ekonomi kreatif yang memadukan ide, seni, dan
teknologi; mengembangkan produk ekonomi unggulan yang berbasis seni, budaya, dan kerajinan;
serta mendorong pengembangan ekonomi warisan atau heritage economy.[6]
Kementerian Perdagangan membentuk Indonesia Design Power dengan tujuan untuk
meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Melalui Indonesia Design Power Trade
Expo, Kementerian Perdagangan mulai memberikan zona khusus dalam pameran yang
diselenggarakan kepada wirausaha kreatif. Pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya
saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Pemerintah melalui Departemen
Perdagangan yang bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia
Design Power 2006-2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk
yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter[7] nasional. Setelah
menyadari akan besarnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap negara maka pemerintah
selanjutnya melakukan studi yang lebih intensif dan meluncurkan cetak biru pengembangan
ekonomi kreatif.
Sejak dikeluarkan Inpres Nomor 6 tahun 2009, ekonomi kreatif semakin bergeliat, media
mulai menaruh perhatian kepada pengembangan ekonomi kreatif. Masyarakat mulai memahami
apa itu ekonomi kreatif dan potensi pengembangannya ke depan. Pemerintah mulai secara aktif
melakukan koordinasi lintar sektor untuk melakukan pengembangan ekonomi kreatif sehingga
mucul kebutuhan informasi mengenai ekonomi kreatif yang dapat diakses secara mudah dan cepat.
Kebutuhan ini dijawab dengan diluncurkannya portal indonesiakreatif.net yang dapat menjadi
penghubung antar-pemangku kepentingan dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia
pada tahun 2010.
Visi pengembangan ekonomi kreatif hingga 2025 adalah menjadikan "Ekonomi Kreatif
sebagai penggerak terciptanya Indonesia yang berdaya saing dan masyarakat berkualitas hidup".
Melalui visi tersebut, pengembangan ekonomi kreatif bertujuan untuk mewujudkan Indonesia
yang berdaya saing, yaitu Indonesia dengan masyarakatnya yang mampu berkompetisi secara adil,
jujur, dan menjunjung tinggi etika dan unggul di tingkat nasional maupun global, serta memiliki
kemampuan (daya juang) untuk terus melakukan perbaikan (continuous improvement), dan selalu
berpikir positif untuk menghadapi tantangan dan permasalahan.
Alasan Indonesia perlu mengembangkan ekonomi kreatif antara lain karena ekonomi
kreatif berpotensi besar dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan
Iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, mengembangkan ekonomi
berbasis kepada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang
merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan memberikan dampak sosial yang positif.
Selain itu, tersimpan ribuan bahkan jutaan potensi produk kreatif yang layak dikembangkan di
Tanah Air. Nilai-nilai budaya luhur (cultural heritage) yang kental terwarisi, seperti teknologi
tinggi pembangunan Borobudur, batik, songket, wayang, pencak silat, dan seni bu daya lain.
Tingkat keragaman hayati (biodiversity) yang sukar ditandingi. Begitu banyak spesies yang khas
dan tak dapat dijumpai di wilayah lain di dunia, seperti komodo, orang utan, cendrawasih. Tak
ketinggalan, hasil budidaya rempah-rempah, seperti cengkeh, lada, pala, jahe, kayumanis, dan
kunyit.
Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan
industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:
 Periklanan
 Arsitektur
 Pasar Barang Seni
 Kerajinan
 Desain
 Fashion
 Video, Film dan Fotografi
 Permainan Interaktif
 Musik
 Seni Pertunjukan
 Penerbitan dan Percetakan
 Layanan Komputer dan Piranti Lunak
 Televisi dan Radio
 Riset dan Pengembangan
 Kuliner
Ekonomi Kreatif dan Pengembangan Wisata
Pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang senang, memenuhi rasa ingin tahu,
menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan tujuan lainnya (UNESCO, 2009).
Sedangkan menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Seseorang atau lebih yang
melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut
wisatawan.
Untuk mengembangkan kegiatan wisata, daerah tujuan wisata setidaknya harus memiliki
komponen-komponen sebagai berikut (UNESCO, 2009) :
1. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata
2. Transportasi dan infrastruktur
3. Akomodasi (tempat menginap)
4. Usaha makanan dan minuman
5. Jasa pendukung lainnya
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia sebelumnya telah menetapkan program
yang disebut dengan Sapta Pesona. Sapta Pesona mencakup 7 aspek yang harus diterapkan untuk
memberikan pelayanan yang baik serta menjaga keindahan dan kelestarian alam dan budaya di
daerah kita. Program Sapta Pesona ini mendapat dukungan dari UNESCO (2009) yang
menyatakan bahwa setidaknya 6 aspek dari tujuh Sapta Pesona harus dimiliki oleh sebuah daerah
tujuan wisata untuk membuat wisatawan betah dan ingin terus kembali ke tempat wisata, yaitu:
Aman; Tertib; Bersih: Indah; Ramah; dan Kenangan.
Penerapan strategi pengembangan ekonomi kreatif melalui sektor wisata ini telah
diterapkan di beberapa wilayah. Beberapa yang cukup sukses dan populer di antaranya adalah
Kanazawa (Jepang), New Zealand, dan Singapura. Daerah Kanazawa, Jepang menawarkan paket
wisata ke tempat pembuatan kerajinan (handicraft) warga setempat. Produk kerajinan (handicraft)
Kanazawa merupakan bentuk kerajinan tradisional, seperti keramik dan sutra. Para pengrajin
bekerja sekaligus menjual serta memamerkan hasil produksinya di sekitar kastil Kanazawa
(Kanazawa City Tourism Association, 2010).
Potensi wisata tersebut dapat dikembangkan melalui ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif di
sini tidak hanya melibatkan masyarakat atau komunitas sebagai sumber daya yang berkualitas,
tetapi juga melibatkan unsur birokrasi dengan pola entrepreneurship (kewirausahaan). Konsep
pelibatan birokrasi dalam ekonomi kreatif adalah bahwa birokrasi tidak hanya membelanjakan
tetapi juga menghasilkan (income generating) dalam arti positif (Obsore dan Gaebler, 1992).
Pertentangan pajak untuk penganggaran unit-unit birokrasi harus dihentikan dan birokrasi harus
dapat menciptakan “pemasukan” baru melalui ekonomi kreatif (Gale Wilson, Mantan Manajer
Kota Fairled, California).
Strategi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dirumuskan
sebagai berikut (Barringer) :
1. Meningkatkan peran seni dan budaya pariwisata
2. Memperkuat keberadaan kluster-kluster industri kreatif
3. Mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif
4. Melakukan pemetaan aset yang dapat mendukung munculnya ekonomi kreatif.
5. Mengembangkan pendekatan regional, yaitu membangun jaringan antar kluster-kluster industri
kreatif.
6. Mengidentifikasi kepemimpinan (leadership) untuk menjaga keberlangsungan dari ekonomi
kreatif, termasuk dengan melibatkan unsur birokrasi sebagai bagian dari leadership dan facilitator.
7. Membangun dan memperluas jaringan di seluruh sektor
8.Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi, termasuk mensosialisasikan kebijakan
terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif dan pengembangan wisata kepada pengrajin.
Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat
saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat
didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something
to buy (Yoeti, 1985). Something to see terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something
to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy terkait
dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi wisatawan.Dalam
tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan
menciptakan produk-produk inovatif khas daerah.
Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk
dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu
tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel
kerja atau studio yang dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau
konektivitas.Konektivitas tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009).
Untuk contoh konkritnya bisa kita lihat di Kabupaten Pangandaran. Kabupaten
Pangandaran adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat Indonesia yang yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Ciamis, Banjar di utara, Kabupaten Cilacap Timur, serta Kabupaten
Tasikmalaya di barat. Potensi terbesar yang dimiliki oleh Kabupaten Pangandaran adalah
pariwisata baik objek wisata pantai maupun sungai. Terdapat banyak sekali objek wisata favorit
baik oleh turis mancanegara maupun domestik. Dengan potensi yang besar di bidang pariwisata
maka, misi Kabupaten Pangandaran yaitu “Menjadi Kabupaten Pangandaran di tahun 2025 yang
bisa menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia, juga menjadi tempat tinggal yang aman dan
nyaman berlandaskan norma agama.” Pantai Pangandaran merupakan wisata andalan yang ada di
Kabupaten Pangandaran, dan sudah terkenal. Letaknya tidak jauh dari Terminal Pangandaran dan
juga Masjid Agung. Lokasinya terletak di Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran.
Di Kabupaten Pangandaran, terdapat beberapa spot wisata, seperti pantai barat, pantai
timur, cagar alam dan pantai pasir putih. Orang-orang yang berwisata kebanyakan mengunjungi
pantai barat. Disini banyak sekali spot permainan, rumah makan, pasar seni yang menjual berbagai
cinderamata, dan juga banyak hotel yang berdiri disini. Pantai timur relatif lebih sepi turisnya,
karena di pantai timur ini biasanya dijadikan lokasi kapal nelayan dan juga banyak pasar ikan yang
menjual berbagai jenis ikan yang bisa juga kita santap langsung di tempat. Karena di sini tersedia
banyak sekali rumah makan seafood. Di Cagar Alam juga banyak sekali tempat yang dirasa sangat
cocok menjadi tempat objek wisata, dan dahulu sempat tumbuh bunga raflesia. Lalu terdapat
makam keramat, gua-gua, juga padang rumput. Pantai Pasir Putih cocok untuk snorkeling, karena
pasirnya yang lebih putih, ombaknya relatif lebih tenang & di pinggir pantai banyak ditumbuhi
karang dan juga banyak ditemukan monyet di pinggir pantai. Karena kondisi geografis yang
memadai ini maka dari itu mayoritas mata pencaharian orang Pangandaran adalah sebagai nelayan
dikarenakan perairan Pantai Pangandaran memiliki potensi perikanan yang menjanjikan untuk
masyarakat Pangandaran. Selain nelayan masyarakat Pangandaran juga banyak yang bermata
pencaharian sebagai petani, sisanya bergerak dalam bidang pariwisata, perdagangan, pegawai
swasta dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Ngafifi, “Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial
Budaya,” J. Pembang. Pendidik. Fondasi dan Apl., vol. 2, no. 1, pp. 33–47, 2014.
[2] I. Santosa and U. J. Soedirman, “MASALAH DAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN,” vol. 3, no. 3, 2014.
[3] D. C. Puspitasari, “Wirausaha Muda Membangun Desa : Dinamika Partisipasi
Pembangunan Desa,” vol. 4, no. 2, pp. 330–341.
[4] T. Peneliti and B. Penelitian, “STUDY EKONOMI DIGITAL DI INDONESIA Sebagai
Pendorong Utama Pembentukan Industri Digital Masa Depan.”
[5] C. W. Widhianto, “E – BUSINESS : TEKNOLOGI DAN PELUANG BISNIS DI
INDONESIA Latar Belakang dan Tujuan,” pp. 19–31.
[6] K. E. M. Negara, “ENTREPRENEUR,” vol. 5, 2015.
[7] M. Syarat, M. Gelar, S. Sarjana, E. Islam, F. Ekonomi, and D. A. N. Bisnis, “Analisis
Strategi Bisnis E-commerce Perusahaan Startup Digital di Ijadfarm Surabaya,” 2018.

Anda mungkin juga menyukai