PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan indikator penting dalam mengukur derajat
kesehatan suatu negara. Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
masyarakat yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah.
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu priorotas Kementrian
Kesehatan dan keberhasilan programnya menjadi salah satu indikator utama dalam
Rencana Pemabngunan Janagka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025. Tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan
AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih
terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, ada
sekitar 800 ibu di dunia meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu antara lain sumber daya yang rendah,
perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum
masa kehamilan. Wanita yang tinggal di negara berkembang memiliki risiko kematian 23
kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan
dengan faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 2013).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai target
MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen
pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia tahun 2015 menunjukkan
angka kematian ibu hingga saat ini penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun.
Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan,
lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO, 2015).
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan oleh masalah
kehamilan dan persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO memperkirakan di seluruh
dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil atau bersalin
(Kemenkes RI a, 2015).
Berdasarkan pada permasalahan tersebut pemerintah membentuk program SDGs
(Sustainable Development Goals) yang merupakan kelanjutan dari MDGs yang berakhir
pada tahun 2015. Menurut Kemenkes RI 2015, terdapat 17 tujuan SDGs yang salah satu
tujuanya adalah sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke-3 menerangkan bahwa pada
2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 Kelahiran Hidup,
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, mengurangi 1/3 kematian
prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan serta
mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental dan menjamin akses semesta kepada
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga Berencana (KB),
informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program
nasional (Kemenkes RI, 2015).
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah
kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh di atas
angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran hidup,
Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015, kasus AKI dan AKB masih
merupakan provinsi yang menyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Adapun
jumlah kasus kematian ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat
cukup tajam dari 748 kasus opada tahun 2014 menjadi 823 kasus pada tahun 2015.
Kabupaten Garut pada tahun 2018 menempati urutan ketiga terbanyak untuk kasus
AKI di Jabar dengan 55 kasus. Kejadian ini 29% disebabkan akibat pendarahan pasca-
persalinan. Sedangkan untuk kasus AKB pada tahun 2016 hingga tahun 2018, Kabupaten
Garut juga tercatat sebagai kabupaten dengan kematian bayi terbanyak (Dinkes Garut,
2018).
Berdasarkan data Hasil Laporan Tahunan Puskesmas Pasundan pada tahun 2019,
diberoleh bahwa AKI dan AKB mengalami peningkatan dari tahun 2018-2019 masing-
masing sebanyak 2 kasus dan I kasus. Penyebab AKI pada tahun 2019 disebabkan oleh
Eklamsi dan kelainan jantung (THP). Sedangkan untuk AKB disebabkan oleh BBLR
(Berat Badan Bayi Lahir Rendah) dan Kren Ikterus.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut pemerintah membentuk program SDGs
(Sustainable Development Goals), terdapat 17 tujuan SDGs yang salah satu tujuanya
adalah sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke-3 menerangkan bahwa pada 2030
dicanangkan dapat mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000
Kelahiran Hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah serta
mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak menular. Hal ini dapat diatasi
melalui pencegahan dan perawatan, mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental,
menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk
Keluarga Berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional (Kemenkes RI, 2015).
Upaya untuk penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis masalah
AKI dan AKB di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan Garut Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana permasalahan AKI dan AKB di wilyah kerja Puskesmas Pasundan Tahun
2019?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan AKI dan AKB di wilyah kerja Puskesmas Pasundan
Tahun 2019
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan program KIA di wilayah kerja Puskesmas Pasundan Tahun
2019.
2. Menganalisis penyebab masalah AKI dan AKB di wilayah kerja Puskesmas
Pasundan Tahun 2019.
3. Mengetahui program pencegahan masalah AKI dan AKB di wilayah kerja
Puskesmas Pasundan Tahun 2019.
4. Mengetahui evaluasi pelaksanaan program permasalahan AKI dan AKB di wilayah
kerja Puskesmas Pasundan Tahun 2019.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi mahasiswa sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program
dalam pencegahan masalah AKI dan AKB di UPT Puskesmas Pasundan Kabupaten
Garut.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa suatu permasalahan
kesehatan masyarakat khususnya masalah AKI dan AKB.
c. Membangun jiwa disiplin, sopan santun, etika kerja, kerjasama dan meningkatkan
kemampuan komunikasi dengan pegawai di Puskesmas Pasundan Kabupaten
Garut.
2. Bagi Instansi Magang
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi Instansi Magang sebagai berikut :
a. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di perguruan tinggi.
b. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi magang dengan Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
c. Laopran magang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi instansi tempat
magang untuk program kerja atau kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi sebagai berikut:
a. Terjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan instansi tempat
magang.
b. Laporan magang dapat menjadi salah satu evaluasi internal kualitas pembelajaran.
c. Mendapatkan masukan terhadap kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja.
d. Terbinanya kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi
magang.
e. Meningkatkan kualitas lulusan melalui kegiatan magang.
BAB II
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Wilayah
a. Kondisi Geografis
Garut Kota sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang mempunyai
11 kelurahan dengan kepdatan penduduk mencapai 130.106 jiwa pada tahun 2018
dan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten
Garut. Kecamatan Garut Kota terbagi menjadi 3 wilayah kerja puskemas, yaitu
UPT Puskemas Siliwangi, UPT Puskesmas Guntur dan UPT Puskesmas Pasundan.
b. Batas Wilayah
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Pasundan
Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018
Tabel 2.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Pasundan
3. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan maupun prevlensi dari suatu penyakit.
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada suatu populasi pada kurun waktu
tertentu dan berperan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Tabel 2.
10 Besar Penyakit Puskemas Pasundan Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun
2018
Kode 0- 8- 10- 15- 20- 45- 55- 60-
Diagnosa 29-1 1-4 5-9 >70
No Penyaki 7 28 14 19 44 54 59 69 Jml
Penyakit Th Th Th Th
t Hr Hr Th Th Th Th Th Th
Infeksi
Saluran
1 J 06 Pernapasa 1 18 479 402 258 214 229 1014 380 203 202 86 3488
n Akut
(ISPA)
Arteritis
2 M 13 0 0 0 0 0 0 23 351 565 561 251 228 1979
lainnya
3 I 10 Hipertensi 0 0 0 0 0 0 0 177 300 159 391 391 1418
Dermatitis
lain dan
4 L 30 0 0 0 151 174 83 63 433 184 45 130 98 1361
tidak
spesifik
Demam
yang tidak
5 R50.9 0 0 217 261 224 128 69 165 70 28 35 15 1212
diketahui
sebab
6 J 11 Influenza 0 0 160 222 107 99 55 277 87 58 38 56 1159
7 K 30 Dispepsia 0 0 0 15 58 85 139 141 268 164 98 123 1091
Penyakit
8 K 04 pulpa dan 0 0 0 22 102 102 103 345 233 74 38 40 1059
jaringan
Diare dan
9 A 09 gastrioteri 0 1 106 228 115 46 39 171 83 31 41 21 882
stis
Tuberkulo
10 A 15 sis BTA 0 0 0 16 12 18 43 112 35 11 24 22 293
(+)
124 106 1394
Jumlah 1 19 962 1317 1050 775 763 3186 2205 1334
3 2 2
B. Gambaran Khusus
1. Mortalitas/Kematian
Mortalitas adalah yang terjadi pada kurun waktu tertentu (Depkes, 2010).
Mprtalitas menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan suatu wilayah dapat juga
digunakan sebagai perencanaan di bidang kesehatan. Tingkat kematian secara umum
berhubungan dengan tingkat kesakitan. Sebab kematian ada ya g diketahui secara
langsung dan tidak langsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas
dan morbiditas adalah sosial ekonomi, pendapatan, pendidikan dan perilaku
lingkungan dan upaya kesehatan.
Tabel 2.
Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Wilayah UPT Puskesmas Pasundan
Jenis
No 2016 2017 2018 2019
Kematian
Jumlah 2 - 1 3
1 Kematian
Ibu
Jumlah 19 12 7 9
2 Kematian
Bayi
Berdasarkan tabel di atas AKI dan AKB terjadi peningkatan masing-masing sebanyak 3
kasus dan 9 kasus pada tahun 2019.
2. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit pada suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan
berperan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
C. Pembahasan
1. Cakupan Program KIA 2019
Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas
Pasundan, maka diketahui jumlah ibu hamil pada tahun 2018 sebanyak 953 orang. K1 adalah
Pemeriksaan ibu hamil yang pertama kali kurang dari 12 minggu pada masa kehamilannya dan
mendapatkan pelayanan sesuai standar pelayanan (10T). Dengan target 100% per tahun. Untuk
mengetahui lebih rinci K1 ibu hamil dari empat kelurahan dan hasil cakupannya dapat dilihat
Tabel 2.3.1
Cakupan Hasil dan Target K1
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
Dari tabel 2.3.1 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target K1 di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dengan target 100% sehingga tidak ditemukan kesenjangan
Grafik 2.3.1
Cakupan Program KIA K1
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103
102.5
102
101.5
101
100.5
100
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas
Berdasarkan grafik 2.3.1 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan K1 semua telah mencapai target.
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling
sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga dengan target 100%
per Tahun.
Tabel 2.3.2
Cakupan Hasil dan Target K4
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan
Dari tabel 2.3.2 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target K4 di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 semua mencapai target target 100% sehingga tidak
Grafik 2.3.2
Cakupan Program KIA K4
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
102.5
102
101.5
101
100.5
100
99.5
99
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas
Berdasarkan grafik 2.3.2 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA K4 semua telah mencapai target
100%
Cakupan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus. Dengan target 100% per Tahun. Berdasarkan hasil perhitungan
sasaran KN3 di wilayah kerja UPT puskesmas Pasundan tahun 2018 sebanyak 866 orang. Hasil
Tabel 2.3.3
Cakupan Program KIA KN3
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan
Dari tabel 2.3.3 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target KN3 di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dengan target 100% dari 4 kelurahan sudah mencapai target
sehingga tidak ditemukan kesenjangan dicakupan hasil target KN3 tahun 2018.
Grafik.2.3.3
Cakupan Program KIA KN3
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
106
105.5
105
104.5
104
103.5
103
102.5
102
101.5
Berdasarkan grafik 2.3.3 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KN3 semua kelurahan telah mencapai
target.
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan target 100% per Tahun. Hasil kegiatan Linakes sebagaimana terlihat
Tabel 2.3.4
Cakupan Program KIA Linakes
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
Dari tabel 2.3.4 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target Linakes di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dari 4 kelurahan mencapai target dan berada di atas
100% .
Grafik 2.3.4
Cakupan Program KIA Linakes
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103
102.5
102
101.5
101
100.5
100
99.5
99
98.5
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas
Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa satu kelurahan yaitu di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA Linakes dari 4 kelurahan telah
Cakupan kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali pada masa 6 jam sampai
42 hari yang mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas. Dengan target 100%
per Tahun.
Tabel 2.3.5
Cakupan Program KIA KF
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan
Dari tabel 2.3.5 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target KF di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 empat kelurahan mencapai target dan berada di atas 100%
Grafik 2.3.5
Cakupan Program KIA KF
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103
102.5
102
101.5
101
100.5
100
99.5
99
98.5
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas
Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA KF telah mencapai target.
definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan dan cakupan pelayanan neonatal masing – masing
memiliki target minimal dalam pencapaian program KIA, cakupan deteksi resti ibu hamil sebesar
Tabel 2.3.6.1
Cakupan Program KIA Resiko tinggi Obstetri
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
Dari tabel 2.3.6.1 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target deteksi resiko
tinggi ibu hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 memiliki target maksimal
20% dan yang melebihi target deteksi resiko tinggi ibu hamil berada di Kelurahan Sukanegla
Tabel 2.3.6.2
Cakupan Program KIA Resiko tinggi Neonatal
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
Dari tabel 2.3.6.2 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target deteksi resiko
tinggi neonatal di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 memiliki target maksimal
b. Kelas Kader
Kegiatan kelas kader dilaksanakan tiap sebulan sekali dan pada tahun 2018
di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah terbentuk 8 kelas dan aktif
dilaksanakan per satu bulan sekali dengan kegiatan – kegiatan pengetahuan seputar
tugas tujuan dan tanggung jawab atau kewajiban melaksanakan tugas sebagai
kader, adapun tambahan ilmu pengetahuan tentang ibu hamil, bayi balita, lansia dll.
c. Kelas Balita
Kegiatan kelas balita dilaksanakan tiap sebulan sekali dan pada tahun 2018
di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah terbentuk 4 kelas dan aktif
dilaksanakan per satu bulan sekali dengan kegiatan – kegiatan pemantauan tumbuh
sekali dan pada tahun 2018 di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah
kota kulon yang ikut bermitra dengan kelompok kelurahan margawati dan kegiatan-
kewajiban bidan dan dukun paraji dalam menangani ibu hamil maupun ibu bersalin.
bermitra.
e. Desa Siaga
yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan pada tahun 2018.
Pembentukan desa siaga di setiap kelurahan ini sangat baik dan salah satunya
terjadi.
f. RUSIA / Pustu
RUSIA adalah Rumah Ibu Singgah Ibu dan Anak. Pengadaan atau di
adakannya RUSIA bertujuan agar kemitraan dukun paraji dengan bidan dapat
berjalan dan juga selain itu agar pertolongan persalinan tidak di rumah dan dapat di
tolong di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan yang telah bermitra dengan
berjalan dengan baik, jadi ketika mendapatkan masalah maupun kegiatan yang
mendukung dan bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi semua lini sector akan siap membantu dalam menjalankan tujuan
h. Inovasi
Angka Kematian Bayi inovasi – inovasi yang dilakukan oleh UPT Puskesmas
kejadian kematian ibu dan bayi diantaranya: inovasi one day care dan konseling
calon pengantin
Inovasi one day care adalah salah satu kegiatan dengan menerima
on call. Sehingga ibu yang akan bersalin dapat menghubungi bidan dan
ditolong persalinan oleh tenaga kesehatan dengan standar, bersih dan aman.
ibu akan mendapatkan buku KIA dengan dilengkapi stiker P4K, tes
kontak semua bidan yang ada di KIA. Sehingga apabila ibu mengalami
kendala dan keluhan selama kehamilan maupun ketika ibu akan bersalin
b) Konseling Pranikah
promosi kesehatan.
seorang calon ibu yang akan menentukan kesehatan keluarga perlu dibekali
keluarganya kelak.
1. Memeriksakan diri ke bagian bp. gigi, jika tidak ada masalah gigi maka
keluarga berencana
upt kelurahan salah satunya mengenai data ibu hamil yang terdapat
menumbuhkan desa siaga yang cepat tanggap terdapat kasus yang mungkin
terjadi diwilayahnya untuk mencegah kasus kematian ibu dan bayi serta untuk
dan keluarga untuk kasus resiko tinggi, kelas ibu dan RUSIA.
a) Kelas Ibu
sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh
dengan baik, ada interaksi antar petugas kesehatan dengan ibu hamil pada
Sasaran peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur
kehamilan 4 sampai 36 minggu karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu
sudah kuat. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas,
ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui
menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang
akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu
jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan
umur antara 5 sampai 8 bulan. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu
siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan. Membuat rencana
dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki,
wasir dan nyeri pinggang), apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan
kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilann dan
selanjutnya adalah perawatan nifas yang membahas apa yang dilakukan ibu
nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu
nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas dan KB pasca persalinan
Pada pertemuan ketiga materi yang dibahas adalah perawatan bayi meliputi
: perawatan bayi baru lahir (BBL), pemberian K1 injeksi pada BBL, tanda
mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Selanjutnya penyakit
HIV/AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil. Pada
Inovasi – inovasi dalam dan luar gedung yang dilakukan dalam upaya
menurunkan kejadian kematian ibu dan bayi diantaranya : inovasi link website
puskesmas dengan kelurahan atau UPT setempat dan rt/rw, inovasi bank darah,
Periode 1.000 hari pertama kehidupan adalah masa yang paling krusial bagi
anak. Terhitung sejak 270 hari selama dalam kandungan ibu, hingga 730
hari setelah anak lahir. Periode tersebut amat penting karena pada masa ini
otak mengalami tumbuh kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh
kebersihan.
dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga
berikut :
menjaga gizi 100 hari kehidupan, cerdas memberikan nutrisi terbaik dan
akan dikategorikan menjadi tiga (ibu hamil normal ditandai dengan bendera
hijau, ibu hamil resiko sedang dengan bendera kuning dan ibu hamil resiko
tinggi dengan bendera merah). Bendera akan di pasang didepan rumah ibu
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sasaran posyandu dihimbau untuk mengikuti kegiatan posyandu dari awal hingga khir.
Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang kepada kader atau nakes yang bertugas untuk
memberikan penyuluhan terkait masalah kesehatan. Selain itu, dengan adanya program
ini dapat memberikan kesempatan pada sasaran dalam mengemukakan pendapat
maupun menanggapi terkait dengan masalah yang terjadi dan kemudian didiskusikan
bersama untuk dicari penyelesaiannya. Kegiatan ini, dipandu dan diarahkan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab.