Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan indikator penting dalam mengukur derajat
kesehatan suatu negara. Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
masyarakat yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah.
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu priorotas Kementrian
Kesehatan dan keberhasilan programnya menjadi salah satu indikator utama dalam
Rencana Pemabngunan Janagka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025. Tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan
AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih
terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, ada
sekitar 800 ibu di dunia meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu antara lain sumber daya yang rendah,
perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum
masa kehamilan. Wanita yang tinggal di negara berkembang memiliki risiko kematian 23
kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan
dengan faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 2013).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai target
MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen
pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia tahun 2015 menunjukkan
angka kematian ibu hingga saat ini penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun.
Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan,
lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO, 2015).
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan oleh masalah
kehamilan dan persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO memperkirakan di seluruh
dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil atau bersalin
(Kemenkes RI a, 2015).
Berdasarkan pada permasalahan tersebut pemerintah membentuk program SDGs
(Sustainable Development Goals) yang merupakan kelanjutan dari MDGs yang berakhir
pada tahun 2015. Menurut Kemenkes RI 2015, terdapat 17 tujuan SDGs yang salah satu
tujuanya adalah sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke-3 menerangkan bahwa pada
2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 Kelahiran Hidup,
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, mengurangi 1/3 kematian
prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan serta
mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental dan menjamin akses semesta kepada
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga Berencana (KB),
informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program
nasional (Kemenkes RI, 2015).
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah
kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh di atas
angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran hidup,
Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015, kasus AKI dan AKB masih
merupakan provinsi yang menyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Adapun
jumlah kasus kematian ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat
cukup tajam dari 748 kasus opada tahun 2014 menjadi 823 kasus pada tahun 2015.
Kabupaten Garut pada tahun 2018 menempati urutan ketiga terbanyak untuk kasus
AKI di Jabar dengan 55 kasus. Kejadian ini 29% disebabkan akibat pendarahan pasca-
persalinan. Sedangkan untuk kasus AKB pada tahun 2016 hingga tahun 2018, Kabupaten
Garut juga tercatat sebagai kabupaten dengan kematian bayi terbanyak (Dinkes Garut,
2018).
Berdasarkan data Hasil Laporan Tahunan Puskesmas Pasundan pada tahun 2019,
diberoleh bahwa AKI dan AKB mengalami peningkatan dari tahun 2018-2019 masing-
masing sebanyak 2 kasus dan I kasus. Penyebab AKI pada tahun 2019 disebabkan oleh
Eklamsi dan kelainan jantung (THP). Sedangkan untuk AKB disebabkan oleh BBLR
(Berat Badan Bayi Lahir Rendah) dan Kren Ikterus.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut pemerintah membentuk program SDGs
(Sustainable Development Goals), terdapat 17 tujuan SDGs yang salah satu tujuanya
adalah sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke-3 menerangkan bahwa pada 2030
dicanangkan dapat mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000
Kelahiran Hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah serta
mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak menular. Hal ini dapat diatasi
melalui pencegahan dan perawatan, mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental,
menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk
Keluarga Berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional (Kemenkes RI, 2015).
Upaya untuk penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis masalah
AKI dan AKB di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan Garut Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana permasalahan AKI dan AKB di wilyah kerja Puskesmas Pasundan Tahun
2019?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan AKI dan AKB di wilyah kerja Puskesmas Pasundan
Tahun 2019
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan program KIA di wilayah kerja Puskesmas Pasundan Tahun
2019.
2. Menganalisis penyebab masalah AKI dan AKB di wilayah kerja Puskesmas
Pasundan Tahun 2019.
3. Mengetahui program pencegahan masalah AKI dan AKB di wilayah kerja
Puskesmas Pasundan Tahun 2019.
4. Mengetahui evaluasi pelaksanaan program permasalahan AKI dan AKB di wilayah
kerja Puskesmas Pasundan Tahun 2019.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi mahasiswa sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program
dalam pencegahan masalah AKI dan AKB di UPT Puskesmas Pasundan Kabupaten
Garut.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa suatu permasalahan
kesehatan masyarakat khususnya masalah AKI dan AKB.
c. Membangun jiwa disiplin, sopan santun, etika kerja, kerjasama dan meningkatkan
kemampuan komunikasi dengan pegawai di Puskesmas Pasundan Kabupaten
Garut.
2. Bagi Instansi Magang
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi Instansi Magang sebagai berikut :
a. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di perguruan tinggi.
b. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi magang dengan Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
c. Laopran magang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi instansi tempat
magang untuk program kerja atau kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi
Adapun manfaat kegiatan magang ini bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi sebagai berikut:
a. Terjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan instansi tempat
magang.
b. Laporan magang dapat menjadi salah satu evaluasi internal kualitas pembelajaran.
c. Mendapatkan masukan terhadap kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja.
d. Terbinanya kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi
magang.
e. Meningkatkan kualitas lulusan melalui kegiatan magang.

BAB II
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Wilayah
a. Kondisi Geografis

Garut Kota sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang mempunyai
11 kelurahan dengan kepdatan penduduk mencapai 130.106 jiwa pada tahun 2018
dan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten
Garut. Kecamatan Garut Kota terbagi menjadi 3 wilayah kerja puskemas, yaitu
UPT Puskemas Siliwangi, UPT Puskesmas Guntur dan UPT Puskesmas Pasundan.

UPT Puskesmas Pasundan terletak di Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut


Kota. UPT Puskesmas Pasundan memiliki 3 puskesmas pembantu, yaitu
Puskesmas Pembantu Margawati, Puskesmas Pembantu Sukanegla dan Puskesmas
Pembantu Cimuncang. Wilayah kerja Puskesmas Pasundan meliputi 4 kelurahan,
yaitu Kelurahan Kota Kulon, Kelurahan Margawati, Kelurahan Sukanegla dan
Kelurahan Cimuncang.

Karakteristik secara geografis, kelurahan di wilayah kerja UPT Puskesmas


Pasundan berbeda dengan 2 puskesmas yang ada di wilayah Garut Kota. Kelurahan
Margawati, Cimuncang dan Sukanegla, secara topografi cenderung merupakan
dataran tinggi dengan kondisi tanah yang tidak rata pegunungan dan bukit.
Sebagian wilayahnya hanya dapat dilalui oleh kendaraan sepeda motor.

b. Batas Wilayah

Kondisi umum wilayah UPT Puskesmas Pasundan memiliki batas wilayah


administratif sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Regol dan Kelurahan Paminggir (Wilayah Kerja


UPT Puskesmas Siliwangi)
Sebelah timur : Kecamatan Karangpawitan
Sebelah selatan : Kecamatan Cilawu
Sebelah barat : Kelurahan Muara Sanding (Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Siliwangi)
c. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan
Penduduk Puskesmas Pasundan Kec Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota


Luas Jumlah Rata-
Kepadatan
No Kelurahan Wilayah Rumah rata
Penduduk Penduduk
(km2) Tangga Jiwa/RT
1 Kota Kulon 33,2 2.216 5.901 4 666
2 Margawati 42,5 9.228 3.131 3 225
3 Cimuncang 39,7 7.522 2.271 3 189
4 Sukanegla 36,6 8.934 2.384 4 244
Jumlah 152 4.048.130 13.687 4 317
Berdasarkan data dari profil jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas
Pasundan berjumlah sejumlah 48.130 jiwa. Dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
24.145:23.984, lebih banyak laki-laki untuk 2018. Jumlah penduduk lansia mulai usia 45
tahun sebanyak 10.594 sekitar 22,01% dari jumlah penduduk wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan, dengan penyebaran lansia terbanyak terdapat di Kelurahan Kota
Kulon.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Pasundan
Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018

Kelompok Umur Jumlah Penduduk


No Jumlah
(Tahun) Laki-laki Perempuan
1 0-4 2476 2397 4873
2 5-9 2235 2552 4787
3 10-14 2349 2590 4939
4 15-19 2057 1988 4045
5 20-24 2209 2056 4265
6 25-29 1998 1960 3958
7 30-34 1974 1908 3882
8 35-39 2033 1975 4008
9 40-44 1697 1082 2779
10 45-49 927 1050 1977
11 50-54 921 762 1683
12 55-59 904 1024 1928
13 60-64 871 1068 1939
14 65-69 891 1023 1914
15 70-74 409 391 800
16 75+ 195 158 353
Jumlah 24145 23984 48130
Angka Beban Tanggungan (Defendency Ratio)
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota

2. Gambaran Sosial Ekonomi


Tabel 2.
Jumlah Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk %
1 Tidak/Belum Tamat SD 4128 19,9
2 SD/MI 8242 39,7
3 SLTP/ MTS 5993 28,9
4 SLTA/MA 1829 8,8
5 Diploma 340 1,6
6 Sarjana 219 1,1
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota
Dari tabel di atas tampak bahwa angka putus sekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan cukup tinggi, khususnya dari lulusan SD sekitar 39,7%, dan
hanya sekitar 2,7% 2,7% siswa SLTA yang melajutkan ke Perguruan Tinggi. Tabel di
atas juga menggambarkan bahwa tingkat pendidikan pendidikan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan relatif masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah kesulitan
mendapatkan pekerjaan, sehingga pendapatan penduduk rendah. Tingkat pendidikan
yang rendah juga berpengaruh terhadap pendekatan yang harus dilakukanoleh pihak
puskesmas dalam usaha untuk mempromosikan kesehatan pada masyarakat.

Tabel 2.

Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Pasundan

USILA (60 Tahun+)


No Kelurahan Jumlah Mendapat Pelayanan Kesehatan
L P JML L % P % JML %
1 Kota Kulon 645 845 1490 300 46,51 318 37,63 618 42,07
2 Margawati 180 257 437 90 50,00 159 61,86 249 56,97
3 Sukanegla 95 125 220 91 95,78 100 80,00 191 86,81
4 Cimuncang 189 244 433 85 44,97 109 44,67 194 44,80
Jumlah 1109 1471 2580 566 59,31 686 56,06 1252 57,66
Tabel di atas dapat mengambarkan apabila kondisi penduduk usia non produktif derajat
kesehatannya rendah dapat menimbulkan kemunduran ekonomi dan sosial secara signifikan akibat
beban hidup bagi keluarga dan pemerintah yang tinggi. Rasio ketergantungan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Pasundan sebanyak 47,76. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap 100 orang
menanggung 47-48 orang yang belum atau sudah tidak produktif. Hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang serius dan menjadi prioritas dalam peningkatan upaya kesehatan khususnya bagi
lansia.

3. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan maupun prevlensi dari suatu penyakit.
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada suatu populasi pada kurun waktu
tertentu dan berperan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Tabel 2.
10 Besar Penyakit Puskemas Pasundan Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun
2018
Kode 0- 8- 10- 15- 20- 45- 55- 60-
Diagnosa 29-1 1-4 5-9 >70
No Penyaki 7 28 14 19 44 54 59 69 Jml
Penyakit Th Th Th Th
t Hr Hr Th Th Th Th Th Th
Infeksi
Saluran
1 J 06 Pernapasa 1 18 479 402 258 214 229 1014 380 203 202 86 3488
n Akut
(ISPA)
Arteritis
2 M 13 0 0 0 0 0 0 23 351 565 561 251 228 1979
lainnya
3 I 10 Hipertensi 0 0 0 0 0 0 0 177 300 159 391 391 1418
Dermatitis
lain dan
4 L 30 0 0 0 151 174 83 63 433 184 45 130 98 1361
tidak
spesifik
Demam
yang tidak
5 R50.9 0 0 217 261 224 128 69 165 70 28 35 15 1212
diketahui
sebab
6 J 11 Influenza 0 0 160 222 107 99 55 277 87 58 38 56 1159
7 K 30 Dispepsia 0 0 0 15 58 85 139 141 268 164 98 123 1091
Penyakit
8 K 04 pulpa dan 0 0 0 22 102 102 103 345 233 74 38 40 1059
jaringan
Diare dan
9 A 09 gastrioteri 0 1 106 228 115 46 39 171 83 31 41 21 882
stis
Tuberkulo
10 A 15 sis BTA 0 0 0 16 12 18 43 112 35 11 24 22 293
(+)
124 106 1394
Jumlah 1 19 962 1317 1050 775 763 3186 2205 1334
3 2 2

B. Gambaran Khusus
1. Mortalitas/Kematian
Mortalitas adalah yang terjadi pada kurun waktu tertentu (Depkes, 2010).
Mprtalitas menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan suatu wilayah dapat juga
digunakan sebagai perencanaan di bidang kesehatan. Tingkat kematian secara umum
berhubungan dengan tingkat kesakitan. Sebab kematian ada ya g diketahui secara
langsung dan tidak langsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas
dan morbiditas adalah sosial ekonomi, pendapatan, pendidikan dan perilaku
lingkungan dan upaya kesehatan.
Tabel 2.
Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Wilayah UPT Puskesmas Pasundan
Jenis
No 2016 2017 2018 2019
Kematian
Jumlah 2 - 1 3
1 Kematian
Ibu
Jumlah 19 12 7 9
2 Kematian
Bayi
Berdasarkan tabel di atas AKI dan AKB terjadi peningkatan masing-masing sebanyak 3
kasus dan 9 kasus pada tahun 2019.
2. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit pada suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan
berperan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
C. Pembahasan
1. Cakupan Program KIA 2019

NO INDIKATOR HASIL % TARGET


1 K1 918 104,4 100%
2 K4 890 101,25 100%
3 Neonatus 868 108,5 100%
4 Persalinan oleh 100%
870 103,5
nakes (linakes)
Jumlah 3.546 104,41 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa cakupan hasil dan target indikator program KIA di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2019 telah tercapai, sehingga tidak ada
kesenjangan yang ditemukan.
2. Cakupan Program KIA 2018
Adapun capaian program KIA pada tahun 2018, yaitu:
a. Kunjungan Ke 1 Ibu Hamil (K1)

Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas

Pasundan, maka diketahui jumlah ibu hamil pada tahun 2018 sebanyak 953 orang. K1 adalah

Pemeriksaan ibu hamil yang pertama kali kurang dari 12 minggu pada masa kehamilannya dan

mendapatkan pelayanan sesuai standar pelayanan (10T). Dengan target 100% per tahun. Untuk

mengetahui lebih rinci K1 ibu hamil dari empat kelurahan dan hasil cakupannya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.3.1
Cakupan Hasil dan Target K1
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018

No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan


1 Kota kulon 362 369 101,9 100% -

2 Margawati 178 183 102,80 100% -

3 Sukanegla 194 197 101,5 100% -

4 Cimuncang 219 222 101,36 100% -

Jumlah Puskesmas 953 917 101,08 100% -

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.1 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target K1 di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dengan target 100% sehingga tidak ditemukan kesenjangan

di cakupan hasil target K1 tahun 2018.

Grafik 2.3.1
Cakupan Program KIA K1
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103

102.5

102

101.5

101

100.5

100
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Berdasarkan grafik 2.3.1 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan K1 semua telah mencapai target.

b. Kunjungan K 4 Ibu Hamil (K4)

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling

sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah 1 kali pada

trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga dengan target 100%

per Tahun.

Tabel 2.3.2
Cakupan Hasil dan Target K4
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 362 363 100,2 100% -

2 Margawati 178 180 101,12 100% -

3 Sukanegla 194 198 102,06 100% -

4 Cimuncang 219 222 101,36 100% -

Jumlah Puskesmas 953 9963 101,04 100% -


Sumber: Profil UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.2 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target K4 di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 semua mencapai target target 100% sehingga tidak

ditemukan kesenjangan di cakupan hasil target K4 tahun 2018.

Grafik 2.3.2
Cakupan Program KIA K4
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
102.5

102

101.5

101

100.5

100

99.5

99
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Berdasarkan grafik 2.3.2 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA K4 semua telah mencapai target

100%

c. Kunjungan Neonatus (KN3)

Cakupan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus. Dengan target 100% per Tahun. Berdasarkan hasil perhitungan

sasaran KN3 di wilayah kerja UPT puskesmas Pasundan tahun 2018 sebanyak 866 orang. Hasil

cakupan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3.3
Cakupan Program KIA KN3
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 329 346 105,16 100% -

2 Margawati 162 170 104,93 100% -

3 Sukanegla 176 186 105,68 100% -

4 Cimuncang 199 205 103,01 100% -

Jumlah Puskesmas 866 907 104,73 100% -


Sumber: Profil Puskesmas P asundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.3 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target KN3 di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dengan target 100% dari 4 kelurahan sudah mencapai target

sehingga tidak ditemukan kesenjangan dicakupan hasil target KN3 tahun 2018.

Grafik.2.3.3
Cakupan Program KIA KN3
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
106
105.5
105
104.5
104
103.5
103
102.5
102
101.5

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Berdasarkan grafik 2.3.3 diatas dapat dilihat bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KN3 semua kelurahan telah mencapai

target.

d. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)

Berdasarkan hasil perhitungan,sasaran untuk Linakes sebanyak 909 orang. Cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, disatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu. Dengan target 100% per Tahun. Hasil kegiatan Linakes sebagaimana terlihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.3.4
Cakupan Program KIA Linakes
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018

No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 345 349 101,15 100% -

2 Margawati 170 174 102.35 100% -

3 Sukanegla 185 188 101 100% -

4 Cimuncang 209 209 100 100% -

Jumlah Puskesmas 909 920 101,21 100% -


Sumber : Profil UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.4 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target Linakes di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 dari 4 kelurahan mencapai target dan berada di atas

100% .

Grafik 2.3.4
Cakupan Program KIA Linakes
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103

102.5

102

101.5

101

100.5

100

99.5

99

98.5
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa satu kelurahan yaitu di wilayah kerja UPT

Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA Linakes dari 4 kelurahan telah

mencapai target dan berada diatas 100%.

e. Kunjungan Nifas (KF)

Cakupan kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali pada masa 6 jam sampai

42 hari yang mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas. Dengan target 100%

per Tahun.

Tabel 2.3.5
Cakupan Program KIA KF
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 345 349 101,15 100% -

2 Margawati 170 174 102,35 100% -

3 Sukanegla 185 188 101 100% -

4 Cimuncang 209 209 100 100% -

Jumlah Puskesmas 909 909 101,21 100% -


Sumber : Profil UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.5 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target KF di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 empat kelurahan mencapai target dan berada di atas 100%

Grafik 2.3.5
Cakupan Program KIA KF
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018
103

102.5

102

101.5

101

100.5

100

99.5

99

98.5
Kota Kulon Margawati Sukanegla Cimuncang Puskesmas

Sumber: Profil Puskesmas Puskesmas Pasumdan Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa semua kelurahan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Pasundan tahun 2018 untuk cakupan program KIA KF telah mencapai target.

f. Deteksi Resti Obstetri Dan Neonatal

Cakupan pelayanan ibu dengan komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan

definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan dan cakupan pelayanan neonatal masing – masing

memiliki target minimal dalam pencapaian program KIA, cakupan deteksi resti ibu hamil sebesar

20 % dan cakupan program KIA dalam Resti neonatal 10 %.

Tabel 2.3.6.1
Cakupan Program KIA Resiko tinggi Obstetri
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018

No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 362 81 22,37 20% -

2 Margawati 178 35 19,66 20% -

3 Sukanegla 194 65 33,50 20% -


4 Cimuncang 219 43 19,63 20% -

Jumlah Puskesmas 953 224 23,50 20% -


Sumber : Profil UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.6.1 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target deteksi resiko

tinggi ibu hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 memiliki target maksimal

20% dan yang melebihi target deteksi resiko tinggi ibu hamil berada di Kelurahan Sukanegla

dengan presentase 33,50 %.

Tabel 2.3.6.2
Cakupan Program KIA Resiko tinggi Neonatal
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan
Tahun 2018

No Desa Sasaran Hasil % Target Kesenjangan

1 Kota kulon 329 28 8,51 15% -

2 Margawati 162 14 8,64 15% -

3 Sukanegla 176 12 6,48 15% -

4 Cimuncang 199 15 7,53 15% -

Jumlah Puskesmas 866 69 9,07 15% -


Sumber : Profil UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018

Dari tabel 2.3.6.2 diatas dapat diketahui bahwa cakupan hasil dan target deteksi resiko

tinggi neonatal di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan tahun 2018 memiliki target maksimal

15% dan semua Kelurahan berada di bawah 15%.

3. Analisis Penyebab Masalah


a. Penyebab Masalah AKI
Hasil laporan tahun 2018 masih ditemukan kasus AKI sebanyak 1 kasus,
sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 3 kasus. AKI pada tahun 2018 disebabkan
oleh obstetrik langsung (atonia uteri/pendarahan postpartum). Berbeda halnya pada
tahun 2019, AKI disebabkan oleh 2 faktor, yaitu 2 kasus akibat eklamsi dan kasus
lainnya disebabkan karena kelainan jantung. Selain itu, kasus AKI ini dilihat dari
riwayat kehamilan ibu merupakan kehamilan ke-4 (G4P3A0) sehingga hal ini yang
bisa beresiko tinggi ibu mengalami kematian yang disebabkan karena pendarahan.
Adapun akar penyebab masalah terjadinya kasus kematian ibu adalah tidak
tanggapnya terhadap informasi dari tenaga kesehatan, tidak mengetahuinya tanda
bahaya kehamilan dan keluarga, tidak cepat mengambil keputusan. Kemudian,
setelah melakukan wawancara mendalam didapatkan bahwa penyebab pendukung
atau tidak langsung dari kasus kematian ibu adalah keluarga dan suami yang kurang
memahami perencanaan persalinan yang matang.
b. Penyebab Masalah AKB
Hasil laporan tahun 2018 masih ditemukan kasus AKB sebanyak 8 kasus
dari 4 keluarahan yakni 3 balita dari dari kelurahahan Kota Kulon, 2 balita dari
Kelurahan Margawati, 1 balita dari Kelurahan Sukanegla, dan 2 baloita dari
Kelurahan Cimuncang. Adapun pada tahun 2019 jumlah AKB sebanyak 9 kasus.
Penyebab AKB pada tahun 2018 yakni bayi lahir premature, asfiksia, dan BBLR.
Sedangkan pada tahun 2019, AKB disebabkan oleh 2 faktor, yaitu 8 kasus akibat
BBLR dan kasus lainnya disebabkan karena kren ikterus. Selain itu, penyebab dari
kematian bayi yang terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor lain seperti
pengambilan keputusan yang terlambat karena untuk memutuskan sesuatu harus
ada musyawarah terlebih dahulu, ibu yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dari
masa kehamilan, ibu mengalami kompilkasi kehamilan seperti hipertensi, jarak
kehamilan terlalu dekat, mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, umur ibu hamil
dan pengawasan antenatal yang kurang. Adapun akar penyebab masalah terjadinya
kasus kematian bayi yang terjadi di 4 Kelurahan, yaitu Kelurahan Kota Kulon,
Kelurahan Margawati, Kelurahan Cimuncang dan Kelurahan Sukanegla
Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018 adalah dari ibu yang
hipertensi dan tidak tanggapnya terhadap informasi dari tenaga kesehatan, tidak
mengetahuinya tanda bahaya kehamilan dan keluarga tidak cepat mengambil
keputusan, tidak mengetahuinya tanda bahaya kehamilan yang bisa disebabkan
karena informasi yang terbatas, tidak adanya keterbukaan terhadap tenaga
kesehatan sehingga tidak mendapatkan informasi yang menyeluruh dan
menyebabkan suami maupun keluarga tidak mengetahui tanda – tanda bahaya
kehamilan sehingga tidak siaga dan terlambat mengambil keputusan
4. Program Pencegahan AKI dan AKB
a. Kelas Ibu
Kegiatan kelas ibu dilaksanakan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan
diantaranya kelas ibu ada 24 kelas pada tahun 2018. Di langkah berikunya
melakukan pendataan sasaran ibu hamil dan melakukan verifikasi ulang, ini
bertujuan untuk mendapatkan sasaran yang riel, ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil, suami dan keluarga tentang seputar
kehamilan, persalinanm nifas dan senam hamil yang mengikuti pelaksanaan ibu
hamil adaah seluruh ibu hamil, suami, keluarga, kader dan dukun paraji.
Pelaksanaan dilaksanakan oleh Bidan Koordinator Puskesmas Pasundan, bidan
desa dan petugas lain sesuai dengan keahlian dibidangnya. Kegiatan kelas ibu hamil
dimulai dengan melihat secara visualisasi video perkembangan janin semasa ibu
hamil hingga proses persalinan lalu dilanjutkan dengan pemberian materi sesuai
dengan pertemuan juga tanya jawab interaktif dua arah dan diakhiri dengan senam
hamil yang dilaksanakan khusus ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu
keatas.

b. Kelas Kader

Kegiatan kelas kader dilaksanakan tiap sebulan sekali dan pada tahun 2018

di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah terbentuk 8 kelas dan aktif

dilaksanakan per satu bulan sekali dengan kegiatan – kegiatan pengetahuan seputar
tugas tujuan dan tanggung jawab atau kewajiban melaksanakan tugas sebagai

kader, adapun tambahan ilmu pengetahuan tentang ibu hamil, bayi balita, lansia dll.

c. Kelas Balita

Kegiatan kelas balita dilaksanakan tiap sebulan sekali dan pada tahun 2018

di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah terbentuk 4 kelas dan aktif

dilaksanakan per satu bulan sekali dengan kegiatan – kegiatan pemantauan tumbuh

kembang (SDIDTK) pada bayi dan balita sehingga terukur, terkontrol

perkembangan dan pertumbuhan anak balita.

d. Kemitraan Dukun Paraji

Kegiatan kemitraan dukun paraji dengan bidan sudah dilaksanakan sebulan

sekali dan pada tahun 2018 di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sudah

terbentuk 1 kelas kemitraan dukun paraji di setiap kelurahan terkecuali kelurahan

kota kulon yang ikut bermitra dengan kelompok kelurahan margawati dan kegiatan-

kegiatan kemitraan dukun paraji diantaranya membahas tentang tugas dan

kewajiban bidan dan dukun paraji dalam menangani ibu hamil maupun ibu bersalin.

Diakhir kegiatan membahas tentang kesepakatan dalam pembagian tugas ketika

bermitra.

e. Desa Siaga

Kegiatan dan pembentukan desa siaga telah berjalan di beberapa kelurahan

yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan pada tahun 2018.

Pembentukan desa siaga di setiap kelurahan ini sangat baik dan salah satunya

bertujuan agar dapat segera menangani masalah yang terjadi di kalangan


masyarakat, contohnya saja apabila terjadi kegawatdaruratan dalam masalah

kesehatan, warga ataupun masyarakat telah siap dalam kegawatdaruratan yang

terjadi.

f. RUSIA / Pustu

RUSIA adalah Rumah Ibu Singgah Ibu dan Anak. Pengadaan atau di

adakannya RUSIA bertujuan agar kemitraan dukun paraji dengan bidan dapat

berjalan dan juga selain itu agar pertolongan persalinan tidak di rumah dan dapat di

tolong di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan yang telah bermitra dengan

dukun paraji. RUSIA telah berjalan di Kelurahan Margawati yang berada di

wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan dan telah berjalan.

g. Kerjasama Lintas Sektoral, TOMA, TOGA

Kegiatan kerjasama dengan lintas sektoral, TOMA dan TOGA telah

berjalan dengan baik, jadi ketika mendapatkan masalah maupun kegiatan yang

mendukung dan bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka

Kematian Bayi semua lini sector akan siap membantu dalam menjalankan tujuan

kegiatan – kegiatan tersebut. Sehingga segala sesuatu yang menyangkut untuk

menurunkan AKI dan AKB akan berjalan dengan baik.

h. Inovasi

Dalam menjalankan upaya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan

Angka Kematian Bayi inovasi – inovasi yang dilakukan oleh UPT Puskesmas

Pasundan adalah sebagai berikut :

1. Pembaharuan KMS ibu, KMS bayi, kartu TT dan kartu KB


2. Undangan kelas ibu

3. Membuat dan menyebarkan printout kontak bidan

4. Pembuatan peta wilayah

5. Pembuatan grafik hasil kerja KIA

6. Rencana Pembentukan Remaja

1) Inovasi Dalam Gedung

Inovasi-inovasi dalam gedung yang dilakukan dalam upaya menurunkan

kejadian kematian ibu dan bayi diantaranya: inovasi one day care dan konseling

calon pengantin

a) One Day Care

Inovasi one day care adalah salah satu kegiatan dengan menerima

persalinan 24 jam setiap hari di fasilitas kesehatan / Puskesmas dengan cara

on call. Sehingga ibu yang akan bersalin dapat menghubungi bidan dan

ditolong persalinan oleh tenaga kesehatan dengan standar, bersih dan aman.

Pada prosesnya ketika ibu melakukan kunjungan kehamilan pertama

ibu akan mendapatkan buku KIA dengan dilengkapi stiker P4K, tes

laboratorium (Hb, Protein urine dan HIV/ADIS) dan memberikan langsung

kontak semua bidan yang ada di KIA. Sehingga apabila ibu mengalami

kendala dan keluhan selama kehamilan maupun ketika ibu akan bersalin

bisa langsung menghubungi bidan langsung.

b) Konseling Pranikah

Konseling pranikah merupakan prosedur penyuluhan kesehatan

berbasis pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi


mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan dan

meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah setelah mereka

menikah. Konseling pranikah juga dikenal dengan nama program persiapan

pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, dan terapi

pranikah. Konseling pranikah diberikan oleh bidan dan pemegang program

promosi kesehatan.

Tujuan konseling pranikah ialah untuk meningkatkan hubungan

sebelum pernikahan sehingga dapat berkembang menjadi hubungan

pernikahan yang stabil dan memuaskan. Khususnya hubungan pranikah

yang berkaitan dengan kesehatan, karena calon pengantin wanita adalah

seorang calon ibu yang akan menentukan kesehatan keluarga perlu dibekali

dengan pengetahuan kesehatan yang cukup untuk menjamin kesehatan

keluarganya kelak.

Langkah - langkah konseling pranikah :

1. Memeriksakan diri ke bagian bp. gigi, jika tidak ada masalah gigi maka

calon pengantin bisa langsung di rujuk ke bagian kebidanan;

2. Bagian kebidanan / KIA akan memberikan imunisasi Tetanus Toxoid

(TT) sebanyak 5 kali sesuai dengan jadwal dan pemberian imunisasi.

Setelah dilakukan imunisasi TT akan dirujuk ke bagian konseling;

3. Pada bagian konseling akan diberikan penyuluhan dengan materi :

a. Memberikan informasi mengenai kesehatan

b. Meningkatkan kemampuan komunikasi pasangan

c. Mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik


d. Memberi kesempatan pada pasangan untuk mendiskusikan planning

keluarga berencana

2) Inovasi Luar Gedung

Inovasi – inovasi luar gedung yang dilakukan dalam upaya menurunkan

kejadian kematian ibu dan bayi diantaranya : inovasi dibidang administrasi

puskesmas berupa penggunaan website puskesmas yang mampu melink dengan

upt kelurahan salah satunya mengenai data ibu hamil yang terdapat

dilwilayahnya khususnya bumil resti yang informasi hasil pemeriksaan di

puskesmas dapat diakses oleh kelurahan rt/rw setempat tujuannya untuk

menumbuhkan desa siaga yang cepat tanggap terdapat kasus yang mungkin

terjadi diwilayahnya untuk mencegah kasus kematian ibu dan bayi serta untuk

kemudahan tenaga kesehatan dalam advokasi terhadap pemerintahan setempat

dan keluarga untuk kasus resiko tinggi, kelas ibu dan RUSIA.

a) Kelas Ibu

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan

umur kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu (menjelang

persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang.

Tujuan kelas ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan, merubah

sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh

dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,


persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru

lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit menular seksual

dan akte kelahiran.

Adapun keuntungan kelas ibu hamil adalah materi diberikan secara

menyeluruh dan terencana, penyampaian materi lebih komprehensif karena

ada persiapan petugas sebelum penyajian materi, dapat mendatangkan

tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu, waktu

pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur

dengan baik, ada interaksi antar petugas kesehatan dengan ibu hamil pada

saat pembahasan materi dilaksanakan. Dilaksanakan secara berkala dan

berkesinambungan, dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu

hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan

kualitas sistem pembelajaran.

Sasaran peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur

kehamilan 4 sampai 36 minggu karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu

sudah kuat. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas,

jika diperlukan suami/ keluarga diikut sertakan. Dalam memberikan

pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-langkah dari mulai

persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil Depkes &

JICA (2008) antara lain sebagai berikut: Melakukan identifikasi terhadap

ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui

berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat

menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang
akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu

tahun. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil,

misalnya tempat di puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan,

posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat.

Sarana belajar menggunakan kursi, tikar, karpet, LCD, laptop dan

lain-lain jika tersedia. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan

jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan

disampaiakan. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil

umur antara 5 sampai 8 bulan. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu

siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan. Membuat rencana

pelaksanan kegiatan Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai

kegiatan/materi ekstra Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan

dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan

lama waktu pertemuan 120 menit dan senam 30 menit.

Materi pertemuan pada kelas ibu hamil terbagi dalam pertemuan

pertama mengenai kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan yang

membahas tentang apa kehamilan itu, perubahan tubuh ibu selama

kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki,

wasir dan nyeri pinggang), apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan

pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk

penanggulangan anemia. Materi berikut pada pertemuan pertama mengenai

perawatan kehamilan yang membahas kesiapan psikologis menghadapi

kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilann dan

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

Materi Pertemuan kedua meliputi persalinan yang membahas tanda-

tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, proses persalinan. Materi

selanjutnya adalah perawatan nifas yang membahas apa yang dilakukan ibu

nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu

nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas dan KB pasca persalinan

Pada pertemuan ketiga materi yang dibahas adalah perawatan bayi meliputi

: perawatan bayi baru lahir (BBL), pemberian K1 injeksi pada BBL, tanda

bahaya bayi baru lahir (BBL), pengamatan perkembangan bayi/anak,

Pemberian imunisasi pada BBL.

Materi berikutnya tentang mitos yaitu penggalian dan penelusuran

mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Selanjutnya penyakit

menular yang meliputi Infeksi menular seksual (IMS), Informasi dasar

HIV/AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil. Pada

pertemuan ini juga dibahas tentang pentingnya akte kelahiran.

3) Inovasi Dalam dan Luar Gedung

Inovasi – inovasi dalam dan luar gedung yang dilakukan dalam upaya

menurunkan kejadian kematian ibu dan bayi diantaranya : inovasi link website

puskesmas dengan kelurahan atau UPT setempat dan rt/rw, inovasi bank darah,

kelas ibu dan rumah singgah.

a) 1000 Hari Pertama Kehidupan dan ASIH


Istilah 1.000 hari pertama kehidupan mulai diperkenalkan pada

2010 sejak dicanangkannya gerakan scalling-up nutrition di tingkat global.

Periode 1.000 hari pertama kehidupan adalah masa yang paling krusial bagi

anak. Terhitung sejak 270 hari selama dalam kandungan ibu, hingga 730

hari setelah anak lahir. Periode tersebut amat penting karena pada masa ini

otak mengalami tumbuh kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh

dan berkembang optimal, semua kebutuhan dasarnya harus dipenuhi.

Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi, imunisasi, serta

kebersihan.

Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam periode 1.000 hari pertama

kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat permanen dan tidak dapat

dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga

pada perkembangan mental, kecerdasan, dan perilaku anak.

Kegiatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) diantaranya sebagai

berikut :

1) Pendataan dan penjaringan ibu hamil di wilayah kerja UPT Puskesmas

Pasundan (nama, no.ktp, no.telp, kunjungan kehamilan dan bidan asuh)

2) Melakukan penyuluhan 4 pertemuan (cerdas menjaga kehamilan, cerdas

menjaga gizi 100 hari kehidupan, cerdas memberikan nutrisi terbaik dan

cerdas stimulasi tumbuh kembang anak)

3) Setelah melakukan pendataan / penjaringan dan penyuluhan maka ibu hamil

akan dikategorikan menjadi tiga (ibu hamil normal ditandai dengan bendera

hijau, ibu hamil resiko sedang dengan bendera kuning dan ibu hamil resiko
tinggi dengan bendera merah). Bendera akan di pasang didepan rumah ibu

hamil. Ini bekerjasama dengan kader setempat.

5. Evaluasi Pelaksanaan Program AKI dan AKB

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

A. Kesimpulan

B. Saran

1. Penetapan waktu posyandu

Sasaran posyandu dihimbau untuk mengikuti kegiatan posyandu dari awal hingga khir.
Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang kepada kader atau nakes yang bertugas untuk
memberikan penyuluhan terkait masalah kesehatan. Selain itu, dengan adanya program
ini dapat memberikan kesempatan pada sasaran dalam mengemukakan pendapat
maupun menanggapi terkait dengan masalah yang terjadi dan kemudian didiskusikan
bersama untuk dicari penyelesaiannya. Kegiatan ini, dipandu dan diarahkan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab.

2. Pemberian softcopy/hardcopy materi kepada masing-masing posyandu setelah selesai


kegiatan. Kemudian materi yang telah diberikan diperbanyak sesuai dengan jumlah
kader yang ada sehingga setiap kader memiliki hardcopy materi. Hal ini bertujuan untuk
mereview kembali materi yang telah disampaikan dan kader yang tidak mengikuti
kegiatan tetap bisa menerima materi.

Anda mungkin juga menyukai