Anggoro Bayu Agung, S 501108010, 2015. Hubungan kadar magnesium darah total terhadap
mortalitas pasien penyakit kritis. Pembimbing I: Prof.Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA(K). Pembimbing
II: dr. Eko Setijanto, Msi,Med, SpAn. KIC. Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran,
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Latar Belakang: Pasien dengan penyakit kritis merupakan salah satu masalah utama dengan insiden
dan mortalitas tinggi. Skor APACHE II merupakan salah satu sistem prediksi mortalitas akibat
penyakit kritis yang sudah lama dan masih digunakan sampai sekarang. Magnesium merupakan
kation yang berperan penting dalam tubuh dan mortalitas. Peran magnesium perlu dibuktikan
perannya sebagai prediktor mortaltas pada pasien dengan penyakit kritis.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kadar magnesium serum dengan pasien penyakit kritis.
Metode: Rancangan penelitian kohort prospektif. Subyek penelitian 100 pasien, semua pasien yang
menjalani rawat inap, menderita sakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr.
Moewardi Solo mulai bulan Mei-Juli 2015. Kriteria inklusi adalah pasien lebih dari 18 tahun, pasien
penyakit kritis dan mempunyai data lengkap, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien menolak
berpartisipasi dalam penelitian, pasien rawat unit rawat koroner intensif atau indikasi Percutaneus
Coronary Intervention (PCI) efektif. Analisis data menggunakan chi-square dengan tabel 2 x 2 untuk
mengetahui nilai RR (risiko relatif) dalam hubungan antara kadar magnesium serum dengan
mortalitas pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr. Moewardi
Solo. Nilai p < 0.05 dianggap bermakna secara statistik.
Hasil: Pasien yang meninggal pada kelompok hipomagnesemia sebanyak 24 pasien (88,9%) dan yang
hidup sebanyak 3 pasien (11,1%), sedangkan pasien meninggal pada kelompok tanpa
hipomagnesemia (kadar magnesium serum normal) adalah sebanyak 4 pasien (5,5%) dan pasien
hidup adalah 69 pasien (94,5%). Hasil ini secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05; p =
0,001) dengan nilai RR (Risiko Relatif) sebesar 16,22 artinya bahwa pasien dengan hipomagnesemia
mempunyai kemungkinan meninggal 16,22 kali dibandingkan pasien tanpa hipomagnesemia. Jumlah
rata-rata kadar magnesium serum pada kelompok pasien dengan hipomagnesemia yang meninggal
1,56 ± 0,44 mg/dL sedangkan yang hidup 2,20 ±0,78 mg/dL (p=0,036).
Kesimpulan: Kadar magnesium serum merupakan faktor prediktor kematian pasien penyakit kritis di
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr. Moewardi Solo, dimana pasien dengan
hipomagnesemia mempunyai kemungkinan 16,223 kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan
pasien tanpa hipomagnesemia (kadar magnesium serum normal).
Kata kunci: Kadar magnesium serum, Skor APACHE II, mortalitas pasien penyakit kritis
Pasien kritis jumlahnya yang dirawat di unit dan monitoring serta pantauan fisiologis yang
perawatan intensif semakin lama semakin cepat yang terjadi akibat adanya penurunan
meningkat. Pasien kritis erat kaitannya dengan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
perawatan intensif yang memerlukan Diperkirakan 4 juta pasien kritis di Intensive
Care Unit (ICU) setahunnya di Amerika dengan digunakan untuk memprediksi mortalitas
cakupan angka kematian dilaporkan berkisar 8- pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) antara
19% atau sekitar 500.000 kematian tiap lain: Acute Physiology and Chronic Health
tahunnya (Anonim, 2014). Dilaporkan Evaluation (APACHE II), Logistic Organ
Zimmerman et al,(2013) bahwa angka Dysfunction System (LODS), Multiple Organ
kematian Intensive Care Unit (ICU) 12, 4% Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sequential
pada 38.000 pasien Intensive Care Unit (ICU) Organ Failure Assessment (SOFA). APACHE II
yang dirawat di 161 rumah sakit antara tahun digunakan sebagai prediktor mortalitas
1993-1996. Pada studi lain oleh Shortell et al, berdasarkan tingkat keparahan penyakit secara
angka kematian rumah sakit dari 17.000 pasien umum, sedangkan LODS (1996), MODS (1995),
pada 42 ICU terpilih acak sebesar 16,6% antara dan SOFA (1996) digunakan sebagai prediktor
tahun 1988-1990 (Young&Birkmeyer,2000). mortalitas 28 hari berdasarkan tingkat
Rerata angka mortalitas pasien penyakit kritis keparahan kegagalan organ (Vincent &
di berbagai pusat pelayanan dan perawatan Moreno, 2010).
intensif adalah sekitar 40%. Masih tingginya
Beberapa tahun terakhir ini, kadar
angka mortalitas pasien kritis, kiranya perlu
magnesium (Mg) total menjadi perhatian
dicarikan cara yang mudah dan efektif untuk
pada klinisi yang merawat pasien dengan
memprediksi mortalitas di Intensive Care Unit
penyakit kritis. Magnesium merupakan
(ICU).
kation intraseluler kedua terbanyak setelah
Pasien kritis adalah pasien yang
mempunyai kondisi fisik memiliki gangguan kalium (Seo JW et al., 2008). Ion ini berperan
organ utama, trauma berat, luka pembedahan dalam banyak fungsi fisiologis di dalam
mayor, pasca anestesi umum, sepsis berat, dan tubuh, berguna untuk sintesis asam nukleat
kondisi lain yang memerlukan perawatan dan protein, berperan sebagai kofaktor pada
khusus. Pasien dengan penyakit kritis biasanya lebih dari 300 reaksi enzimatik, memelihara
dirawat di Intensive Care Unit (ICU), High Care eksitabilitas neuromuskular dan fungsi
Unit (HCU), Unit Gawat Darurat (UGD), unit jantung, dan banyak fungsi lain
luka bakar, dan unit stroke (Drenk, 2001). (Swaminathan R, 2003).
yaitu 54 pasien (54%). Tindakan bedah yang perbandingan data demografi antara kelompok
dilakukan untuk operatif sebanyak 39 pasien dengan hipomagnesemia dan kelompok tanpa
(39%), sedangkan untuk non operatif lebih hipomagnesemia dengan uji independent
banyak yaitu 61 pasien (61%). sample t-test dan uji Chi-Square. Data
demografi yang diujikan adalah rata-rata umur
Rata-rata skor APACHE II dalam
pasien (tahun), rata-rata skor Apache II, dan
penelitian ini sebesar 26,36 ± 8,147 dengan
rata-rata predicted mortality rate
skor APACHE II maksimal 42, serta skor
menggunakan uji independent sample t-test,
APACHE II minimal 16. Skor APACHE II pasien
sedangkan jenis kelamin dan tindakan bedah
terbanyak adalah < 26,36 yaitu 59 pasien (59%)
menggunakan uji Chi-Square (fisher’s test).
dibanding skor APACHE II ≥ 26,36 adalah 41
Hasil penelitian disajikan pada tabel 2.
pasien (41%). Rata-rata Predicted Mortalitas
Tabel 2. Data demografi subyek penelitian
Tabel 3. Data demografi subyek penelitian berdasarkan
Hasil analisis pada tabel 2 kondisi pasien di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care
menunjukkan bahwa karakteristik pasien dari Unit pada masing-masing kelompok
Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dokter terdapat korelasi kuat (kekuatan korelasi kuat:
Moewardi Surakarta. Tujuan lainnya dari 0,600-0,799) antara kadar magnesium serum,
analisis ini adalah untuk mengetahui skor APACHE II, dan predicted mortality rate
apakah beberapa variabel yang diukur ini dengan mortalitas pasien penyakit kritis di
secara sendiri-sendiri maupun bersama- Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
sama dapat dijadikan prediktor mortalitas Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi
Intensif & High Care Unit bermakna (p < 0,05). magnesium darah dengan mortalitas
Hal ini dapat disimpulkan bahwa skor APACHE pasien penyakit kritis (p < 0,05).
II dapat memprediksi mortalitas pasien Hubungan antara kadar magnesium
penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & darah dengan mortalitas pasien
High Care Unit secara sendiri, hal ini karena penyakit kritis ditunjukkan dengan
skor APACHE II mempunyai korelasi kuat nilai prediksi sebesar 16,22 yang
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di artinya bahwa pasien-pasien pada
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit. kelompok hipomagnesemia
mempunyai kemungkinan sebesar
Secara sendiri-sendiri variabel
16,22 kali untuk meninggal
Predicted mortality rate mempunyai hubungan
dibandingkan pasien-pasien pada
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di
kelompok tanpa hipomagnesemia.
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
sebesar rxy = 0,740, artinya variabel Predicted
mortality rate mempunyai korelasi kuat
E. SARAN Cerra FB, Negro F, Abrams J. 1990. APACHE II
score does not predict multiple organ
Diperlukan penelitian lanjutan dengan
failure or mortality in post operative
desain penelitian prospektif guna surgical patients. Arch Surg. 125
mengendalikan variabel perancu serta (4):519-522.
mempermudah pencatatan dan kelengkapan Chen FG, Koh KF. 1994. Septic shock in a
data penelitian. surgical intensive care--validation of
multiorgan and APACHE II scores in
predicting outcome. Ann Acad Med,
F. DAFTAR PUSTAKA
Singapore. 23(4):447-451.
Akhtar, M., Ullah, H., & Hamid, M., 2011. Chien MM, Zahradka KE. Newell MK, &Freed
Magnesium, a drug of diverse JH. 1999. Fas-induced B cell apoptosis
use.Journal of The Pakistan Medical requires an increase in free cytosolic
Assosiation. Dec, 61(12):1220-1225. magnesium as an early event. J Biol
Chem. 274:7059-66.
Anonim, 2014, ICU Outcomes (Mortality and
Length of Stay) Methods, Data Cowan JA. 2002. Structural and catalytic
Collection Tool and Data, Philip R Lee chemistry of magnesium-dependent
Institute for Health Policy Study, enzymes. Biometals.15(3):225-35
University of California, Dahlan, M.S., 2010. Statistik untuk Kedokteran
Downloadtanggal25/3/2015. dan Kesehatan. Salemba Medika.
Appel LJ, Moore TJ, Obarzanek E, Vollmer WM, Jakarta
Svetkey LP, Sacks FM, et al. 1997. A De Backer D, Creteur J, Dubois MJ, Vincent JL.
clinical trial of the effects of dietary 2004. Microvascular alterations in
patterns on blood pressure. DASH patients with acute severe heart failure
Collaborative Research Group. N Engl J and cardiogenic shock. Am Heart J.
Med. 336(16):1117-24. 147(1):91-9.
Berger MM, Marazzi A, Freeman J, Chiolero R. De Backer D, Creteur J, Prelser J, Dubois MJ,
1992. Evaluation of the consistency of Vincent JL. 2002. Microvascular blood
Acute Physiologic and Chronic Health flow is altered in patients with sepsis.
Evaluation (APACHE II) scoring in Am J Respir Crit Care Med. 166:98-104.
surgical intensive care unit. Crit Care
Med. 20(12):1681-1687.
Boechat, T.O., Silveira, M.F., Wilian Faviere, Dellinger,R.P., Levy,M.M., Rhodes,A., Annane,
W., Macedo, G.L., 2012, D., Gerlach,H., Opal,S.M., Sevransky,
Thrombocytopenia in sepsis: an J.E., Douglas,I.S., Jaeschke,R.,.
important prognosis factor, Rev Bras Osborn,T.M., Nunnally,M.E.,
Ter Intensiva. Vol: 24(1):35-42. TownTHd, S.R., Reinhart,K., Kleinpell,
R.M., Angus,D.C., Deutschman,C.S.,
Bone RC. 1996. Sir Isaac newton, sepsis, SIRS, Machado, F.R., Rubenfeld, G.D., Beale,
and CARS. Crit Care Med. 24(7):1125-8. R.B., Vincent, J.L., Moreno, R., 2013
Surviving Sepsis Campaign:
International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and treatment of shock, ischemia, and
Septic Shock: 2012, sepsis. Crit Care Med. 20:263-75.
www.ccmjournal.org, vol 41
Huijgen HJ, Soesan M, Sanders R, Mairuhu
Dina Salah., Mohammed S. Shorbagy., & WM, Kesecioglu J, Sanders GT. 2000.
Mohammed Saleh., 2014. Treacheal Magnesium levels in critically ill
intubation in pediatric surgeries patients, what should wemeasure. Am
without muscle relaxing using J Clin Pathol.114:688-95.
magnesium sulphate as an adjuvant.
Ain-Shams Journal of Anesthesiology. Knaus, W.A., Draper, E.A., Wagner, D.P.,
7(3):370-375. Zimmerman, J.E., 1985, APACHE II : A
severity of disease classification
Drenk N. 2001. Point of care testing in critical system, Critical Care medicine, The
care medicine: the clinician‟s view. Williams & Wilkins Co, USA, Vol 13, no
Clin Chim Acta. 307:3–7 10
Gray A, Gill S, Airey M, Williams R. 2003. Laupland KB, Shahpori R, Kirkpatrick AW, Ross
Descriptive epidemiology of adult T, Gregson DB, Stelfox HT. 2008.
critical care transfers from the Occurrence and outcome of fever in
emergency department. Emerg Med J. critically ill adults. Crit CareMed.
20:242-6 36(5):1531-5
Grissom CK, Brown SM, Kuttler KG, Boltax JP, Mc Cowen KC, Malhotra A, &Bistrian BR. 2001.
Jones J, Jephson AR, et al. 2010. A Endocrine and metabolic dysfunction
modified sequential organ failure syndromes in the critically ill. Crit Care
assessment score for critical care Clin. 17:107-24.
triage. Am Med Association. 4(4):277-
McCoy H, &Kenney MA., 1996. Interactions
84
between magnesium and vitamin D:
Halim DA, Murni TW, &Redjeki IS. 2009. possible implications in the immune
Comparison of APACHE II, SOFA, and system. Magnesium Res. 9:185-203.
Modified SOFA scores in predicting
Mody I, Lambert JD, &Heinemann U. 1987.
mortality in surgical patients in
Low extracellular magnesium induces
Intensive Care Unit at Dr. Hasan
epileptiform activity and spreading
Sadikin General Hospital. Crit Care
depression in rat hippocampal slices. J
&Shock. 12:157-69.
Neurophysiol. 57(3):869-88.
Halim DA, Murni TW, Redjeki IS. 2009.
Morgan GE., and Mikhail MS., 2013. Clinical
Comparison of APACHE II, SOFA, and
Anesthesiology. Ed. 5th, Lange Medical
Modified SOFA scores in predicting
Books-McGraw-Hill, Chicago.
mortality in surgical patients in
Intensive Care Unit at Dr. Hasan Mayr VD, Dunser MW, Greil V, Jochberger S,
Sadikin General Hospital. Crit Care & Luckner G, Ulmer H, et al. 2006. Causes
Shock. 12:157-69. of death and determinants of outcome
in critically ill patients. Critical Care.
Harkema JM, &Chaudry IH., 1992. Magnesium
10(6):1-13.
adenosine triphosphate in the
Naved,, S., Siddiqui, S., Khan, F. 2011. APACHE- Stoelting RK. 2006. Handbook of
II Score Correlation With Mortality And Pharmachology and Physiology in
Length Of Stay In An Intensive Care Anesthetic Practice. Ed 2nd. Lippincott
Unit. Journal of the College of Williams and Wilkins, Philadelphia.
Physicians and Surgeons Pakistan.
21(1):4-8; Available at: Sugiman, T., 2011, Sistem Skor di Intensive
http://ecommons.aku.edu/pakistan_fh Care Unit, Indonesian Journal of
Intensive Care Medicine, PERDICI, Vol
s_mc_anaesth/1. Downloadtanggal:
25/3/2015. 1, hal : 76-87.
Nidhi B. Panda., Neerja Bharti., & Seema Susanne H., Marianne E.S., Stefan G. De Hert.,
Prasad., 2013. Minimal effective dose Markus W.H., 2011. Magnesium
of magnesium sulfate for attenuation essential for anesthesiologist. Editor:
of intubation response in hypertensive David, S. Warner, Anesthesiologist,
patients. Journal of Clinical Anesthesia, 114(4): 971-93.
Mar 17: 25(2):92-97. Swaminathan R. 2003. Magnesium metabolism
Oberholzer A, Oberholzer C, Moldawer LL. and its disorders. Clin Biochem Rev.
2000. Cytokine signaling-regulation of 24:47-66
the immune response in normal and Tam M, Gomez S, Gonzalez-Gross M,& Marcos
critically ill states. Crit Care A. 2003. Possible roles of magnesium
Med.28(4):3-12 on the immune system. Eur J Clin Nutr.
Perl TM, Dvorak L, Hwang T, Wenzel RP. 1995. 57(10):1193-7.
Long-term survival and function after Vincent JL, Moreno R. 2010. Clinical review:
suspected gram-negative sepsis. JAMA. scoring systems in the critically ill.
274:338-45. Critical Care. p. 14:207.
Rab, T. 2007. Agenda Gawat Darurat (Critical Weglicki WB, Kramer JH, Mak IT, Dickens BF,
Care). Bandung: PT Alumni. &Komarov AM. 2001.Pro-oxidant and
Salem M, Kasinski N, Munoz R, &Chernow B. pro-inflammatory neuropeptides in
1995. Progressive magnesium magnesium deficiencies. In: Rayssiguier
Y, Mazur A, Durlach J, editors.
deficiency increases mortality from
endotoxin challenge: protective effects Advances in magnesium research:
of acute magnesium replacement nutrition and health. London: John
therapy. Crit Care Med. 23:108-18. Libbey. p.285-9.
Seo JW, Park TJ. 2008. Magnesium Yano K, Liaw PC, Mullington JM, Shih SC, Okada
Metabolism. Electrolyt and Blood Pres. H, Bodyak N, et al. 2006. Vascular
24:47-66 endothelial growth factor is an
important determinant of sepsis
Soliman HM, Mercan D, Lobo SS, Melot C, morbidity and mortality. J Exp Med.
&Vincent JL. 2003. Development of 203:1447-58.
ionized hypomagnesemia is associated
with higher mortality rates. CritCare Young MP, Birkmeyer JD, 2000, Potential
Med. 31(4):1082-7 Reduction in Mortality Rates Using an
Intensivist Model to Manage Intensive
Care Units, Eff Clin Pract, Vol 3(6), 284-
289