Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Anggoro Bayu Agung, S 501108010, 2015. Hubungan kadar magnesium darah total terhadap
mortalitas pasien penyakit kritis. Pembimbing I: Prof.Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA(K). Pembimbing
II: dr. Eko Setijanto, Msi,Med, SpAn. KIC. Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran,
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Latar Belakang: Pasien dengan penyakit kritis merupakan salah satu masalah utama dengan insiden
dan mortalitas tinggi. Skor APACHE II merupakan salah satu sistem prediksi mortalitas akibat
penyakit kritis yang sudah lama dan masih digunakan sampai sekarang. Magnesium merupakan
kation yang berperan penting dalam tubuh dan mortalitas. Peran magnesium perlu dibuktikan
perannya sebagai prediktor mortaltas pada pasien dengan penyakit kritis.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kadar magnesium serum dengan pasien penyakit kritis.

Metode: Rancangan penelitian kohort prospektif. Subyek penelitian 100 pasien, semua pasien yang
menjalani rawat inap, menderita sakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr.
Moewardi Solo mulai bulan Mei-Juli 2015. Kriteria inklusi adalah pasien lebih dari 18 tahun, pasien
penyakit kritis dan mempunyai data lengkap, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien menolak
berpartisipasi dalam penelitian, pasien rawat unit rawat koroner intensif atau indikasi Percutaneus
Coronary Intervention (PCI) efektif. Analisis data menggunakan chi-square dengan tabel 2 x 2 untuk
mengetahui nilai RR (risiko relatif) dalam hubungan antara kadar magnesium serum dengan
mortalitas pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr. Moewardi
Solo. Nilai p < 0.05 dianggap bermakna secara statistik.

Hasil: Pasien yang meninggal pada kelompok hipomagnesemia sebanyak 24 pasien (88,9%) dan yang
hidup sebanyak 3 pasien (11,1%), sedangkan pasien meninggal pada kelompok tanpa
hipomagnesemia (kadar magnesium serum normal) adalah sebanyak 4 pasien (5,5%) dan pasien
hidup adalah 69 pasien (94,5%). Hasil ini secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05; p =
0,001) dengan nilai RR (Risiko Relatif) sebesar 16,22 artinya bahwa pasien dengan hipomagnesemia
mempunyai kemungkinan meninggal 16,22 kali dibandingkan pasien tanpa hipomagnesemia. Jumlah
rata-rata kadar magnesium serum pada kelompok pasien dengan hipomagnesemia yang meninggal
1,56 ± 0,44 mg/dL sedangkan yang hidup 2,20 ±0,78 mg/dL (p=0,036).

Kesimpulan: Kadar magnesium serum merupakan faktor prediktor kematian pasien penyakit kritis di
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr. Moewardi Solo, dimana pasien dengan
hipomagnesemia mempunyai kemungkinan 16,223 kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan
pasien tanpa hipomagnesemia (kadar magnesium serum normal).

Kata kunci: Kadar magnesium serum, Skor APACHE II, mortalitas pasien penyakit kritis

A. LATAR BELAKANG MASALAH pencatatan medis secara berkesinambungan

Pasien kritis jumlahnya yang dirawat di unit dan monitoring serta pantauan fisiologis yang
perawatan intensif semakin lama semakin cepat yang terjadi akibat adanya penurunan
meningkat. Pasien kritis erat kaitannya dengan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
perawatan intensif yang memerlukan Diperkirakan 4 juta pasien kritis di Intensive
Care Unit (ICU) setahunnya di Amerika dengan digunakan untuk memprediksi mortalitas
cakupan angka kematian dilaporkan berkisar 8- pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) antara
19% atau sekitar 500.000 kematian tiap lain: Acute Physiology and Chronic Health
tahunnya (Anonim, 2014). Dilaporkan Evaluation (APACHE II), Logistic Organ
Zimmerman et al,(2013) bahwa angka Dysfunction System (LODS), Multiple Organ
kematian Intensive Care Unit (ICU) 12, 4% Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sequential
pada 38.000 pasien Intensive Care Unit (ICU) Organ Failure Assessment (SOFA). APACHE II
yang dirawat di 161 rumah sakit antara tahun digunakan sebagai prediktor mortalitas
1993-1996. Pada studi lain oleh Shortell et al, berdasarkan tingkat keparahan penyakit secara
angka kematian rumah sakit dari 17.000 pasien umum, sedangkan LODS (1996), MODS (1995),
pada 42 ICU terpilih acak sebesar 16,6% antara dan SOFA (1996) digunakan sebagai prediktor
tahun 1988-1990 (Young&Birkmeyer,2000). mortalitas 28 hari berdasarkan tingkat
Rerata angka mortalitas pasien penyakit kritis keparahan kegagalan organ (Vincent &
di berbagai pusat pelayanan dan perawatan Moreno, 2010).
intensif adalah sekitar 40%. Masih tingginya
Beberapa tahun terakhir ini, kadar
angka mortalitas pasien kritis, kiranya perlu
magnesium (Mg) total menjadi perhatian
dicarikan cara yang mudah dan efektif untuk
pada klinisi yang merawat pasien dengan
memprediksi mortalitas di Intensive Care Unit
penyakit kritis. Magnesium merupakan
(ICU).
kation intraseluler kedua terbanyak setelah
Pasien kritis adalah pasien yang
mempunyai kondisi fisik memiliki gangguan kalium (Seo JW et al., 2008). Ion ini berperan

organ utama, trauma berat, luka pembedahan dalam banyak fungsi fisiologis di dalam

mayor, pasca anestesi umum, sepsis berat, dan tubuh, berguna untuk sintesis asam nukleat

kondisi lain yang memerlukan perawatan dan protein, berperan sebagai kofaktor pada
khusus. Pasien dengan penyakit kritis biasanya lebih dari 300 reaksi enzimatik, memelihara
dirawat di Intensive Care Unit (ICU), High Care eksitabilitas neuromuskular dan fungsi
Unit (HCU), Unit Gawat Darurat (UGD), unit jantung, dan banyak fungsi lain
luka bakar, dan unit stroke (Drenk, 2001). (Swaminathan R, 2003).

Angka mortalitas pasien penyakit kritis Hipomagnesemia lebih sering terjadi


yang tinggi menyebabkan perlunya mencari pada pasien yang memiliki kegagalan organ
cara yang mudah dan efektif untuk dan skor APACHE II yang lebih tinggi. Penelitian
memprediksi mortalitas, sehingga mulai Salem et al. (1995) menunjukkan bahwa
dikembangkan beberapa sistem skor yang hipomagnesemia menyebabkan kematian yang
dapat memprediksi kematian pada pasien lebih tinggi dan suplementasi magnesium
penyakit kritis.Ada beberapa skor yang dapat
dapat melindungi tubuh dari pengaruh Populasi target pada penelitian ini
endotoksin. adalah semua pasien yang menjalani rawat
inap yang menderita sakit kritis. Populasi
Hal diatas menunjukkan bahwa
terjangkau adalah pasien yang menjalani rawat
kejadian hipomagnesemia pada pasien
inap yang menderita sakit kritis di Intalasi
penyakit kritis sangatlah tinggi. Di Rumah
Pelayanan Intensif & High Care Unit Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.Moewardi
Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta pada
Solo pemeriksaan kadar magnesium darah
bulan Mei hingga tercapai jumlah yang
total masih sangat jarang dan dibutuhkan. Besar sampel yang dibutuhkan
pemeriksaannya dilakukan di laboratorium sebanyak 100 orang. Kriteria sampel penelitian
pihak ketiga. Oleh karena itu, akan dilakukan yaitu :
penelitian untuk membuktikan bahwa kadar
1. Pasien yang berumur 18 tahun
magnesium total darah pasien penyakit kritis
lebih.
berhubungan dengan mortalitas yang tinggi.
2. Pasien penyakit kritis yang
Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat
dirawat di Instalasi Pelayanan
dirumuskan apakah terdapat hubungan antara
Intensif & High Care Unit
kadar magnesium total terhadap mortalitas
Rumah Sakit Umum Daerah
pasien penyakit kritis? Sehingga tujuan dari
Moewardi Surakarta.
penelitian ini adalah menilai hubungan antara
3. Pasien dengan data lengkap.
kadar magnesium darah total terhadap
mortalitas pasien penyakit kritis. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

B. RANCANGAN PENELITIAN 1. Menolak berpartisipasi dalam


penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
2. Pasien rawat unit rawat koroner
penelitian kohort prospektif yaitu penelitian
intensif atau indikasi PCI elektif
dengan cara mengikuti subjek untuk meneliti
Subyek penelitian diambil dari
peristiwa yang belum terjadi yaitu menilai
pasien yang dirawat di Instalasi Pelayanan
hubungan antara kadar magnesium darah total
Intensif & High Care Unit. Pasien dengan
terhadap mortalitas pasien penyakit kritis.
penyakit kritis kemudian dikumpulkan data
Penelitian dilakukan di Instalasi laboratorium yang diperlukan dalam 24 jam
Pelayanan Intensif & High Care Unit Rumah pertama. Data yang dikumpulkan meliputi:
Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi 1. Karakteristik sampel: usia, jenis
Surakarta, dimulai pada bulan Mei - Juli 2015. kelamin, tempat tinggal
2. Pemeriksaan fisik: kesadaran, tekanan dengan insidensi efek tanpa faktor risiko
darah, MAP (Mean Arterial Pressure), (tanpa hipomagnesemia/kadar magnesium
frekuensi nafas dan temperatur serum normal).

3. Pemeriksaan laboratorium: hematokrit,


Analisis data dilakukan secara
leukosit darah, serum kreatinin, analisa
komputerisasi dengan menggunakan sistim
gas darah arteri,serum natrium, serum
SPSS for Windows versi 21. Analisis regresi
kalium dan kadar magnesium darah linier digunakan untuk mengetahui secara
total. bersama-sama semua variabel yang bermakna
4. Pemeriksaan penunjang lain: (p < 0,05) dalam pengujian bivariabel, sehingga
Perhitungan AaDO2 diketahui dari beberapa variabel tersebut
Data diambil saat pasien pertama variabel yang dapat berdiri sendiri maupun
kali dirawat di Instalasi Pelayanan Intensif yang harus didukung dengan variabel lain
& High Care Unit dan kemudian diketahui dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit
outcome-nya 28 hari kemudian (meninggal kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High
atau tidak). Hasil-hasil yang didapat Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah
kemudian dicatat dan selanjutnya dilakukan Dr.Moewardi Solo.
analisis.
C.HASIL PENELITIAN
Data hasil pemeriksaan dan
Penelitian ini dilakukan setelah
pengamatan dicatat pada lembar formulir yang
mendapatkan izin dari Komite Etik Rumah Sakit
telah disediakan, selanjutnya ditabulasi,
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
disaring (screening) serta dianalisis. Untuk
Penelitian dilakukan di Instalasi Pelayanan
mengetahui data karakteristik subyek
Intensif & High Care Unit Rumah Sakit Umum
penelitian digunakan uji deskriptif dan uji
Daerah Dokter Moewardi Surakarta, dimulai
frekuensi. Untuk mengetahui uji banding
pada bulan Mei - Juli 2015. Sampel penelitian
antara kelompok hipomagnesemia dan tanpa
secara keseluruhan berjumlah 100 pasien.
hipomagnesemia (kadar magnesium serum
Semua sampel yang ikut dalam penelitian
normal) pada data numerik menggunakan uji
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
independent sample t-test, sedangkan untuk
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk rata-
data kategorik menggunakan uji chi-square
rata dan standar deviasi (SD) untuk data
dengan fisher’s test.
numerik, serta proposi dan prosentase untuk
Analisis data disajikan menggunakan data kategori. Pengolahan data menggunakan
tabel 2x2 dan risiko relatif (RR) dihitung bantuan komputer yang dilakukan untuk uji
dengan membandingkan insidensi efek pada deskripsi dan uji inferensial.
kelompok faktor risiko (hipomagnesemia)
Rate dalam penelitian ini sebesar 53,58 ±
23,987 dengan Predicted Mortalitas Rate
maksimal 93, serta Predicted Mortalitas Rate
minimal 7. Predicted Mortalitas Rate pasien
terbanyak adalah < 53,58 yaitu 64 pasien (64%)
dibanding Predicted Mortalitas Rate ≥ 53,58
adalah 36 pasien (36%).

Kadar Magnesium Serum (mg/dL)


dalam penelitian ini terdiri dari
hipomagnesemia, normal, dan
hipermagnesemia. Kadar Magnesium Serum
dalam ketegori hipomagnesemia (> 1,58
mg/dL) sebanyak 22 pasien (22%), kadar

Tabel 1. Data demografi subyek penelitian (N = 100)


magneseium serum normal (1,58 – 2,55
mg/dL) sebanyak 73 pasien (73%), dan kadar
Hasil penelitian yang ditampilkan pada
magnesium serum dalam ketegori
tabel 1 menunjukkan rata-rata umur subyek
hipermagnesemia (> 2,55 mg/dL) sebanyak 5
penelitian adalah 41,64 ± 17,763 tahun dengan
pasien (5%). Mortalitas pasien di Instalasi
umur maksimal 87 tahun, serta umur minimal
Pelayanan Intensif & High Care Unit yang
19 tahun. Umur pasien terbanyak adalah <
meninggal sebanyak 28 pasien (28%) dan
41,64 tahun yaitu 60 pasien (60%) dibanding
hidup sebanyak 72 pasien (72%).
umur ≥ 41,64 tahun adalah 40 pasien (40%).
Jumlah kelompok laki-laki 46 pasien (46%), Uji statistik juga dilakukan untuk

sedangkan untuk perempuan lebih banyak melihat data demografi berdasarkan

yaitu 54 pasien (54%). Tindakan bedah yang perbandingan data demografi antara kelompok

dilakukan untuk operatif sebanyak 39 pasien dengan hipomagnesemia dan kelompok tanpa

(39%), sedangkan untuk non operatif lebih hipomagnesemia dengan uji independent

banyak yaitu 61 pasien (61%). sample t-test dan uji Chi-Square. Data
demografi yang diujikan adalah rata-rata umur
Rata-rata skor APACHE II dalam
pasien (tahun), rata-rata skor Apache II, dan
penelitian ini sebesar 26,36 ± 8,147 dengan
rata-rata predicted mortality rate
skor APACHE II maksimal 42, serta skor
menggunakan uji independent sample t-test,
APACHE II minimal 16. Skor APACHE II pasien
sedangkan jenis kelamin dan tindakan bedah
terbanyak adalah < 26,36 yaitu 59 pasien (59%)
menggunakan uji Chi-Square (fisher’s test).
dibanding skor APACHE II ≥ 26,36 adalah 41
Hasil penelitian disajikan pada tabel 2.
pasien (41%). Rata-rata Predicted Mortalitas
Tabel 2. Data demografi subyek penelitian
Tabel 3. Data demografi subyek penelitian berdasarkan
Hasil analisis pada tabel 2 kondisi pasien di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care
menunjukkan bahwa karakteristik pasien dari Unit pada masing-masing kelompok

kedua kelompok pasien yang berada di


Analisis tabel 3 menunjukkan bahwa
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
pada kelompok dengan hipomagnesemia
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi
maupun pada kelompok tanpa
Surakarta yaitu kelompok dengan
hipomagnesemia berdasarkan kondisi pasien di
hipomagnesemia dan kelompok tanpa
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
hipomagnesemia terlihat bahwa terdapat
terlihat bahwa skor APACHE II, predicted
perbedaan bermakna pada variabel umur, skor
mortality rate, dan kadar magnesium serum
APACHE II, dan predicted mortality rate (p <
terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05)
0,01), sedangkan untuk variabel jenis kelamin
antara pasien yang meninggal dan pasien yang
dan tindakan bedah tidak ada perbedaan
hidup, sedangkan untuk variabel umur, jenis
bermakna (p > 0,05).
kelamin dan tindakan bedah tidak ada
Uji statistik lainnya dilakukan terhadap perbedaan bermakna (p > 0,05) antara pasien
data demografi subyek penelitian berdasarkan yang meninggal dan pasien yang hidup.
kondisi pasien di Instalasi Pelayanan Intensif &
Perbedaan yang terjadi pada beberapa
High Care Unit pada masing-masing kelompok
variabel demografi berdasarkan kondisi pasien
yaitu kelompok dengan hipomagnesemia
di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
maupun tanpa hipomagnesemia. Uji statistik
baik pada kelompok dengan hipomagnesemia
yang digunakan adalah uji statistik
maupun tanpa hipomagnesemia dapat
independent samples t-test dan uji Chi-Square
dijadikan prediktor mortalitas pasien di
(fisher’s test). Hasil penelitian disajikan pada
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit.
tabel 3.
Hal ini perlu dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui besarnya faktor risiko (resiko adalah 69 pasien (94,5%). Hasil ini secara
relatif) pada kedua kelompok tersebut. statistik terdapat perbedaan bermakna pada
kondisi pasien di Instalasi Pelayanan Intensif &
Untuk mengetahui angka kematian
High Care Unit yang meninggal dan hidup
pasien yang dirawat di Instalasi Pelayanan
antara kelompok dengan hipomagnesemia dan
Intensif & High Care Unit Rumah Sakit Umum
kelompok tanpa hipomagnesemia (p < 0,05; p
Daerah Dokter Moewardi Surakarta dengan
= 0,001). Dari hasil penelitian ini ditemukan
penyakit kritis, serta untuk mengetahui bahwa
nilai RR (Risiko Relatif) sebesar 16,22 artinya
hipomagnesemia sebagai prediktor mortalitas
bahwa pasien-pasien pada kelompok
pasien yang dirawat di Instalasi Pelayanan
hipomagnesemia mempunyai kemungkinan
Intensif & High Care Unit dilakukan dengan
sebesar 16,22 kali untuk meninggal
membandingkan angka mortalitas pasien di
dibandingkan pasien-pasien pada kelompok
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
tanpa hipomagnesemia.
pada kelompok dengan hipomagnesemia dan
kelompok pasien tanpa hipomagnesemia. Hasil Kematian pasien penyakit kritis selama
penelitian dapat dilihat pada tabel 4 berikut. dirawat di Instalasi Pelayanan Intensif & High
Care Unit berdasarkan kadar magnesium
serum. Proporsi dan prosentase kematian
pasien sepsis di Instalasi Pelayanan Intensif &
High Care Unit dapat dilihat pada tabel 5
berikut.

Tabel 4. Hipomagnesemia sebagai prediktor


mortalitas pasien penyakit kritis di Instalasi
Pelayanan Intensif & High Care Unit RS dr.
Moewardi Solo

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa


Tabel 5. Kondisi pasien penyakit kritis selama di
kondisi pasien di Intalasi Pelayanan Intensif &
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
High Care Unit meninggal pada kelompok berdasarkan kadar magnesium serum (N =
dengan hipomagnesemia adalah sebanyak 24 100)

pasien (88,9 %) dan pasien hidup sebanyak 3


Analisis tabel 5 terlihat bahwa kadar
pasien (11,1%), sedangkan pasien meninggal
magnesium serum dapat memprediksi
pada kelompok tanpa hipomagnesemia adalah
kematian pasien penyakit kritis selama di
sebanyak 4 pasien (5,5 %) dan pasien hidup
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care korelasi dalam penelitian ini menggunakan
Unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis regresi linier pada tabel 6 berikut.
pasien yang meninggal pada kondisi
hipomagnesemia dan hipermagnesemia
sangat tinggi yaitu dari 22 pasien terdapat
21 pasien (95,5%) dan dari 5 pasien
terdapat 3 pasien (60%). Secara statistik
terdapat kebermaknaan dalam memprediksi
kematian pasien penyakit kritis selama di
Tabel 6. Analisis regresi linier antara variabel kadar
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care
magnesium serum, skor APACHE II, dan
Unit berdasarkan kadar magnesium serum predicted mortality rate dengan mortalitas
(p < 0,05; p = 0,001). pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan
Intensif & High Care Unit Rumah Sakit Umum
Analisis regresi linier (tabel 6)
Daerah Dokter Moewardi Surakarta
digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel kadar magnesium serum, skor Berdasarkan hasil analisis regresi linier
APACHE II, dan predicted mortality rate yang ditampilkan pada tabel 7 terlihat bahwa
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di harga Rxy = 0,761 dengan nilai p < 0,05. Hal ini
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care dapat diartikan bahwa secara bersama-sama

Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dokter terdapat korelasi kuat (kekuatan korelasi kuat:

Moewardi Surakarta. Tujuan lainnya dari 0,600-0,799) antara kadar magnesium serum,

analisis ini adalah untuk mengetahui skor APACHE II, dan predicted mortality rate

apakah beberapa variabel yang diukur ini dengan mortalitas pasien penyakit kritis di

secara sendiri-sendiri maupun bersama- Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit

sama dapat dijadikan prediktor mortalitas Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi

pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Surakarta. Secara sendiri-sendiri kadar


magnesium serum mempunyai hubungan
Intensif & High Care Unit.
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di
Di dalam uji korelasi (hubungan),
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
menurut Dahlan (2008) dapat dilihat
sebesar rxy = 0,345, artinya kadar magnesium
tingkat kebermaknaan (bermakna p < 0,05
serum mempunyai korelasi lemah (kekuatan
atau tidak bermakna p > 0,05), kekuatan
korelasi lemah: 0,200-0,399) dengan mortalitas
korelasi (sangat lemah: 0,00-0,199, lemah:
pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan
0,20-0,399, sedang: 0,40-0,599, kuat: 0,60-
Intensif & High Care Unit, dan secara statistik
0,799 dan sangat kuat: 0,80-1,00). Hasil uji
hubungan antara kadar magnesium serum
dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit
kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & High (kekuatan korelasi kuat: 0,600-0,799) dengan
Care Unit bermakna (p < 0,05). Hasil ini dapat mortalitas pasien penyakit kritis di Instalasi
disimpulkan bahwa kadar magnesium serum Pelayanan Intensif & High Care Unit, dan
dalam memprediksi mortalitas pasien sepsis di secara statistik hubungan antara variabel
ICU mempunyai kekuatan lemah, sehingga Predicted mortality rate dalam memprediksi
perlu ada faktor atau variabel lain untuk mortalitas pasien penyakit kritis di Instalasi
memperkuat prediksi mortalitas pasien Pelayanan Intensif & High Care Unit bermakna
penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & (p < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
High Care Unit. variabel Predicted mortality rate dapat
memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis
Secara sendiri-sendiri skor APACHE II
di Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
mempunyai hubungan dengan mortalitas
secara sendiri, hal ini karena variabel Predicted
pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan
mortality rate mempunyai korelasi kuat
Intensif & High Care Unit sebesar rxy = 0,758,
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di
artinya skor APACHE II mempunyai korelasi
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit.
kuat (kekuatan korelasi kuat: 0,600-0,799)
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di D. KESIMPULAN
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit,
dan secara statistik hubungan antara skor
Berdasarkan hasil penelitian, dapat

APACHE II dalam memprediksi mortalitas disimpulkan bahwa:

pasien penyakit kritis di Instalasi Pelayanan 1. Ada hubungan antara kadar

Intensif & High Care Unit bermakna (p < 0,05). magnesium darah dengan mortalitas

Hal ini dapat disimpulkan bahwa skor APACHE pasien penyakit kritis (p < 0,05).
II dapat memprediksi mortalitas pasien Hubungan antara kadar magnesium
penyakit kritis di Instalasi Pelayanan Intensif & darah dengan mortalitas pasien
High Care Unit secara sendiri, hal ini karena penyakit kritis ditunjukkan dengan
skor APACHE II mempunyai korelasi kuat nilai prediksi sebesar 16,22 yang
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di artinya bahwa pasien-pasien pada
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit. kelompok hipomagnesemia
mempunyai kemungkinan sebesar
Secara sendiri-sendiri variabel
16,22 kali untuk meninggal
Predicted mortality rate mempunyai hubungan
dibandingkan pasien-pasien pada
dengan mortalitas pasien penyakit kritis di
kelompok tanpa hipomagnesemia.
Instalasi Pelayanan Intensif & High Care Unit
sebesar rxy = 0,740, artinya variabel Predicted
mortality rate mempunyai korelasi kuat
E. SARAN Cerra FB, Negro F, Abrams J. 1990. APACHE II
score does not predict multiple organ
Diperlukan penelitian lanjutan dengan
failure or mortality in post operative
desain penelitian prospektif guna surgical patients. Arch Surg. 125
mengendalikan variabel perancu serta (4):519-522.
mempermudah pencatatan dan kelengkapan Chen FG, Koh KF. 1994. Septic shock in a
data penelitian. surgical intensive care--validation of
multiorgan and APACHE II scores in
predicting outcome. Ann Acad Med,
F. DAFTAR PUSTAKA
Singapore. 23(4):447-451.

Akhtar, M., Ullah, H., & Hamid, M., 2011. Chien MM, Zahradka KE. Newell MK, &Freed
Magnesium, a drug of diverse JH. 1999. Fas-induced B cell apoptosis
use.Journal of The Pakistan Medical requires an increase in free cytosolic
Assosiation. Dec, 61(12):1220-1225. magnesium as an early event. J Biol
Chem. 274:7059-66.
Anonim, 2014, ICU Outcomes (Mortality and
Length of Stay) Methods, Data Cowan JA. 2002. Structural and catalytic
Collection Tool and Data, Philip R Lee chemistry of magnesium-dependent
Institute for Health Policy Study, enzymes. Biometals.15(3):225-35
University of California, Dahlan, M.S., 2010. Statistik untuk Kedokteran
Downloadtanggal25/3/2015. dan Kesehatan. Salemba Medika.
Appel LJ, Moore TJ, Obarzanek E, Vollmer WM, Jakarta
Svetkey LP, Sacks FM, et al. 1997. A De Backer D, Creteur J, Dubois MJ, Vincent JL.
clinical trial of the effects of dietary 2004. Microvascular alterations in
patterns on blood pressure. DASH patients with acute severe heart failure
Collaborative Research Group. N Engl J and cardiogenic shock. Am Heart J.
Med. 336(16):1117-24. 147(1):91-9.
Berger MM, Marazzi A, Freeman J, Chiolero R. De Backer D, Creteur J, Prelser J, Dubois MJ,
1992. Evaluation of the consistency of Vincent JL. 2002. Microvascular blood
Acute Physiologic and Chronic Health flow is altered in patients with sepsis.
Evaluation (APACHE II) scoring in Am J Respir Crit Care Med. 166:98-104.
surgical intensive care unit. Crit Care
Med. 20(12):1681-1687.

Boechat, T.O., Silveira, M.F., Wilian Faviere, Dellinger,R.P., Levy,M.M., Rhodes,A., Annane,
W., Macedo, G.L., 2012, D., Gerlach,H., Opal,S.M., Sevransky,
Thrombocytopenia in sepsis: an J.E., Douglas,I.S., Jaeschke,R.,.
important prognosis factor, Rev Bras Osborn,T.M., Nunnally,M.E.,
Ter Intensiva. Vol: 24(1):35-42. TownTHd, S.R., Reinhart,K., Kleinpell,
R.M., Angus,D.C., Deutschman,C.S.,
Bone RC. 1996. Sir Isaac newton, sepsis, SIRS, Machado, F.R., Rubenfeld, G.D., Beale,
and CARS. Crit Care Med. 24(7):1125-8. R.B., Vincent, J.L., Moreno, R., 2013
Surviving Sepsis Campaign:
International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and treatment of shock, ischemia, and
Septic Shock: 2012, sepsis. Crit Care Med. 20:263-75.
www.ccmjournal.org, vol 41
Huijgen HJ, Soesan M, Sanders R, Mairuhu
Dina Salah., Mohammed S. Shorbagy., & WM, Kesecioglu J, Sanders GT. 2000.
Mohammed Saleh., 2014. Treacheal Magnesium levels in critically ill
intubation in pediatric surgeries patients, what should wemeasure. Am
without muscle relaxing using J Clin Pathol.114:688-95.
magnesium sulphate as an adjuvant.
Ain-Shams Journal of Anesthesiology. Knaus, W.A., Draper, E.A., Wagner, D.P.,
7(3):370-375. Zimmerman, J.E., 1985, APACHE II : A
severity of disease classification
Drenk N. 2001. Point of care testing in critical system, Critical Care medicine, The
care medicine: the clinician‟s view. Williams & Wilkins Co, USA, Vol 13, no
Clin Chim Acta. 307:3–7 10

Gray A, Gill S, Airey M, Williams R. 2003. Laupland KB, Shahpori R, Kirkpatrick AW, Ross
Descriptive epidemiology of adult T, Gregson DB, Stelfox HT. 2008.
critical care transfers from the Occurrence and outcome of fever in
emergency department. Emerg Med J. critically ill adults. Crit CareMed.
20:242-6 36(5):1531-5

Grissom CK, Brown SM, Kuttler KG, Boltax JP, Mc Cowen KC, Malhotra A, &Bistrian BR. 2001.
Jones J, Jephson AR, et al. 2010. A Endocrine and metabolic dysfunction
modified sequential organ failure syndromes in the critically ill. Crit Care
assessment score for critical care Clin. 17:107-24.
triage. Am Med Association. 4(4):277-
McCoy H, &Kenney MA., 1996. Interactions
84
between magnesium and vitamin D:
Halim DA, Murni TW, &Redjeki IS. 2009. possible implications in the immune
Comparison of APACHE II, SOFA, and system. Magnesium Res. 9:185-203.
Modified SOFA scores in predicting
Mody I, Lambert JD, &Heinemann U. 1987.
mortality in surgical patients in
Low extracellular magnesium induces
Intensive Care Unit at Dr. Hasan
epileptiform activity and spreading
Sadikin General Hospital. Crit Care
depression in rat hippocampal slices. J
&Shock. 12:157-69.
Neurophysiol. 57(3):869-88.
Halim DA, Murni TW, Redjeki IS. 2009.
Morgan GE., and Mikhail MS., 2013. Clinical
Comparison of APACHE II, SOFA, and
Anesthesiology. Ed. 5th, Lange Medical
Modified SOFA scores in predicting
Books-McGraw-Hill, Chicago.
mortality in surgical patients in
Intensive Care Unit at Dr. Hasan Mayr VD, Dunser MW, Greil V, Jochberger S,
Sadikin General Hospital. Crit Care & Luckner G, Ulmer H, et al. 2006. Causes
Shock. 12:157-69. of death and determinants of outcome
in critically ill patients. Critical Care.
Harkema JM, &Chaudry IH., 1992. Magnesium
10(6):1-13.
adenosine triphosphate in the
Naved,, S., Siddiqui, S., Khan, F. 2011. APACHE- Stoelting RK. 2006. Handbook of
II Score Correlation With Mortality And Pharmachology and Physiology in
Length Of Stay In An Intensive Care Anesthetic Practice. Ed 2nd. Lippincott
Unit. Journal of the College of Williams and Wilkins, Philadelphia.
Physicians and Surgeons Pakistan.
21(1):4-8; Available at: Sugiman, T., 2011, Sistem Skor di Intensive
http://ecommons.aku.edu/pakistan_fh Care Unit, Indonesian Journal of
Intensive Care Medicine, PERDICI, Vol
s_mc_anaesth/1. Downloadtanggal:
25/3/2015. 1, hal : 76-87.

Nidhi B. Panda., Neerja Bharti., & Seema Susanne H., Marianne E.S., Stefan G. De Hert.,
Prasad., 2013. Minimal effective dose Markus W.H., 2011. Magnesium
of magnesium sulfate for attenuation essential for anesthesiologist. Editor:
of intubation response in hypertensive David, S. Warner, Anesthesiologist,
patients. Journal of Clinical Anesthesia, 114(4): 971-93.
Mar 17: 25(2):92-97. Swaminathan R. 2003. Magnesium metabolism
Oberholzer A, Oberholzer C, Moldawer LL. and its disorders. Clin Biochem Rev.
2000. Cytokine signaling-regulation of 24:47-66
the immune response in normal and Tam M, Gomez S, Gonzalez-Gross M,& Marcos
critically ill states. Crit Care A. 2003. Possible roles of magnesium
Med.28(4):3-12 on the immune system. Eur J Clin Nutr.
Perl TM, Dvorak L, Hwang T, Wenzel RP. 1995. 57(10):1193-7.
Long-term survival and function after Vincent JL, Moreno R. 2010. Clinical review:
suspected gram-negative sepsis. JAMA. scoring systems in the critically ill.
274:338-45. Critical Care. p. 14:207.
Rab, T. 2007. Agenda Gawat Darurat (Critical Weglicki WB, Kramer JH, Mak IT, Dickens BF,
Care). Bandung: PT Alumni. &Komarov AM. 2001.Pro-oxidant and
Salem M, Kasinski N, Munoz R, &Chernow B. pro-inflammatory neuropeptides in
1995. Progressive magnesium magnesium deficiencies. In: Rayssiguier
Y, Mazur A, Durlach J, editors.
deficiency increases mortality from
endotoxin challenge: protective effects Advances in magnesium research:
of acute magnesium replacement nutrition and health. London: John
therapy. Crit Care Med. 23:108-18. Libbey. p.285-9.

Seo JW, Park TJ. 2008. Magnesium Yano K, Liaw PC, Mullington JM, Shih SC, Okada
Metabolism. Electrolyt and Blood Pres. H, Bodyak N, et al. 2006. Vascular
24:47-66 endothelial growth factor is an
important determinant of sepsis
Soliman HM, Mercan D, Lobo SS, Melot C, morbidity and mortality. J Exp Med.
&Vincent JL. 2003. Development of 203:1447-58.
ionized hypomagnesemia is associated
with higher mortality rates. CritCare Young MP, Birkmeyer JD, 2000, Potential
Med. 31(4):1082-7 Reduction in Mortality Rates Using an
Intensivist Model to Manage Intensive
Care Units, Eff Clin Pract, Vol 3(6), 284-
289

Zimmerman JE, Kramer AA, Knaus WA. 2013.


Changes in hospital mortality for
United States intensive care unit
admissions from 1988 to 2012.
CriticalCare. 17:R81.

Anda mungkin juga menyukai