Abstrak
Kegagalan mengenali dengan risiko mortalitas tinggi pada pasien dapat menyebabkan luaran yang buruk.
penilaian yang cepat dan tepat terhadap perubahan tanda vital sangat penting untuk menghindari keterlambatan
penanganan. Beberapa modul triase telah dirancang untuk mendukung pengambilan keputusan bagi perawat/
dokter triasePenelitian meneliti ketepatan modul triase IGD RSCM dalam memprediksi mortalitas untuk luaran
24 jam dan 7 hari. Dilakukan studi kohort retrospektif pada 529 s pasien triase di Instalasi Gawat Darurat RSCM.
Luaran mortalitas pasien dibagi menjadi mortalitas 24 jam dan mortalitas 7 hari. Area under the curve modul triase
untuk luaran 24 jam adalah 0,787 (IK 95%: 0,690–0,885), lebih besar daripada area under the curve modul triase
untuk luaran 7 hari yaitu 0,662 (IK 95%: 0,597–0,726). Hal ini berarti modul triase IGD RSCM lebih akurat dalam
memprediksi mortalitas 24 jam daripada mortalitas 7 hari. Rasio kemungkinan positif (PLR) yang terbesar ialah
untuk kategori resusitasi, yaitu 11,36. Performa modul triase IGD RSCM lebih baik dalam memprediksi mortalitas
24 jam daripada untuk memprediksi mortalitas 7 hari.
Kata kunci: Akurasi, instalasi gawat darurat, modul triase, mortalitas, tanda vital
Abstract
Failure to identify high risk patients leads to poor outcomes. quick and precise assessment of vital signs changes is
very important to help the triage doctors/nurses in making prompt decisions. This study analyzed the amLuracy of
the triage modules in the ED of RSCM inpredicting the mortality outcome in 24 hours and 7 days. a retrospective
cohort study was done on 529 patientswho underwent the triage procedure in the ED of RSCM. The patients’
mortality outcomes were divided into 24-hours mortality and 7-days mortality. The area under the curve for the
24-hours outcome was 0.787 (95% CI: 0.690 to 0.885) greater than the area under the curve for 7-days outcomes
(0,662, CI 95%: 0.597 to 0.726), thus the triage module in the ED of RSCM was better in predicting of 24-hours
mortality than 7-days mortality. The ER triage module was more amLurate in predicting 24-hours mortality than
f 7-days mortality.
Korespondensi: Andi Ade Wijaya, dr., SpAnK, Divisi Anestesia Pediatrik, Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif RSUPN
dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Alamat Rumah Jl. Tebet Barat Dalam IX D/31 Rt.002 / Rw.06, Telp. 021-3143736, Mobile
08161972927, Email adwrfauzi@gmail.com
154
155
Pengaruh Anestesi Umum dibanding dengan Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea terhadap Suhu Rektum Bayi Baru Lahir
Pengaruh Anestesi Umum dibanding dengan Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea terhadap Suhu Rektum Bayi Baru Lahir
luaran adalah 0,9 (IK 95%: 0,840-0,963) untuk spesifik menjelaskan keadaan jalan napas seperti
luaran 24 jam dan 0,79 (IK 95%: 0,735-0,846) pada modul triase.7-9
untuk luaran 7 hari. REMS adalah sistem skor yang Nilai sensitivitas 33,33% berarti probabilitas
dikembangkan untuk memprediksi mortalitas pasien masuk kategori resusitasi saat triase adalah
pasien IGD, yang merupakan penyederhanaan 33,33% pada pasien yang meninggal dalam
dari skor APACHE II. REMS menggunakan 24 jam setelah triase. Nilai sensitivitas 61,11%
variabel usia, suhu tubuh, MAP, denyut jantung, berarti probabilitas pesien masuk kategori
frekuensi napas, saturasi dan GCS, tanpa secara minimal emergency (resusitasi+emergency) saat
triase adalah 61,11% pada pasien yang sensitifitas modul triase kurang baik dalam
meninggal dalam 24 jam setelah triase. mendeteksi mortalitas pasien dengan kondisi
Nilai sensitivitas 33,33% berarti probabilitas mengancam nyawa atau potensi mengancam
pasien masuk kategori resusitasi saat triase adalah nyawa (true emergency).
33,33% pada pasien yang meninggal dalam Nilai spesifisitas 97,06% pada titik potong
24 jam setelah triase. Nilai sensitivitas 61,11% resusitasi untuk luaran 24 jam berarti probabilitas
berarti probabilitas pesien masuk kategori pasien tidak termasuk kategori resusitasi saat
minimal emergency (resusitasi+emergency) triase adalah 97,06% pada pasien yang tidak
saat triase adalah 61,11% pada pasien yang meninggal (hidup) dalam 24 jam setelah
meninggal dalam 24 jam setelah triase. triase. Nilai spesifisitas 76,32% pada titik
Secara umum didapatkan nilai sensitifitas potong emergency untuk luaran 24 jam berarti
terrendah pada titik potong resusitasi dan semakin probabilitas pasien tidak termasuk kategori
besar nilai sensitifitasnya jika titik potong lebih minimal emergency (emergency dan resusitasi)
longgar ke level dibawahnya. Sebaliknya, nilai saat triase adalah 76,32% pada pasien yang
spesifisitas tertinggi pada titik potong resusitasi tidak meninggal (hidup) dalam 24 jam setelah
dan semakin rendah jika titik potong penilaian triase. Nilai spesifisitas ini menunjukkan bahwa
dilonggarkan ke level dibawahnya. Jadi, saat spasifisitas modul triase hanya dapat diandalkan
sensitivitasnya naik, spesifitasnya turun. Ini pada pasien resusitasi.
adalah ciri umum sebuah tes diagnostik.10 Nilai Berbeda dengan sensitivitas dan spesifisitas
sensitivitas 33,33% pada titik potong resusitasi yang merupakan faktor yang independen terhadap
untuk luaran 24 jam berarti probabilitas pasien prevalensi penyakit, dan tetap konstan walaupun
masuk kategori resusitasi saat triase adalah diterapkan pada populasi yang berbeda, nilai
33,33% pada pasien yang meninggal dalam 24 prediktif menggambarkan performa suatu test
jam setelah triase. Nilai sensitivitas 61,11% atau temuan klinis pada suatu populasi dengan
pada titik potong emergency untuk luaran 24 prevalensi khusus.10 Nilai duga positif 28,6%
jam berarti probabilitas pesien masuk kategori pada titik potong resusitasi untuk luaran 24 jam
minimal emergency (resusitasi+emergency) saat berarti bahwa kemungkinan pasien meninggal
triase adalah 61,11% pada pasien yang meninggal dalam 24 jam setelah triase adalah 28,6% jika
dalam 24 jam setelah triase. Dengen demikian, pasien termasuk kategori resusitasi. Nilai duga
Pengaruh Anestesi Umum dibanding dengan Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea terhadap Suhu Rektum Bayi Baru Lahir