Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini.
Saya berharap dengan adanya Critical Book Report ini dapat berguna untuk
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang filsafat pendidikan.

Namun saya menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca guna kesempurnaan tugas ini. Sebelumnya saya juga
mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan kata yang kurang berkenan dihati
para pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 17 November 2018

Suci Mila Dermiati Harahap


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….


1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..

2.1 Identitas Buku……………………………………………………………………..

2.2 Ringkasan Isi Buku………………………………………………………………..

2.3 Kelemahan dan Kelebihan Buku…………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan dan Saran………………………………………………….............

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalin kehidupan ini sering mengandalkan filsafat tetapi terkadang kita
tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan sebuah filsafat. Kita sering
merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan raih apabila kita lulus kuliah nanti.
Dalam perenungan itu banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-
pilihan sebagai alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul. Apabila kita
terus mencari tau dan terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai
metode sampai kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah
pengetahuan bagi kita.

Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi pendidikan adalah ide-ide
yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua perlu proses untuk menemukannya.
Filsafat merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara
mendalam sampai akar-akarnya. Segala sesuatu yang selama ini kita kenal tidaklah
lahir begitu saja, namun suatu benda, hewan, dan lain-lain mengandung filsafat
didalamnya. Segala ilmu pengetahuan yang jumlahnya susah untuk dihitung, yang
bertebaran dimuka bumi inipun lahir dari sebuah proses panjang yang dinamakan
filsafat.

1.2 Tujuan
BAB II

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat

A.1. Secara Etimologi, kata filsafat yang dalam Bahasa Inggris (Philosophy), dan dalam
Bahasa Arab (Falsafah), yang keduanya berasal dari Bahasa Yunani (Philosopia)
terdiri dari dua suku kata yaitu Philen (cinta/love) dan Sopia
(kebijaksanaan/wisdom). Sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Phytagoras (582-
496 SM), adalah orang yang pertama kali menggunakan kata filsafat. Pada awal mula
digunakan kata filsafat,artinya belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
dijelaskan para ahli berikutnya seperti oleh kaum Sophist dan juga Socrates (470-339
SM).

A.2. Pengertian Terminologi, maksudnya adalah arti yang terkandung oleh istilah atau
filsafat itu sendiri. Berikut pengertian filsafat yang kemukaka para ahli (Surajiyo,
2008, 3-4) yaitu :

a. Plato : Pengetahuan kebenaran yang asli.

b. Aristoteles : Metafisika, logika, retorika, etika,ekonomi polotik, dan estetika.

c. Al-Faribi : Wujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.

d. Rena Descartes :Kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, Alam, dan Manusia
menjadi pokok penyelidikan.

e. Immanuel Kant : Pokok pangkat dari segala pengetahuan.

f. Langeveld :Masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian,


dan kebebasan.

g. Hasbullah Bakry : Mengenai ketuhanan.

h. N. Driyarkara : Perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada’ dan


‘berbuat’ perenungan tentang reality yang sedalam-alamnya, sampai ke ‘mengapa’
yang penghabisan.

i. Notonagoro : Sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam.

j. Ir. Poedjawijatna :Mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu


berdasarkan pikiran belaka.

k. Harol Titus (Jalauddin dan Idi, filsafat adalah :


1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara kritis.
2) Filsafat adalah suatu proses kritis atau pemikiran terhadap kepercyaan dan
sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti konsep.
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

l. Beck (Mudyahardjo, 2001 ,27) : kebenaran alam semesta beserta isinya dengan
karakteristik ; (kritis, spekulatif, fenomenologis, normatif).

m. Ali Mudhofir (Surajiyo, 2008, 4-6), filsafat adalah sebagai suatu sikap, suatu
metode, kelompok persoalan, sekelompok teori atau sistem pemikiran, analisis logis
tentang Bahasa dan penjelasan makna istilah, dan merupakan usaha untuk
memperoleh pandangan yang menyeluruh.

Dari pengertian para ahli filsafat dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai
pada hakikatnya dengan menggunakan akal atau pikiran. Filsafat bukan
mempersoalkan fenomena atau gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, akan tetapi
yang dicari adalah hakikat dari suatu gejala atau fenomena atau peristiwa. Hakikat
adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu itu. Filsafat adalah
usaha untuk mengetahui segala sesuatu, kebenaran dari segala sesuatu, ada (being).
Jadi, filsafat membahas lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas
masalah-masalah yang paling besar.

B.Tujuan dan Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan

B.1. Tujuan

Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gejala-gejala atau fenomena
secara mendalam saja. Jadi dlam filsafat harus refleksi, radikal dan integral.

B.2. Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan

Filsafat merupakan hasil menjadi – sadarnya manusia mengenai dirinya sebagai


pemikir, dan menjadi – kritisnya manusia terhadap dirinya sendiri sebagai pemikir
didalam dunia yang dipikirkannya. Filsafat bertugas sebagai pengantar, pengiring,
dan sekaligus sebagai hati nurani dan segenap kegiatan ilmiah. Filsafat mencoba
mengerti, menganalisa, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan
secara mendalam meskipun masih relative dan subjektif. Pengertian filsafat selalu
mengalami perubahan dan perkembangan.
C. Alasan Berfilsafat

Manusia sebagai makhluk berpikir selalu berusaha untuk mengetahui segala


sesuatu,tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu.Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yakni : keheranan(mempertanyakan),
kesangsian(memikirkan),dan kesadaran akan keterbatasan(menyelidiki segala
sesuatu).

D. Peranan Filsafat

Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia yaitu sebagai pendobrak, pembebas,
dan pembimbing.

B. Pengertian Filsfat pendidikan

Merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari hasil,dimana pendidikan itu
merupakan wahana untuk membawa peserta didik mencapai tingkat perkembangan
optimal sesuai dengan potensi pribadinya. Proses dan sebagai hasil pelaksanaannya
sangat memerlukan adanya pengkajian yang mendalam dan komprehensif agar
proses untuk mencapai dan hasil yang dicapai dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia sebagai manusia mulia.

Sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan dan pelaksanaan


pendidikan. Kedua bidang pengetahuan ini harus menjadi pengetahuan dasar
(knowledge basic)bagi setiap pelaksanaan pendidikan.

Menurut Jamaluddin dan Idi(1997),filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan


normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan
ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam
kehidupannya.

Menurut Al-Syaibani(1979,30),filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan


falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.

BAB II

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem

Filsafat pendidikan sebagai nama cabang filsafat lainnyamencakup sekurang-


kurangnya tiga cabang utamadari filsafat yakni :

 Ontologi, mempelajari keberadaan dalam bentuknya yang paling abstak


(Surajiyo,2008,158).
 Epistemologi, pendidikan dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan
dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Sumber yang
digolongkan yakni, empirisme dan rasionalisme.
 Aksiologi, landasan aksiologi dalam praktek pelaksanaan pendidikan
didasarkan pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD
1945 menekankan bahwa pendidikan dimaksudkan untuk menerdaskan
kehidupan bangsa.

Selain pendekatan linier, filsafat pendidikan dapat disusun dengan berpangkal


kepada pendekatan tertentu dari pada pendidikan itu sendiri. Misalnya berdasarkan
suatu definisi, pendidikan yakni,pendidikan merupakan pemberdayaan
(empowerment) sumber daya manusia.

B. Substansi Filsafat Pendidikan

Dengan memperhatikan kedudukan filsafat pendidikan secara fungsional terhadap


keadaan atau perubahan serta perkembangan zaman dan alam, maka tidak jarang
filsafat pendidikan merupakan tumpuan atas berbagai pertanyaaan yang bersifat
makro.

C. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Filsafat dan filsafat pendidikan sangat erat hubungannya dan sangat penting, sebab
menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan
adalah aktivitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teraturdan mendalam
yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan dan mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
akan dicapai. Dengan demikian dapatlah dikatakan terdapat kesatuan yang utuh
antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia atau pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
adalah :

1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori oleh
para ahli.

2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran filsafat tertentu yang memiliki relavansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dana rah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan (Jalaluddin, 1997,23).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa antar filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat
suatu huungan yang erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

BAB III

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Idealisme berpendirian, bahwa kenyanyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide-


ide) atau spirit. Inti yang terpenting dari idealisme adalah manusia menganggap roh
atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan
manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga
benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme
berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang
baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk
menemukan hakikat yang mutlak yang murni pada kehidupan manusia, demikian
juga hasil adaptasi individu lainnya oleh karena itu adanya hubungan rohani yang
akhirnya membentuk dan peradaban baru (Bakry,1992 : 56).
2. Filsafat Pendidikan Realisme

Definisi kebenaran menurut penganut realisme adalah ukuran kebenaran suatu


gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah gagasan itu bener-benar
memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri ataukah
tidak dengan mengadakan pembedaan antara apakah sesuatu itu yang senyatanya
dengan bagaimanakah tampaknya barang sesuatu. Kita akan tau apakah barang itu
baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkannya dari yang menampak.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, materialism


mementingkan kebendaan menurut materialism (Poerwadarminta, 1984, 638).
Berpikir dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya,
kenyataannya aliran ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang
ada di semua alam ini ialah yang dapat dilihat atau di observasi, baik wujudnya
maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-peristiwanya.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Fragmatisme berasal dari kata “pragma” yang berarti praktik atau aku berbuat.
Mengandung arti bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya
dengan apa yang dapat dilakukan. Manusia dan lingkungan berdampingan, dan
mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap realitas.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi adalah


cara manusia ada di dunia (Sadulloh. 2003). Cara beradanya manusia adalah hidup
bersama dengan manusia lainnya, ada kerja sama dan komunikasi dan dengan penuh
kesabaran, sedangkan benda-benda materi kebenarannya berdasarkan
ketidaksadaran akan dirinya sendiri dan tidak dapat anatara satu dengan lainnya.

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam satu arah yang positif.
Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang.
Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa
kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa yang akan
datang.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Aliran ini berbeda dengan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu
yang baru. Aliran ini mengemukakan bahwa situasi dunia ini penuh dengan
kekacauan dan ketidak pastian, dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan
kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Untuk memperbaiki keadaan ini,
yaitu dengan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kuat atau prinsip-prinsip umu yang telah menjadi pandangan
hidup yang kuat pada zaman duludan pada abad pertengahan.

8. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat
tersendiri, melainkan suatu gerakan suatu gerakan dalam pendidikan yang
memproses pendidikan progresivisme. Esensi (Essence) adalah hakikat barang
sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari sesuatu sebagai satuan yang
konseptual dan akali. Esensi (Essentia) adalah apa yang membuat sesuatu menjadi
apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang lebih permanen dan mantap dari
sesuatu yang berlawanan dengan yang berubah-ubah, parsial, atau fenomenal.

9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstuksionisme adalah Suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir


progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari
pengalaman-pengalaman kemasyarakatan disekolah. Sekolah bukan masyarakat
dalam ukuran mikro (kecil).

BAB IV

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan dan


Nilai

1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

Nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila, dapat disimpulkan bahwa manusia


Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap
perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat indoensia.

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat

Bahwa masyarakat-bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang


aman, damai, sejahtera, terbuka serta toleran, adil dan makmur. Berarti masyarakat
Indonesia berkembang dengan tetap etnis yang ada di dalam masyarakat, masing-
masing budaya etnis yang ada di masyarakat mendapatkan kesempatan yang seluas-
luasnyauntuk berkembang.
3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa


pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai,
kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

B. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan


Nasional

Sistem pendidikan selalu dalam proses pengembangan dengan paradigm-paradigma


baru sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan zaman untuk mencapai
masyarakat aman, damai, tenteran, toleran, saling mengasihi, sejahtera, makmur dan
berkeadilan.

BAB V

HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN

A. Hakekat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan sebagai proses mengubah tingah laku anak didik agar menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan adalah usaha
manusia (pendidik) untuk dengan penuh kesadaran dan tanggug jawab membimbing
anak-anak (peserta didik) mencapai kedewasaan.

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dapat dibedakan menurut luas dan sempitnya isi tujuan itu yang
sekaligus bekaitan dengan jauh dekatnya jarak waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan luas dan sempitnya isi tujuan serta jauh
dekatnya jarak waktu untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka dapat
disusun menurut hirarkinya : Tujuan Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi
Lulusan, Kompetensi Dasar, dan Indikator.

Anda mungkin juga menyukai