1 Latar Belakang
Karakteristik gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi kategori positif', negatif' dan kognitif.
Skizofrenia adalah penyakit mental kronis, progresif, dan berpotensi melemahkan yang
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia 0,3-1 % dan biasanya timbul pada usia
sekitar 18-45 tahun, namun juga ada yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita
skizofrenia. Tahun 2013 hasil riset kesehatan dasar, menyatakan bahwa penderita gangguan
jiwa berat di Indonesia mencapai angka 1,7 per mil. Sedangkan pada populasi dunia gangguan
skizofrenia memiliki angka prevalensi 1% (rata-rata 0,85%), dengan angka insidens skizofrenia
1 per 10.000 orang per tahun (Sefrina F & Latipun, 2016); (Mayo AG, 2019).
Masyarakat awam sering menyebut skizofrenia dengan sejenis penyakit yang tidak
mudah untuk dipahami, menakutkan dan tidak wajar. Adanya beragam stigma tersebut, cukup
memberi dampak terhadap sikap yang diberikan pada pasien. Meskipun dalam lingkup sosial,
pasien skizofrenia sebagai individu juga merupakan anggota masyarakat, namun ketika
individu mengalami gangguan skizofrenia, maka hal tersebut sering dianggap sebagai aib,
dianggap sebagai beban karena individu tidak lagi produktif, sehingga tidak dapat menjalankan
peran, tugas, serta tanggung jawab sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Akibatnya
sosial, dan dalam keseluruhan kualitas hidup. Sebagian besar gangguan adalah sifat sosial,
termasuk kemampuan individu untuk memenuhi definisi sosial masyarakat seperti ibu rumah
tangga, pekerja, siswa, pasangan, keluarga atau teman. Disfungsi sosial sering dipandang
sebagai beban ekonomi dan tantangan bagi pasien, keluarga, sistem kesehatan, dan masyarakat