Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENERAPAN TEKNIK EDITING COLOR CORRECTION


DALAM PRODUKSI FEATURE
" SEBELUM MENJADI WAYANG "

Oleh
Yusri Assiddiqi
16.1.70401.1047

PROGRAM STUDI PENYIARAN


AKADEMI KOMUNIKASI RADYA BINATAMA
YOGYAKARTA
2019
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PENERAPAN TEKNIK EDITING COLOR CORRECTION
DALAM PRODUKSI FEATURE
"SEBELUM MENJADI WAYANG"

Oleh
Yusri Assiddiqi
16.1.70401.1047

PROGRAM STUDI PENYIARAN


AKADEMI KOMUNIKASI RADYA BINATAMA
YOGYAKARTA
2019
PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Proposal ini telah disetujui sebagai dasar untuk melanjutkan


Produksi Karya Tugas Akhir

Format : Feature
Judul : Penerapan teknik editing color correction dalam produksi feature
"Sebelum Menjadi Wayang"

Oleh
Yusri Assiddiqi
16.1.70401.1047

Pada Program Studi Penyiaran Diploma III Akademi Komunikasi Radya


Binatama
Yogyakarta, 22 Januari 2019

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Oktafiani Herlina, S.S, Sazkia Noor Anggraini, S.Ant, M.Sn


M.A NIDN 0504108201
Mengetahui :
Penguji Proposal

Halimatus Sa’diyah, S.I.Kom., M.I.Kom.


NIDN 0525048901
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yusri Assiddiqi


NIM : 161.70401.1047
Perguruan Tinggi : Akademi Komunikasi Radya Binatama
Alamat Kampus : Jl. Raya Janti No. 3/47 Karangjambe Yogyakarta

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Proposal Tugas Akhir yang
telah saya buat dengan judul: "Penerapan Teknik Editing Color Correction
Dalam Produksi Feature" "Sebelum Menjadi Wayang" adalah asli (orisinil) atau
tidak plagiat menjiplak dan belum pernah diproduksi/diterbitkan/dipublikasikan
dimanapun dan dalam bentuk apapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Apabila di kemudian hari ternyata saya memberikan keterangan palsu dan atau
ada pihak lain yang mengklaim bahwa karya yang telah saya buat adalah hasil
karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia diproses baik secara
pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Akademi Komunikasi Radya
Binatama (AKRB) Yogyakarta dicabut/dibatalkan.

Dibuat di : Yogyakarta
Pada Tanggal : Yogyakarta, 22 Januari 2019

Yang menyatakan,

Yusri Assiddiqi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji beserta syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul "Penerapan Teknik Editing
Color Correction Dalam Produksi Feature" "Sebelum Menjadi Wayang" ini
sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Akademi
Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta.
Proposal Tugas Akhir ini berisi proses kerja yang dilakukan oleh
kamerawan dalam produksi program feature. Penulisan laporan ini mengacu pada
teori yang dimiliki serta mengambil referensi dari buku-buku yang berkaitan
dengan teknik, tugas, dan proses kerja editing dalam produksi program feature di
televisi.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur AKRB Yogyakarta, Bapak Arif Budiman, S.E., M.M.
2. Pembantu Direktur I AKRB Yogyakarta, Bapak Wahyu Sudarmawan,
S.E., S.H., M.Si.
3. Oktafiani Herlina, S.S, M.A, selaku Dosen Pembimbing I Penulisan
Proposal Tugas Akhir. Terima kasih telah bersedia menjadi dosen
pembimbing penulis dan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis.
4. Sazkia Noor Anggraini, S.Ant, M.Sn, Dosen Pembimbing II. Terima kasih
atas masukan serta motivasi yang selalu diberikan kepada penulis baik
dalam Penulisan Proposal Tugas Akhir maupun dalam proses produksi
dokumenter.
5. Halimatus Sa’diyah, S.I.Kom., M.I.Kom., selaku Penguji Proposal.
6. Kedua orang tua penulis, terima kasih atas dukungan doa dan kasih sayang
serta materinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dan
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
7. Partner Tugas Akhir penulis, Renald, Riyan. Terima kasih atas kerjasama
dan kepercayaan selama ini serta bantuan dan dukungan moral selama
penulis menyusun proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan.
Penulis memohon kritik dan saran yang membangun untuk dapat digunakan
dikemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Yogyakarta, 22 Januari 2019


Penulis,

Yusri Assiddiq
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tradisi wayang kulit di Indonesia kemunculanya sudah ada sejak puluhan
tahun yang lalu. Wayang kulit merupakan warisan budaya asli Indonesia yang
sudah diakui oleh dunia. Berbicara mengenai wayang berarti juga berbicara
mengenai peninggalan luar biasa dari nenek moyang bangsa sendiri yang patut
untuk diapresiasi, dilindungi, dihargai, dan terus dikembangkan serta dilestarikan
sehingga eksistensi dan manfaat positifnya dapat terus diajarkan serta dinikmati
oleh generasi-generasi penerus yang akan datang.
Istilah wayang mungkin tidak asing lagi di telinga, baik di telinga anak
remaja, muda, dewasa, apalagi orang tua. Namun jika melihat sekeliling
menembus cakrawala modernisme yang menjadikan teknologi sebagai pusaran
masuknya budaya barat kini, pribadi berbudaya “anak jaman sekarang” terus
tergerus. Akan mudah diindra bahwa istilah wayang yang tak asing kini sudah
terlanjur basah terasing. Anak-anak mungkin sangat tahu jika ditanya apa itu
wayang, tapi belum tentu mereka mengerti dan paham lebih jauh mengenai
wayang.
Wayang merupakan kesenian tradisional Indonesia yang sudah ada sejak
zaman Neolitikum kira-kira abad ke 500 SM, ketika masyarakat Jawa menaruh
kepercayaan pada roh nenek moyang yang telah meninggal. Di Indonesia sendiri,
terdapat puluhan jenis wayang yang tersebar diberbagai pulau di Indonesia
seperti misalnya, Pulau-pulau jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, Sumatera, dan
lain-lainnya baik yang masih populer disekitar masyarakat maupun yang hampir
atau sudah punah serta hanya dikenal dalam kepustakaan atau di museum-
museum.
Sagio Puppet adalah tempat pembuatan wayang pertama di wilayah
Kasihan, Bantul, Yogyakarta yang juga membuka kesempatan untuk mendalami
filosofi dan teknik membuat wayang bagi yang berminat. Kecintaannya pada
wayang kulit mengantarkan dirinya membuat sentra pembuatan wayang kulit di
Bantul, Yogyakarta. Sejak kecil lelaki kelahiran 65 tahun silam itu sudah
membuat wayang kulit cerita Ramayana dan Mahabrata. Di tahun 1974 Sagio
membuka usaha sentra pembuatan wayang kulit yang diberi Sagio Puppet.
Proses belajar dan semangat cinta Sagio selama puluhan tahun membentuk
kepiawaian Sagio dalam membuat wayang kulit dengan kualitas mumpuni.
Sagio Puppet berlokasi di Desa Gendeng RT 04/02 Bangunjiwo, Jogja.
Sagio Puppet dikelola oleh Sagio, seorang masterpiece yang selama lebih dari 30
tahun bertekun dalam pembuatan wayang. Proses belajarnya dari sang ayah (Jaya
Perwita) dan seorang pembuat wayang senior Kraton Yogyakarta (MB Prayitno)
membuatnya mampu
mengenal karakter setiap tokoh wayang. Pengetahuan mendalam yang
berpadu dengan semangat cinta wayang yang telah tumbuh sejak usia 11 tahun
membuatnya mampu menghasilkan wayang dengan kualitas ultra.
Proses pembuatan wayang harus mengunakan metode yang benar, metode
pertama yang harus dilakukan membuat pola dari kertas atau gambar yang sudah
pernah digunakan, Kedua pola yang sudah digambar tadi dibentuk ke dalam kulit
sapi yang sudah siap, dan ketiga kulit sapi dengan pola tadi dipahat.
Berdaskan paparan di atas penulis berinisiatif untuk berkreasi membuat
produksi sebuah karya visual tentang proses pembuatan wayang sebelum
dipentaskan di atas panggung. Seorang pemain wayang yang biasa disebut
dengan dalang sudah pasti mempunyai ketergantungan terhadap wayang yang
digunakan untuk dipentaskan di atas panggung tampa memperhatikan aspek
pembuatan wayang itu sendiri. Sebagian besar dari penikmat wayang hanya
memperhatikan aspek wayang ketika dipentaskan di atas panggung tanpa
memperhatikan aspek produksi pembuatan wayang, oleh sebeb itu melalui
sebuah karya produksi visual penulis akan memberikan informasi kepada para
penikmat wayang khusunya Desa Bangujiwe Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Jogjakarta dan pandangan tentang proses produksi pembuatan wayang dari
awal hingga siap dipentaskan dengan menggunkan program ficture. Ficture ini
akan memberikan informasi yang akurat tentang poses pembuatan wayang mulai
dari pemilihan dan penyiaman bahan sampai akhirnya wayang siap untuk
dipentaskan.

B. Rumusan Ide
Dalam uraian di atas penulis terinspirasi untuk membuat sebuah program
feature "Sebelum Menjadi Wayang " karya feature ini berdurasi 15 menit.
Sasaran dari karya ini adalah untuk semua kalangan. Dalam karya ini di harapkan
dapat menyampaikan informasi dengan jelas mengenai pembuatan wayang
mempertahankan pembuatan wayang secara tradisional namun di kemas secara
modern.
Karena itu penulis mengambil judul “sebelum menjadi wayang”, karena
di jaman modern seperti ini sangat sulit ditemukan pengrajin wayang, oleh karena
itu sentra sagio puppet sangat peduli untuk melestarikan kerajinan wayang
dengan semangat mudanya untuk bersaing dipasar lokal maupun pasar
internasional. Pada pembuatan karya feature ini, penulis membuat sebuah karya
mengambil peran sebagai editor. Hal-hal yang harus di perhatikan yaitu
penggabungan gambar yang tepat dan mempunyai tujuan, serta harus
memperhatikan dan mempertimbangkan aspek variasi shot yang akan digunakan
dalam pemilihan gambar agar tidak membosankan. Karena itulah editor akan
menekankan fokus pada Color correction dimana pada shot-shot gambar agar
tidak terjadi over, noice dan menjadi balance sehingga menciptakan gambar yang
estetik.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ini merupakan hal yang paling utama dalam
pembuatan Feature. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah untuk
mengembangkan karya yang diperoleh melalui:
a. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengamati objek secara langsung di
lokasi dan melakukan pencatatan dari hasil pengamatan di lokasi tersebut.
b. Dokumentasi Arsip
Penulis menggunakan metode dokumentasi dan arsip yaitu dengan
mengumpulkan data-data keterangan akurat berupa rekaman audio visual
yang diperoleh dari pihak arsip atau lembaga yang terkait.
c. Wawancara
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab
secara langsung kepada narasumber.
d. Internet
Metode pengumpulan data dengan menggali informasi dari internet.

D. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Adapun tujuan dalam produksi feature ini antara lain:
a. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Program Diploma pada
Akademi Komunikasi Radya BinatamaYogyakarta.
b. Memproduksi program feature dengan menggali lebih dalam mengenai
kerajian sagio puppet dengan harapan hasil produksi program tersebut
memiliki kualitas karya sehingga layak untuk di jual kepada sang dalang
dan juga layak untuk ditonton oleh masyarakat.
c. Menciptakan sebuah karya audio visual dengan format feature yang
mampu memberi alternatif tayangan edukatif bagi masyarakat.

2. Manfaat
Adapun manfaat dalam produksi feature ini antara lain:

1. Bagi Penulis
a. Sebagai pengalaman pribadi serta menambah kreativitas karya.
b. Menjadi bahan pembelajaran agar dapat memproduksi, feature yang
lebih baik lagi kedepannya.
c. Menjadi tahu teknis-teknis yang terkait dalam produksi feature serta
mampu mengaplikasikan karya berikutnya.
d. Sebagai referensi pembeda karya feature. Mampu mengembangkan
kemampuan yang dimiliki, sebagai peluang untuk menyampaikan ide
dan gagasan secara visualisasi.
2. Bagi Masyarakat
a. Memperkenalkan kepada khalayak umum mengenai kerajian
pembuatan wayang kasihan secara moderm yang dikembangkan oleh
Sagio puppet.
b. Menambah wawasan tentang kerajian wayang kasihan.
c. Sebagai media edukasi serta hiburan yang layak ditonton oleh
masyarakat.
3. Bagi Akademi Komunikasi Radya BinatamaYogyakarta
a. Menambah pustaka kampus khususnya karya feature.
b. Sebagai referensi tambahan dalam melakukan kajian penelitian
maupun produksi karya feature untuk kalangan akademik baik
mahasiswa maupun pengamat perfilman.
4. Bagi Dunia TV dan Film
a. Sebagai bahan pengamatan suatu karya, secara khusus pad feature.
b. Sebagai motivasi peningkatan ilmu di dunia pertelevisian dan
perfilman baik secara teori maupun praktik.
c. Peningkatan kreatifitas dalam membuat suatu karya sehingga akan
menghasilkan karya yang bervariasi. Penambahan ilmu mengenai
jobdescription dalam suatu produksi karya.
BAB II
KAJIAN SUMBER KARYA

A. Karya Referensi
Karya feature banyak yang menggunakan konsep edukasi dan membahas
keindahan alam yang ada di Indonesia. Tema feature ini sendiri memiliki peran
dalam mengenalkan potensi budaya (Wayang Kulit ) yang ada di wilayah
Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

1. Ragam Indonesia

Gambar 1 bumper Ragam Indonesia


Sumber : Youtube

Judul program : Ragam Indonesia


Episode : Yogyakarta
Durasi : 25 Menit
Produksi : Trans7

Mendengar namanya, tak heran kalau program ini memberikan konten


yang bermacam-macam. Mulai dari tips, hobi, kerajinan, reakreasi, kuliner, dan
kesenian. Dengan kata lain Ragam Indonesia adalah program karedok gado-gado
dan recycle. Tak jarang yang sudah tayang di program lain dikemas lagi di sini.
Penulis terinspirasi dari program “Ragam Indonesia” yang mempunyai
elemen informasi sangat jelas pada setiap shot yang di tampilkan dengan dengan
menyajikan konten yang sangat menarik. Menggunakan teknik editing cutting
seperti cut away, cut in dan match cut sehingga gambar yang di tampilkan selalu
ada kesinambungan gambar terjaga hingga alur cerita yang di sampaikan jelas.
2. Jejak Si Gundul

Gambar 2 bumper Jejak Si Gundul


Sumbber : Youtube

Judul Program : Jejak Si Gundul


Episode : Kue Putu Cngkir
Durasi : 22 Menit
Produksi : Trans7

Program Jejak si Gundul meliput petualangan Heru Gundul dalam


bertahan hidup di alam bebas mirip program sejenis, Jejak Petualang. Bedanya,
Jejak Petualang di pandu oleh host perempuan. Dulu host-nya Medina Kamil dan
Riyanni Djangkaru, kalau sekarang Rani Patricia dan Finda Andrian. Seiring
perkembangannya, Jejak Si Gundul berubah konsep, lagi-lagi menjurus ke liputan
kuliner. Dari bertahan hidup di hutan rimba, Jejak Si Gundul belakang memilih
“survive” di kampung-kampung warga menjadi buruh kasar, dari kuli batu bata
hingga kuli kerajinan, seringnya membuat makanan khas daerah tertentu. Penulis
terinspirasi dengan teknik editing dari segi pemilihan setiap shot yang
memimiliki makna informative ini semakin menjadi karya yang menarik.
3. Eksis Abis

Gambar 3 Bumper Eksis Abis


Sumber: Youtube

Judul Program : Eksis Abis


Episode : Si Jadul Makin Gaul
Durasi : 30 Menit
Produksi : TRANS 7

Program Eksis Abis mengulas perbandingan suatu hal seperti benda, alat, makanan,
dan tempat, dalam sudut pandang eksis sampai sekarang. Program Eksis Abis mengulas
liputan beragam, namun tetap pada satu benang merah. Seperti liputan seputar bambu,
buah semangka, Kota Sumedang, hingga fenomena blusukan.
Penulis terinspirasi dengan teknik editing dari segi pengunaan effect visualgrafis,
dan pemberian backsound pada program ini menambah kesan suasana menjadi hidup,
yang nantinya akan diterapkan dalam karya penulis. Selain itu penambahan efect
dissolve pada program ini akan memberi pembeda sekaligus tambahan transisi gambar
selain cutting agar sesuai dengan apa yang inginkan dalam editing karya ini.
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Program Televisi

Pada dasarnya program televisi terbagi menjadi dua bagian, program


informasi disebut juga program berita (news) dan program hiburan di sebut
program (entertaiment). Secara umum program informasi yaitu program yang
terkait dengan nilai faktualitas (berdasarkan fakta) dan aktualitasnya (kecepatan
dan ketepatan informasi), pendekatan produksinya yang menekankan pada kaidah
jurnalistik.
Program hiburan yaitu program yang meberikan hiburan pada penonton.
Nilai jurnalistik tidak diperlukan akan tetapi jika ada unsur jurnalistiknya hanya
sebatas pendukung.
Dalam kedua program siaran ini memiliki karateristik masing masing-
masing, dan tidak membuat batasan itu menjadi berdiri sendiri akan tetapi ada
program yang tergolong di dua jenis karakteristik program hiburan dan sekaligus
program informasi.
Program variety show dan program talk show, di dalam konsepnya
memiliki niliai hiburan yang artistik, untuk mununjang sebuah program.
Demikian juga dalam suatu program informasi dapat didukung dengan unsur
unsur-unsur hiburan yang artistik, dapat disimpulkan tujuan program tersebut
memberikan nilai tambah agar menarik untuk di tonton audience. Perbedaan
karakteristik program hiburan dan informasi menurut Latife dan Utud Siaran
Televisi Nondrama(2015 : 01) sebagai berikut :

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik


Hiburan Informasi
Imajinatif Faktual
Fiksional Non-Fiksional
Artistik Informatif
Dramatif Efektif
Improvisasi tak terbatas Improvisasi terbatas
Abstrak Nyata
Norma-norma Etika
Waktu tak terbatas Waktu tak terbatas
Senang Percaya

1. Program Informasi
Program informasi adalah program yang bertujuan memberikarn tambahan,
Pengetahuan kepada audience melalui informasi. Program informasi terdapat
dalam dua format, yaitu hard news dan soft news Kedua jenis format program
tersebut memiliki karakteristik berbeda satu sama lainya, yaitu :

a. Hard News
Menurut Latief dan Utud dalam bukunya Siaran Televisi Nondrama (2015 :
33) "Kreatif, Produksi, Public Relation, dan Iklan", Hard news adalah segala
informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran,
karena sifatnya terikat waktu (time concern) agar diketahui oleh pemirsa. Hard
news dibagi dalam tiga kelompok, yaitu, Straight News berarti berita langsung
yang maksudnya suatu berita yang singkat dengan hanya menyajikann formasi
penting saja yang mengandung unsur 5W + IH( who, what, where, when, why, dan
how), On the Spot Reportinga adalah yang bertanggungjawab terhadap agenda
setting liputan dan penugasan reporter dan reporter yang bertugas meliput,
mengumpulkan informasi dan fakta dilapangan, dan untuk para audience, dan
Interview On Air adalah wawancara dengan narasumber Pertanyaan tidak bersifat
interogatif atau terkesan memojokkan narasumber, sehingga menjadikan
narasumber seperti terdakwa dipersidangan.
b. Shoft News
Menurut Latief dan Utud dalam bukunya Siaran Televisi Nondramat (2015
: 38) "Kreatif Produksi, Public Relation, dan iklan", Soft news atau berita lunak
adalah segalain formasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam
(in-depth), namun tidak bersifat harus segera tayang (timeless). Soft news dibagi
dalam enam kelompok yaitu, Current Affair adalah program yang menyajikan
informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya
namun dibuat secara lengkap dan mendalam, Magazine adalah program yang
menampilkan informasi ringan dan mendalam. Magazine menekankan pada aspek
menarik suatu informasi dari pada aspek pentingnya, Infotainment adalah berita
yang menyajiakan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal
masyarakat (celebrity), Feature adalah berita yang menampilkan berita-berita
ringan namun menarik, Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik, dan Sport
adalah program yang menampilkan informasi mengenai kegiatan dalam olahraga.
2. Program hiburan
Program hiburan terbagi dalam dua, program drama dan nondrama Perbrdaan
ini dapat dilihat dalam teknik pelaksanaan produksi dan penyajiannya. Dalam
beberapa stasiun televisi memisakan bagian drama dan nondrama.
Dalam bukunya Naratama Menjadi Sutradara Televisi (2013 : 71)
menjelaskan, bahwa program nondrama merupakan format acara televisi yang
diproduksi dan diciptakan melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari
realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasikan ulang dan tanpa
harus menjadi khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan cerita fiksi dari
setiap pelakunya. Untuk itu format program nondrama merupakan runtutan
petunjuk kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi,
gaya, dan musik. Kemudian Naratama menjelaskan bahwa program drama
merupakan suatu format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui
proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan
dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan
yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan
tersebut akan menggabungkan antara realitas hidup dan fiksi atau imajinasi para
khayalan kreatornya.

B. Feature
Menurut Andi Fachruddin dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Televisi (2012 :
222) Features memiliki pengertian juga suatu jenis berita yang membahas satu pokok
bahasan, satu tema yang diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling
melengkapi, mengurangi, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai
kreasi. Kreasi yang dimaksudkan adalah narasi, wawancara, vox pop, musik, sisipan
puisi-puisi, bahkan kadang ada sandiwara pendek atau fragmen yang dipandu
seorang pembawa acara (host). Penyajian features bobot informasinya ringan, dalam
arti tidak langsung pada pokok persoalan (straight news). Pemaparan bahasanya
bertutur dan sifat laporannya investigasi, maka features bisa juga disebut bagian dari
liputan mendalam. Features adalah gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan
ekspresi.
Feature di televisi mempunyai pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa
(audience), karena dapat dilihat secara fisik tanpa narasi panjang dan gambar,
atmosfer yang terekam dalam kamera lebih memberikan gambaran yang
sesungguhnya. Feature memiliki ciri lebih luwes dalam pendekatanya di bandingkan
dengan hard news. Feature juga tidak terikat dengan piramida terbalik, di mana
pokok pikiran utama bisa dijadikan di tengah atau di akhir, karena kesimpulan dalam
cerita bisa saja tercapai sebelum cerita itu berakhir.
Feature merupakan reportase yang dikemas lebih mendalam dan luas disertai
sedikit sentuhan aspek humaninterest agar memiliki dramatika. Feature dilengkapi
dengan wawancara, komentar, dan narasi. Features bertujuan untuk menghibur dan
mendidik melalui eksplorasi elemen manusiawi (human interest). Feature bisa
berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan
sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan
mengharukan, menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap
sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Program feature kadang syarat dengan kadar keilmuan, hanya pengolahannya
secara popular, sehingga nyaman di simak dan menghibur. Cerita feature adalah
pengemasan informasi yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi iformasi kepada pemirsa tentang
suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan." Berikut ini karakteristik program
features yang diproduksi, sebagai berikut :

1. Informatif
Features dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam kemasan informasi
berita hardnews. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang
terancam tutup.
2. Kreativitas (creative)
Features memungkinkan jurnalis menciptakan sebuah cerita, namun
meskipun masih dikat etika bahwa features harus akurat karangan fiktif dan
khayalan tidak diperbolehkan. Features harus mengkreasikan pada sudut pandang
penulis berdasarkan riset terhadap fakta-fakta yang telah ditelusuri.

3. Awet(timeless)
Feature dapat di tayangkan kapan saja bahkan berkali-kali disiarkan pun
masih tetap menarik perhatian pemirsa. Karena departemern programing televisi
tahu bahwa nilai cerita feature tidak akan musnah dimakan waktu.
4. Menghibur (entertainmen)
Cerita feature biasanya eksklusif dan diproduksi dengan cerita yang
"berwana-warmi" untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa.
Dalam setiap kasus, sasaran utamanya adalah bagaimana menghibur pemirsa dan
memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.
5. Subjektivitas
Dalam beberapa features ditulis dalam bentuk "Sebelum Menjadi
Wayang" sehingga memungkinkan penulis memasukkan emosi dan pemikirannya
sendiri. Meskipun banyak jurnalis yang dididik dalam reporting objektif, hanya
memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak di tonton.

C. Jenis Feature
Ide dalam membuat program feature televisi dapat diperoleh dari berbagai hal. Bisa
dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil
tokoh yang sedang ramai di bicarakan, yang terpenting ada news pecentelan berita,
karena Feature bukan fiksi, feature adalah fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi.
Adapun jenis-jenis feature menurut Andi Facruddin dalam bukunya Dasar-Dasar
Produksi Televisi (2012 : 232) adalah sebagai berikut :

1. Feature Sejarah
Feature sejarah ini berisi tentang fakta-fakta sejarah peristiwa dan tokoh
masa lampau di suatu daerah atau tempat serta berbagai peninggalan sejarah.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang
membangkitkan minat pemirsa. Jika musibah bencana alam terjadi (tsunami,
gunung meletus) televisi akan bersaing menyajikan features peristiwa tersebut
yang serupa dimasalalu. Features sejarah juga sering melukiskan landmark
terkenal (monumen/gedung/bangunan) pionir, filosofi, fasilitas hiburan dan
medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makan, industri,
agama, kemakmuran, dan banyak lagi.
2. Feature Kepribadian (profil)
Profil mengungkap riwayat perjalanan hidup seorang tokoh yang menarik.
Misalnya tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku,
kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena
kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih
dari sekedar daftar pencapaian dan tanggal-tanggal penting dari kehidupan si
individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia tersebut.
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penggambar feature tentang
pribadi seperti ini sering kali mengamati subjek mereka ketika bekerja,
mengunjungi rumah mereka dan mewawancarai teman- teman, kerabat dan
kawan bisnis mereka. Profil yang komplet sebaiknya disertai kutipan-kutipan si
subjek yang bisa menggambarkan dengan pas karaktemya. Profil yang baik juga
semestinya bisa memberikan kesan kepada pemirsanya bahwa mereka telah
bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
3. Features Musiman
Features jenis ini membuat tentang aktivitas musiman yang berdasarkan
budaya atau gaya hidup suatu masyarakat. Seperti tentang Hari Raya, Natal,
musim liburan sekolah, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit
diperkirakan, agar tetap menarik. Jurnalis harus menemukan angle atau sudut
pandang.
4. Features Petualangan
Features petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan
mencengangkan, mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah
kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia hingga
pengalaman ikut dalam peperangan. Dalam program features jenis ini biasanya
memulai opening program dengan aksi moment yang paling menarik dan paling
dramastis.
5. Features Kiat (PetunjukPraktis)
Features ini berkisah kepada pemirsa bagaimana menuntun, mengajarkan
dan melakukan sesuatu hal, bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan,
bertanam dikebun, berternak hewan peliharaan, mereparasi mobil atau
mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini sering kali lebih singkat ketimbang
jenis features lain dan lebih sulit dalam garapannya.
6. Features Interpretatif
Features dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan
lebih detail terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Features interpretatif
bisa menyajikan sebuah organisasi, aktivitas, tren atau gagasan tertentu yang
sedang menjadi buah bibir dimasyarakat.
7. Feature Perjalanan (Traveloque)
Feature yang mengajak pemirsa televisi untuk mengenali lebih jelas
tentang suatu kegiatan perjalanan wisata yang dinilai memiliki daya tarik karena
objeknya yang populer, budayanya yang eksotik masyarakat yang bersahabat dan
biaya yang terjangkau. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan
kisah perjalanan jurnalis atau seseorang beserta kelompoknya ke objek wisata,
yang detail memerinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi
yang diperoleh dalam sejumlah biaya.
8. Features Ilmiah (Science)
Features ilmiah merupakan features yang mengungkapkan sesuatu yang
berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan (science). Seorang produser/jurnalis
yang menggarap features ini harus menyukai perkembangan teknologi dan
mempelajari ilmu pengetahuan yang sangat teoritis beserta alat bantunya. Bila
perlu terlibat langsung, agar mendeteksi seluruh perangkat yang berkaitan dengan
teknologi yang menjadi objek penggarapannya. Aspek audio visual akan sangat
membantu secara instruksional, sehingga dapat mendramatisir kisah yang
diangkap hingga mengeksplotasi luapan emosi kesuksesan.
9. Feature Minat insani
Feature yang menyatuh kebiasaan dan kebutuhan hidup manusia sehari-
hari beseerta mahluk yang berada disekelilingnya. Feature ini memberikan
informasi, motivasi merangsang emosianal, dan sekaligus kesabaran yang
menjadi kelebiahan dan kekurangan manusia.

10. Feature Kuliner


Feature tentang makanan tradisional atau makanan khas apapun yang
patut diketahui pemirsa seperti bentuk teksturnya, kandungan rasa dari beragam
masakan, bagaimana cara membuatnya, serta kenikmatan menggugah selera
makanan yang disajikan. Kemasannya disesuaikan dengan gaya berbeda dan
lokasi penjual/asl masakan tersebut mudah di jangkau (disesuaikan dengan
jangkauan siaran televisinya).

D. Definisi Editing
Editing merupakan proses memotong-motong gambar yang panjang
menyambungkan potongan-potongan gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang
bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan dan siap di tayangkan tepat
pada waktunya merupakan bagian paling sulit dalam pekerjaan mengedit gambar. Jadi,
editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesuaikan gambar itu dengan
gambar berikutnya sehingga menjadi suatu sekuen yang memiliki cerita yang logis dan
saling berkaitan (Morissan, 2008 : 221-222).
Rangkaian gambar harus disusun sedemikian rupa sehingga penontonton dapat
menyaksikan perjalanan gambar (visual journey) yang menarik dan tidak membosankan.
Merangkai gambar hampir sama dengan menyusun cerita sebuah film Holly wood
dengan irama cerita yang terkadang naik atau turun, mulai dari konflik hingga resolusi.
Film biasanya di awali dengan suatu yang tegang dan kemudian dan kemudian
ketegangannya diturunkan, dinaikkan lagi pada bagian lain, turun kembali, naik lagi, dan
seterusnya. Alur cerita berjalan seperti gelombang dimana puncak-puncak gelombang
merupakan puncak ketegangan. Ketegangan cerita dibagi secara merata ya itu deletakkan
dibagian awal, ditengah, dan dibagian akhir (Morissan, 2008 : 221-222).

E. Tugas Dan tanggung Jawab


Dalam proses pengerjaannya editor memiliki tugas tanggung dan jawab yang harus
diperhatikan, tugas dan tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pra Produksi
1. Seorang merencanakan sistem kerja yang akan diterapkan pada proses pembuatan
karya.
2. Menganalisa atau memahami treatment.
3. Memberi masukan kepada sutradara dalam seuatu gaya pengemasan paket karya
yang akan di buat.
b. Produksi
1. Seorang editor berperan berperan untuk mengingatkan sutradara apibila ada shot
yang terlewatkan didalam pengambilan gambar.
2. Memberikan saran kepada sutrada utuk membuat shot.
3. Tambahan jika materi yang telah ada masih dinilai kurang.
4. Membuat laporan time code pada proses shooting.

c. Pasca Produksi
Dalam hal ini peranan seorang editor butuhkan untuk menggabungkan shot
hingga menjadi sebuah scene atau adegan. Peranan editor disini juga merupakan
proses paling akhir dalam pembuatan suatu karya audio visual. Dalam proses ini
editor memegang peranan penting dalam penyusunan gambar hingga menjadi satu
kesatuan cerita yang utuh dan sesuai dengan cerita yang diingangkan.

F. Pendekatan Editing
Dalam bukunya Bambang Semedhi Sinematografi-videografi. Suatu pengantar (2011
: 97-100) editing terbagi menjadi beberapa pendekatan, yaitu :

a. Cut On Shot
Editor berperan besar untuk memunculkan gambar yang bercerita. Editor harus
kreatif dan mampu memainkan emosi penonton, menambah informasi, serta
penambahan narasi atau Voice Over. Pendekatan ini sesuai dengan konsep produksi
audio Visual Feauture “Sebelum Menjadi Wayang”. Dalam proses editing terdapat
penjelasan berupa informasi yang di kemas secara non formal dalam bentuk Voice
Over.
b. On atau Offline Editing
Online editing adalah cara editing menggunakan keseluruhan track yang sudah
ada (ilustrasi, narasi, efek, coloring dan lain-lain) yang tergolong editing final atau
langsung bisa ditayangkan. Untuk Offline editing adalah untuk menyambungkan
project awal dan hasilnya masih berupa setengah jadi, dikarenakan masih perlu
tambahan lain, seperti sound effect, videoeffect, ilustrasi, transisi, bahkan
penambahan credit title dan lain-lain.
G. Teknik Editing
Teknik editing mempunyai peran penting dalam mengolah gambar menjadi sebuah
cerita. Adapun elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam proses editing menurut
Roy Thompson and Christopher J. Bowen (2009 : 57-72), antaralain :
a. Motivation (Motivasi)
Motivation Seorang editor harus memiliki sebuah alasan kuat untuk
menentukan pilihan pada gambar mana yang akan dimasukkan ke dalam scene
editing. Terdapat alasan atau motivasi yang tepat untuk melakukan
penyambungan gambar sesuai dengan transisi yang dibutuhkan, pada teknik ini
juga harus diperhatikan berapa lama durasi yang kita inginkan untuk setiap klip
editing.
Teknik motifasi juga berkaitan dengan pergerkan (camera movement).
Masing-masing pergerakan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Beberapa jenis
pergerakan kamera, yaitu panning, zoom, tilt, track, crab, traveling shot, moving.
b. Information (Informasi)
Sebuah data yang menjadi master liputan yang berisi materi dasar kumpulan
adegan atau scane, yang pada memiliki pesan informasi pada tiap kliping
videonya. Masing-masing shot akan dipilih oleh seorang editor dan idealnya shot
tersebut akan menyuguhkan suguhan visual informatif, dengan kata lain shot-shot
yang dipilih oleh editor harus memberikan suatu maksud atau menginformasikan
sesuatu kepada audience. Sehingga informasi-informasi tersebut jika dirangkai
melalui proses editing akan menjadi sebuah bangunan informasi visual yang baik
dan kuat hingga akhirnya layak ditampilkan.

c. Composition (Komposisi)
Komposisi video adalah pengaturan letak objek gambar didalam layar
sehingga tampak menarik, menonjol dan biasa mendukung alur cerita. Walaupun
editor tidak menciptakan kompsisi video, namun menjadi bagian dari pekerjaan
editor untuk memastikan bahwa komposisi yang dipilih layak atau tidak. Contoh
komposisi video (extreme long shot, long shot, medium shot, close up).

d. Sound (Suara)
Suara tidak sekedar mendahului visual tetapi juga lebih bersifat abstrak rasa
ketegangan dan berbagai macam emosi. Pemilihan suara sebagai natural sound
terkadang dapat menciptakan suasana dramatis dalam sequence editing.

e. Camera Angle (Sudut Pengambilan Gambar)


Pengambilan gambar adalah salah satu unsur paling utama dalam editing.
Masing-masing gambar memiliki maksud dan tujuan sendiri-sendiri. Beberapa
angle camera yang lazim kita temui adalah eye level, high angle, low angle, top
down.

f. Continuity (Kesinambungan)
Continuity atau kesinambungan gambar dimana setiap perpindahan shot baru
dengan angle dan komposisi baru merupakan kelanjutan dari shots sebelumnya.
Kesinambungan ini mencakup kontiniti konten, pergerakan, posisi, sutradara
(Roy Thompson dan Christopher J. Bowen, 2009 : 58).

H. Cut (memotong)
Cut merupaka proses pemotongan shot ke shot lanya secara langsung. Shot langsung
A berubah seketika menjadi shot B. Dalam film jenis apapun, cara atau bentuk editing
seperti ini adalah yang paling umum digunakan. Cut memiliki sifat amat fleksibel
sehingga memungkinkan untuk editing kontinu ataupun diskontinu. Editing kontinu pada
satu rangkaian dengan dialog atau aksi umumnya menggunakan cut. Berikut ada
beberapa macam
Cut:
a. Cut way, shot action yang diambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot
utama.
b. Cut on direction yaitu suatu sambungan shot di mana shot pertama dipertunjukan
suatu objek yang bergerak menuju ke suatu arah, shot berikutnya objek lain yang
mengikuti arah dari gerak shot pertama. Misalnya seorang yang sedang
memperhatikan sesuatu yang berjalan.
c. Cut on movement yaitu sambungan dari satu objek yang bergerak ke arah yang
sama dengan latar belakang berbeda.
d. Cut rhyme cutting bersajak pergantian shot atau scene loncatan waktu dengan
loncatan waktu dengan kejadian yang sama, saling berhubungan tetapt dalam
suasana yang berbeda.

I. Transisi
Transisi merupakan suatu efek yang terjadi ketika pertemuan dua buah video secara
tumpang tindih. Artinya, transisi hanya bisa di ciptakan pada daerah tertentu dimana
kedua video tersebut saling meimpa. Jika terdapat satu gambar transisi tidak dapat
digunakan. Berikut ini beberapa transisi yang ada pada editting video antara lain :
a. Dissolve
Efek ini seperti bentuk transparasi perlahan-lahan pada dua video yang telah
bertemu. Pada daerah (posisi) yang tumpeng tindih (wilayah transisi) tersebut
video A akan semakin tinggi
transparasinya hinggaha bias pada akhir batas transisi. Sebaliknya dengan video
B yang transparasinya mulai dari maksimum pada batas awal transisi sampai
bentuk normal pada akhirtransisi.
Dissolve adalah teknik perpindahan gambar secara perlahan-lahan dengan
cara menumpukan gambar satu dengan gambar lain.
Teknik ini diperlukan untuk memperhalus proses perpindahan gambar sesuai
kebutuhan program acara yang di produksi. Teknik dissolve biasanya di gunakan
khususnya pada gambar-gambar yang menunjukan keindahan, kecantikan,
kepedihan, dan tragedi.
b. Fade
Fade transisi shot secara bertahap, fade dibagi menjadi dua jenis yaitu fade in
perubahan layar menjadi hitam dan perlahan-lahan warna hitam tersebut pudar
untuk memunculkan secara utuh (normal), dan fade out perubahan layar yang
utuh (normal) perlahan lahan menjadi hitam (gelap).
c. Color Correction
Color correction adalah suatu proses tunggal untuk menutupi kesalahan yang
terjadi pada saat pengaturan kamera serta untuk memperbaiki kualitas atau
penyelarasan warna dalam video. Color correction meliputi 4 aspek diantarnya
sebagai berikut :

1. ISO noise
ISO merupakan sensitivitas atau kepekaan sensor terhadap cahaya, sehingga
semakin tinggi ISO maka akan semakin peka cahaya serta resiko noise yang
semakin tinggi. Selain itu ISO Adalah penentu sensitivitas dan juga merupakan
salah satu dari tiga komponen lain selain shutter, apperture, dan exposure. ISO
noise akan sangat terasa jika apperture dan exposure tidak berhasil mendapatkan
nilai exposure yang tepat.
2. Contrast
Contrast adalah suatu perbedaan kecerahan/ gradasi warna yang mencolok
antara backround dan objek diantara bidang yang gelap (shadow) maupun terang.
3. Exposure
Exposure merupakan kompensasi arah antara terang ke gelap. Exposure yang
telah ditentukan kamera menjadi tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka
fitur ini akan sangat membantu.
4. White Balance
White balance merupakan suatu pengaturan yang tepat untuk suatu adegan
perjalanan, sehingga warna orange kemerahan bias dihasilkan AWB setiap
menemukan pemandangan (landscape) yang diterangi oleh lampu jalan maupun
lilin. (Morissan, 2008 : 221-222).

d. Wipe
Wipe adalah suatu shot disapu oleh shot sehingga shot yang pertama nampak
terdorong keluar dari bingkai layar. Seperti halnya dengan fade, wipe biasanya
digunakan sebagai permulaan adegan kecuali itu ada macam-macam konfigurasi
efek wipe yang biasa digunakan menampilkan kesan tertentu.

J. Software Editing
1. Adobe Premiere Pro adalah sebuah program penyuting video (gambar) yang
merupakan dari Adobe Creative Suite, dan pengembangan aplikasi web yang di buat
oleh Adobe System.

2. Adobe Auditon adalah multitrack digital audio recording, editor dan mixer yang
sudah di gunakan dan memiliki berbagai fasilitas pengelolahan suara. Dengan adobe
audition dapat merekam suara, dan menggabungkan dengan berbagai track suara
menjadi satu track, dan menyimpannya berbagai format.
BAB IV
PROSES PRODUKSI

A. Ide
1. Desain Ide Karya
Judul Program : Sebelum Menjadi Wayang
Jenis Program : Nonfiksi
Media : Televisi
Format Program : Feature
Durasi : 15 menit
Sasuran Program : Semua umur
Target audience : Semua umur
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
Ekonomi : Mencakup semua tata letak
Geografis : Mencakup semua tata letak geografis
Karakter produksi : Indoor, rekaman
Record dan editing

Berawal dari data dan riset mengenai Kasihan bantul, penulis terinspirasi
untuk membuat sebuah feature kerajian wayang dengan objek Sentra Sagio
Puppet sebagai potretnya. Dengan karya feature ini diharapkan dapat
menyampaikan informasi dengan jelas mengenai proses kerajinan pembuatan
wayang Kasihan bantul khususnya yang ada di Sentra Sagio Puppet kepada
audience ini berjudul "Sebelum Menjadi Wayang".
Karya feature “sebelum menjadi wayang” diproduksi guna
menyampaikan bagaimna proses pembuatan wayang yang sebenarnya. Dari
bahan baku hingga berbentuk wayang yang siaa dipentaskan ataupun
hanyasebagai koleksi budayawan dan pecinta wayang.
Feature ini juga memuat tentang sentra sagio puppet beserta karyawan
dan pemilik sentra. Dengan durasi 15 menit, karya feature ini sudah masuk
pada kriteria standar utnuk program siaran televise yang berdurasi 30 menit
karena terpotong dengan slot iklan.
B. Analisis Objek
Sentra pembuatan wayang Sagio puppet terletak di Dusun Gendeng, Desa
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
bisa dikatakan dusun ini adalah downtown-nya Bangunjiwo. Kantor
Pemerintahan Desa Bangunjiwo, SMP N 3 Kasihan, yang merupakan SMP Negeri
satu-satunya di Desa Bangunjiwo, serta Puskesmas Kasihan I merupakan tempat-
tempat penting yang terletak di dusun ini. Kondisi alam nya didominasi dataran
rendah, dengan sedikit perbukitan di bagian barat daya dan persawahan di tepi selatan.
Dusun Gendeng berbatasan dengan Dusun Ngentak di sisi utara dan Dusun
Kalirandu di sebelah barat. Sedangkan di tepi selatan, Dusun Bangen dan Bibis yang
menjadi batasnya. Daerah-daerah yang berada di Dusun Gendeng diantaranya
bernama Lemah Abang dan Karangjati.
Sagio telah membuat wayang sejak tahun 1974. Adalah seorang master dalam
bidang pembuatan wayang karena menerima ilmu dari ayah kandungnya serta
pembuat wayang senior dari keratin Yogyakarta. Itulah cerita Sugio yang mencintai
wayang sejak umur 11 tahun. Wayang hasil karya Sugio digemari oleh banyak
kalangan. sejak dahulu dikenal sebagai tempat penghasil wayang kulit dengan kualitas
terbaik. Di sentra ini terdapat belasan pengrajin handal yang membantu Pak Sugio dan
sampai sekarang tetap mempertahankan teknik membuat wayang kulit, terutama
wayang kulit gaya Yogyakarta yang benar-benar berkualitas.
Proses pembuatan wayang tidaklah mudah, harus menggunakan metode yang
baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Dari menyiapkan bahan
baku hingga proses memahat dan mengukir. Setelah menyiapkan bahan baku, proses
seanjutnya adalah membuat pola dari kertas terlebih dahulu dan membentuk pola
tersebut pada kulit sapi yang telah disiapkan dan memulai proses pemahatan.
Selain kegiatan diatas, yang paling utama dalam pembuatan wayang adalah
memahami secara detail karakter wayang yang akan dibuat. Karakter wayang terdiri
dari dua jenis yaitu wayang yang berkarakter antagonis dan berkarakter protagonis.
Jenis wayang pun dibuat dengan ukuran dan bentuk yang berbeda, dari ukuran yang
kecil, medium dan ukuran besar. Wayang hasil karya Sugio pun dijual dengan harga
yang cukup terjangkau dan bias dibeli oleh masyarakat kalangan bawah. Wayang
dengan ukuran kecil dijual dengan harga Rp 5.000,00 dan yang berukuran besar bias
dibeli dengan harga Rp 1.500.000,00 per wayangnya. Jika dibeli dalam satu set
pagelaran, harganya pun bukan main-main, dibanderol dengan harga 100juta-200juta
rupiah.

C. Media Dan Peralatan Teknis Produksi


1. Media
Media televisi adalah media yang tepat untuk penayangan karya, karna
karya feature ini merupakan sebuah karya audio visual yang mengandung
unsur gambar dan suara sehingga lebih efektif untuk ditayangkan di media
televisi dibandingkan di media lainnya seperti di media radio yang
mengandalkan suara ataupun media cetak.
2. Peralatan
Peralatan produksi
Peralatan yang di butuhkan dalam penciptaan karya produksi ini meliputi :

No. Peralatan produksi Jumlah

1. Kamera DSLR canon 80D 3

2. Batterai kamera 4

3. Charger kamera 1

4. Lensa Wide 1

5. Lensa Fix 1

6. Clip on wireless 2

7. Trypod 3

8. LED 3

9 LED kecil 1

Monopod 2
10

11 Lightstand 3

12 MMC sandisk extreme 32GB 3

13 Mic boom 1

14 Mic rode 1

15 Sider 1

Peralatan Editing

No Alat Spesifikasi
1 Monitor Panasonic 24 inch
2 Ram 8 GB
3 Hardisk internal 1 TB
4 Hardisk eksternal 1 TB
5 Mothearboard Asus
6 Prosesr AMD Ryzen 3 2200
7 Vga Asrog
8 Laptop MSI
9 SSD 120 GB

D. Teknis Produksi
Pada proses tahapan editing agar menghasilkan gambar yang
menggambarkan pesan informasi yang menarik dan baik, maka editor
melakukan tahapan editing sebagai berikut :

1. Pemilihan Gambar
Melihat hasil video atau gambar yang sudah di rekam, selanjutnya
editor memilih gambar yang terbaik sehingga visual yang dihasilkan
selaras dan mempunyai pesan.
2. Pemotongan Gambar
Penggunaan cut untuk menunjukan ekspresi talent, dan objek
kerjinan perak agar gambar terlihat variatif.
3. Transisi
Effect transisi yang digunakan yaitu fade in untuk memulai
sequence baru dan fade out untuk mengakhiri sequence serta
perpindahan talent atau objek. Dissolve sebagai penekanan
menghaluskan perpindahan gambar.
4. Audio Effect
Audio effect transisi yang digunakan untuk menghaluskan antara
suara talent dan backsound, sehingga tidak ada penumpukan pada
video dan audio.
5. Video Effect
Penambahan video effect agar terlihat menarik seperti contras,
coloring, dan haperlapse memiliki tujuan untuk memperbaiki gambar
dan menjadikan gambar tersebut terlihat menarik.

E. Konsep Kreatif
1. Konsep Estetik
Konsep estetik pada program feature "Sebelum Menjadi Wayang", editor
akan mengikuti treatment ataupun naskah yang telah di buat. Hal ini akan
memudahkan editor dalam menyusun gambar. Selain itu editor akan
menekankan informasi, karena ingin menampilkan pesan informasi di setiap
shot yang ada. Variasi shot juga digunakan dalam penyusunan gambar agar
tidak membosankan. Konten informasi yang begitu ringan, maka disusun
dengan konsep menggunakan gambaran visual menarik dalam struktur
informasi sebagai alat bantu penggambaran Wayang tahapan tersebut
meliputi :

a. Color Correction
Color correction berguna untuk pngecekan warna pada hasil shot gambar
yang diperoleh. Jika warna tersebut tidak sesuai maka pnggunaan fast
correction diperlukan untuk mengatur pencahayaan sesuai dengan kebutuhan.

b. Visual Grafis
Digunakan untuk bumper opening agar terlihat menarik untuk penghantar
sebuah program feature.

c. Atmosfer Sound
Merupakan suara latar atau background yang berada di sekeliling subjek
atau objek.

d. Sound Mix
Suatu proses penggabungan sound ini akan menyelaraskan anatara musik
instrument, atmosfer sound dan voice over. Sehingga dapat disusun dengan
baik dan enak di dengar.

e. Transisi
Efek perpindahan gambar dari video satu ke video lainnya, dapat
menggunakan dissolve.

2. Konsep Teknis
Dalam pembuatan karya feature ini, penulis mengikuti editing script yang
telah dibuat. Teknik editing yang penulis gunakan dalam editing karya ini,
seperti teknik cut to cut, color grading dan transisi yang menarik agar
penonton tidak mudah bosan melihat karya tersebut. Gambaran yang sudah
disusun menjadi visual tersebut akan dikemas menjadi bentuk feature yang
dapat memberikan estetik visual schingga memiliki daya tarik kepada
khalayak namun tetap memperlihatkan kajian informasi yang di sampaikan.
Proses editing video dalam pembuatan feature "Sebelum Menjadi
Wayang" menggunakan teknik non liner atau teknik editing digital yaitu
menggunakan perangkat alat multimedia. Dalam hal ini penulis menggunakan
dua software editing Adobe Premiere ProCC dibuat untuk bisa saling
berintegrasi hal ini bertujuan memudahkan pemisahanfungsi aplikasi bagi
para pengguna seperti editor, dan Adobe Audition merupakan digital audio
recording, editor dan mixer yang sudah digunakan dan memiliki berbagai
fasilitas pengolahan suara. Dengan Adobe Adition penulis dapat merekam
suara, memperbaiki kualitas suara, menambahkan berbagai efek suara, dan
menggabungkan dengan berbagai track suara menjadi satu track, dan
menyimpannya dalamberbagai format.
F. Tahapan Produksi:
1. Pra Produksi
a. Mencari ide dengan browsing di internet mengenai objek yang akan di
angkat sebelum melakukan observasi.
b. Observasi dilakukan setelah menemukan ide yang sudah di setujui tim
dan tahap selanjutnya tim melakukan obsrvasi dengan mengunjungi
Sentra Sagio Puppet dan mewawancarai pendiri dari usaha Sentra
Sagio Puppet tersebut.
c. Pengembangan ide membahas beberapa hal di antaranya anggaran,
jadwal shooting, peralatan dll. Tugas editor yaitu mempersiapkan diri
dan menganalisa treatment, melihat susunan yang dibuat oleh
sutradara untuk mendapatkan konsep audio visual sesuai kebutuhan.
Schingga editor tahu dan mampu membuat konsep editing.

2. Produksi
Di dalam tahapan produksi editor tidak memiliki tugas dan
kewajiban khusus, namun editor bisa membantu memindahkan file yang
sudah ada ke dalam harddisk.

3. Pasca Produksi
1. Editor bersama sutradara melihat hasil shot-shot yang telah diambil
oleh kameraman.
2. Setelah memilih gambar editor melakukan proses editing offline untuk
di serahkan kepada sutradara.
3. Penambahan audio yang di butuhkan (sound mix) seperti memasukan
voice over, backsound, dan atmosfersound.
4. Editor mencatat dan memilih gambar yang terbaik yang akan dipakai
dan sesuai kebutuhan.
5. Kemudian setelah itu masuk ke editing online, dan kembali
memperhalus hasil offline, memperbaiki kualitas serta penambahan
transisi efek yang akan dibutuhkan, agar bisa membuat alur cerita
yang bagus dan membangun emosi yang lebih menarik.
6. Setelah semua sudah selesai di edit, editor akan melakukan rendering
untuk menyatukan file-file yang sudah disusun dengan rapih di adobe
premiere pro cc, kemudian menunggu sampai hasil rendering selesai.

G. Jadwal Pelaksanaan Produksi

Bulan
Tahap Rincian
proses April Mei Juni Juli
kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra Ide/gagasan
production
Survey
Proposal
Naskah
Shooting
schedule
Budgeting
Produksi Shooting
Transfer data
Evaluasi
Paska- Editing
produksi
Preview
Screening

H. Rincian Anggaran
Demikian rincian anggaran yang di perlukan selama produksi.
No Item jumlah harga total keterangan
1 Transportasi kendaraan 3 Rp 20.000 Rp 60.000
(motor)
2 Print + jilid Rp 50.000 Rp 50.000

Produksi

No Item Jumlah Harga Total Keterangan


1 Kamera DSLR 80D 3 Rp 150.000 Rp 450.000
2 Lensa wide 17-40mm 1 Rp 100.000 Rp 100.000
3 LED 1 Rp 50.000 Rp 150.000 3 hari
4 lightstand 3 Rp 25.000 Rp 75.000 3 hari
5 Converter metabones 1 Rp 50.000 Rp 150.000 3 hari
6 MMC sandisk 32 GB 3 Rp 30.000 Rp 90.000 3 hari
7 Tripod Libec 1 Rp 50.000 Rp 150.000 3 hari
8 H4N/Zoom 1 Rp 100.000 Rp 300.000 3 hari
9 Bom stand mic 1 Rp 40.000 Rp 120.000 3 hari
10 Mic rode NTG 1 Rp 70.000 Rp 210.000 3 hari
11 Konsumsi 3 Rp 10.000 Rp 90.000 3 hari x 3
12 Fotocopy - - Rp 30.000 -
13 Biaya tak terduga - - Rp 500.000 -

Pasca-produksi

No Item jumlah harga total keterangan


1 pembukuan - Rp 100.000 -
2 CD+ bungkusan CD 3 Rp 15.000 Rp 45.000 -
3 Komputer 1 - - -
BAB V
PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir yang berjudul “Penyutradaraan dengan
gaya refleksi pada program feature “sebelum menjadi wayang””. Penulis
berharap agar proposal ini bisa diterima dan ditindaklanjuti sebagai karya Tugas
Akhir. Penulis bukanlah manusia yang sempurna, oleh karena itu kesalahan-
kesalahan yang terjadi didalam proposal ini adalah hal yang manusia namun
penulis tetap berusaha melakukan terbaik. Penulis meminta saran dan nasehar
dari dosen khususnya disen pembimbing agar proposal ini sesuai dengan harapan
dan bermanfaat. Oleh karena itu, atas terkabulnya permohonan yang penulis
mohon serta terlaksananya rencana kegiatan produksi, dengan segala hormat
penulis mengucapkan terimakasih yang berlimpah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Andi Facruddin dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Televisi (2012)
Bambang Semedhi Sinematografi-Videografi. Suatu Pengantar (2011)
Latief dan Utud dalam bukunya Siaran Televisi Nondrama (2015)
Roy Thompson and Christopher J. Bowen (2009)
2. Internet
https://www.Morissan.com/2008/07/pengertian-color-correction.html.

Anda mungkin juga menyukai