Anda di halaman 1dari 5

BESAR SAMPEL

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
ketelitian/kepercayaan/kekuatan uji yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana,
waktu dan tenaga yang tersedia. Selain itu besar sa mpel juga dipengaruhi oleh beberapa hal
lain diantaranya dalah jenis penelitian apakah eksplorasi awal bisa dengan 1 sampel ataukah
generalisasi dimana sampel harus representative, selain itu tujuan penelitian juga
berpengaruh terhadap perhitungan besar sampel apakah bertujuan untuk menghitung estimasi
ataukah uji hipotesis.
1. Besar sampel untuk Estimasi Proporsi
Sebelum menghitung jumlah sampel peneliti perlu diketahui:
a. Perkiraan proporsi pada penelitian sebelumnya /studi pendahuluan
b. Presisi
c. Derajat kepercayaan

Rumus:

z 21 / 2 * p * (1  p )
n
d2
p=perkiraan proporsi pada penelitian sebelumnya /studi pendahuluan
d=presisi : 1%, 5%, 10 %
z= nilai z pada interval kepercayaan (1-a/2): TK=95%, z=1,96
Perhatian:
o Rumus di atas hanya untuk estimasi proporsi
o Rumus di atas hanya untuk sampel acak sederhana

Contoh
• Seorang peneliti ingin meneliti gambaran kejadian ispa di depok. Dari studi
pendahuluan diketahui ada 15% orang mengalami ispa. Besarnya presisi yg
diinginkan adalah 5%. Berap jumlah sampel yang dibutuhlan dala penelitian ini (tk
95%).
• Diketahui:
Perkiraan proporsi (p=0.15)
Presisi (d=0.05)
Derajat kepercayaan 95% (Z1-/2=1.96)

1
Universitas Indonesia
• Perhitungan:

1.96 2 * 0.15(1  0.15)


n 2
 196
0.05
• Hasil dibutuhkan paling tidak 196 sampel

2. Besar Sampel untuk Estimasi Rata-rata


Untuk menghitung besar sampel peneliti perlu mengetahui:
a. Perkiraan Varians (Kuadrat dari Std.Deviasi)
b. Presisi
c. Derajat kepercayaan

Rumus:

z 21 / 2 * 2
n
d2
• σ² = standar deviasi/perkiraan varians
• d = presisi
• z = nilai z pada interval kepercayaan 1-a/2 : TK=95% - - z=1,96

Contoh

• Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata Kadar HB pada ibu hamil di Depok. Dari
laporan terdahulu, diketahui rata-rata HB Bumil 12.5 g/dl dengan standar deviasi 6
g/dl. Berapa besar sampel yang diperlukan jika peneliti menginginkan derajat
kepercayaan 95% dan simpangan maksimum dari rata-rata HB sebesar 1.0 g/dl?

• Diketahui

Standar deviasi/perkiraan varian (σ² = 62 = 36)

Presisi (d=1)

Derajat kepercayaan 95% (Z1-/2=1.96)

• Perhitungan:

1,96 2 * 6 2
n  139
12
• Hasil dibutuhkan paling tidak 139 sampel

2
3. Besar Sampel untuk Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi
Untuk menghitung besar sampel peneliti perlu mengetahui:
Z
a. 1-a/2 = nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2 atau batas kemaknaan a.
Perhatikan pada rumus ini uji hipotesis dilakukan dua arah (two tailed)
Z
1-a/2 = 1,64 ; 1,96 ; 2,58 untuk derajat kepercayaan 90, 95, 99%
b. z1-b = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-b.
z1-b = 0,84; 1,28; 1,64; 2,33 untuk kekuatan uji 80, 90, 95, 99%
c. P1 = perkiraan proporsi pada kelompok 1
d. P2 = perkiraan proporsi pada kelompok 2

 
2
z1 / 2 2 P (1  P )  z1  P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 )
n
( P1  P2 )2
Contoh
• Suatu penelitian faktor2 yg berhubungan dengan asi ekskluif. Salah satu variabel
independennya adalah pendidikan. Dari studi pendahuluan dengan 30 responden
diketahui bahwa ibu yang pendidikan tinggi ada sebanyak 60% yg asi eksklusif.
Sedangkan ibu yang pendidikannya rendah ada sebanyak 30% yang asi eksklusif.
Berapa besar sampel jika interval kepercayaan 95% dan kekuatan uji 80%
• Dari informasi di atas, P1=0,60 ; P2=0,30, z 1-a/2=1,96 ; z1-b=0,84, maka besar sampel
dapat dihitung:

n
1,96 2 * 0,45 * (1  0,45)  0,84 0,60 * (1  0,60)  0,30 * (1  0,30)  2

 41,97
 0,60  0,30 2

• Jumlah sampel: n = 2 x42 =84


• Jadi untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 84 responden

Perlu diketahui :
a. P1 dan P2 pada penelitian cross-sectional dan cohor
Keluaran
Sebab + - Total
+ a b a+b
- c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
• P1 = a/(a+b)
• P2 = c/(c+d)
b. P1 dan P2 pada kasus-kontrol

3
Keluaran
Sebab + - Total
+ a b a+b
- c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
• P1 = a/(a+c)
• P2 = b/(b+d)

Contoh P1 dan P2
• “Hubungan antara anemia dengan BBLR”
o Desain cross sectional atau cohor
P1: Proposi BBL R pada ibu anemia
P2: Proposi BBLR pada ibu tidak anemia
o Desain kasus-kontrol
P1: Proporsi ibu anemia pada BBLR
P2: Proporsi ibu anemia pada non BBLR
Kesalahan penetapan P1 dan P2 sering terjadi pada desain kasus-kontrol

• Jika hipotesis tidak fokus


Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian BBLR
• P1 dan P2 yang mana ?
• Solusi:
o Pilih faktor utama saja, faktor lain dianggap confounder
o Hitung sampel untuk tiap faktor utama
Perbedaan P1 dan P2 harus berdasarkan perbedaan yang dianggap secara subtansi
bermakna, bukan hanya dari penelitian terdahulu saja

Contoh
• Penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR”
• Faktor utama yang ingin diuji
o Anemia
o Merokok
o Hipertensi
o Status Ekonomi
• Maka perlu informasi tentang:
o Prop BBLR pada anemia vs prop BBLR pada non anemia
o Prop BBLR pada perokok vs prop BBLR pada non perokok
o Prop BBLR pada hipertensi vs prop BBLR pada non hipertensi
o Prop BBLR pada ibu miskin vs prop BBLR pada ibu non miskin
• Sampel terbesar yang diambil

4
5

Anda mungkin juga menyukai