Anda di halaman 1dari 5

1.

Uraikan dan jelaskan tahap-tahap yang dilakukan dalam Human Health


Risk Assessment.

Berikut ialah tahapan yang dilakukan dalam Human Health Risk Assessment
menurut United States Environmental Protection Agency (EPA):

Planning & Scoping Process


Sebelum memulai semua tahapan dari Human Health Risk Assessment,
perencanaan yang baik perlu dibutuhkan. Terdapat beberapa pertanyaan yang biasanya
diajukan, antara lain:
1. Siapa/Apa/Dimana resiko yang terjadi?
2. Apa bahaya lingkungan yang difokuskan?
3. Darimana datangnya bahaya tersebut?
4. Bagaimana pajanannya terjadi?
5. Apa yang terjadi pada tubuh jika terpajan?
6. Apa efek bagi kesehatan?
7. Berapa lama pajanan dapat menimbulkan efek toksiknya?
Hazard Identification
Tujuan tahap pertama ini ialah menentukan apakah pajanan memiliki efek
merugikan pada manusia dan dapat menyebabkan peningkatan insiden buruk tertentu
pada kesehatan, seperti kanker, cacat lahir, dan lainnya. Untuk menentukannya,
dibutuhkan berbagai sumber terpercaya yang dapat mendukung analisa, seperti studi
klinik yang terkontrol dengan statistik dan studi epidemiologi.
Terdapat 2 komponen dalam mengidentifikasi efek dari suatu pajanan, antara lain
toksikokinetik (bagaimana tubuh menyerap, mendistribusikan, memetabolisme, dan
menghilangkan pajanan tersebut) dan toksikodinamik (bagaimana efek pajanan tersebut
mempengaruhi kesehatan manusia). Dari kedua komponen tersebut, EPA
mengkategorikan efek dari suatu pajanan kimiawi terhadap kesehatan manusia
berdasarkan weight of evidence (WOE), yaitu:
A. Karsinogenik pada manusia
B. Memiliki kemungkinan karsinogenik pada manusia
B1. Memiliki kemungkinan karsinogenik namun bukti pada manusia masih
terbatas
B2. Memiliki bukti karsinogenik yang cukup pada hewan namun tidak ada
bukti pada manusia
C. Memiliki bukti karsinogenik yang terbatas pada hewan namun tidak ada
bukti pada manusia
D. Tidak dapat diklasifikasikan
E. Bukti non-karsinogenik pada manusia

Dose-Response Assessment
Tujuan dari tahap kedua ini ialah menilai kemungkinan tingkat keparahan atau
efek kesehatan yang merugikan berdasarkan dengan jumlah dan kondisi paparan agen
(dosis/konsentrasi yang diberikan). Tidak hanya berdasarkan dosis saja, tetapi juga
menilai hubungan antara paparan dan responnya.
Pada prinsipnya, ketika pajanan dosis meningkat, respon/efek yang terukur pun
meningkat, dimana pada dosis rendah mungkin tidak terjadi efek apapun. Bentuk
hubungan dosis dan pengaruhnya tergantung pada agen, jenis pengaruhnya (tumor,
kejadian penyakit, kematian, dll), dan subjek eksperimental (manusia, hewan) yang
bersangkutan. Sebagai contoh, mungkin ada satu hubungan pengaruh antara 'penurunan
berat badan' dan pengaruh lainnya seperti 'kematian'. Karena tidak praktis untuk
mempelajari semua hubungan yang mungkin untuk semua kemungkinan pengaruh dari
suatu pajanan, penelitian toksisitas biasanya berfokus pada pengujian untuk sejumlah
efek samping yang terbatas saja.
Setelah mempertimbangkan semua studi yang tersedia, pengaruh (efek samping),
atau ukuran pengaruh yang mengarah ke efek buruk (dikenal sebagai 'prekursor' terhadap
efek) yang terjadi pada dosis terendah dipilih sebagai efek kritis untuk resiko penilaian.
Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa jika efek kritis dapat dicegah, maka tidak ada
efek yang lebih mengkhawatirkan lainnya yang akan terjadi. Namun, sama seperti pada
tahapan awal, masih sangat sedikit bukti/studi yang dapat mendasari penilaian. Selain itu,
hubungan dosis-respon yang diamati dari penelitian pada hewan sering kali pada dosis
yang jauh lebih tinggi yang dapat diantisipasi bagi manusia. Solusinya ialah dengan
mengekstrapolasi ke dosis yang lebih rendah dan begitupun sebaliknya. Ekstrapolasi ini
menyebabkan ketidakpastian dalam analisa dosis pajanan dan responnya.
Dalam memahami mengenai toksisitas suatu pajanan, perlu diketahui mengenai
“mode of action” yang didefinisikan sebagai urutan peristiwa dan bagaimana proses
utamanya, dimulai dari interaksi agen pajanan dengan sel, lalu dilanjutkan melalui
perubahan operasional dan anatomi, hingga menghasilkan efek, misalnya, pembentukan
kanker.

Exposure Assessment
Tujuan dari tahap ketiga ini ialah untuk menghitung estimasi jumlah paparan atau
dosis. Penilaian pajanan ialah proses menilai atau mengestimasi besarnya, frekuensi, dan
durasi manusia terpapar oleh suatu agen lingkungan, atau memprediksi kemungkinan
paparan yang akan terjadi kedepannya. Pajanan bisa dinilai secara langsung, namun
biasanya terprediksi secara tidak langsung berdasarkan pertimbangan konsentrasinya di
alam, model transportasi kimia, dan perkiraan human intake dari waktu ke waktu
EPA mendefinisikan exposure atau pajanan sebagai kontak antara agen dan
bagian tubuh ekterior yang dapat terlihat dari seseorang, contohnya kulit dan lainnya.
Sedangkan rute pajanan didefinisikan sebagai intake (melalui terbukanya organ tubuh,
seperti makan, minum, bernapas) atau uptake (absorpsi melalui jaringan, seperti kulit atau
mata).

Dari gambar di atas, terdapat 2 skenario umum terkait penilaian pajanan. Pertama
ialah pajanan central tendency, yaitu estimasi dari rerata orang yang terpajan dari
populasi yang terpapar berdasarkan jumlah agen yang ada dan frekuensi serta durasi
paparan. Kedua ialah pajanan high end, yaitu dosis tertinggi yang diestimasikan terpapar
oleh beberapa individual.
Secara kuantitatif, terdapat 3 pendekatan dasar dalam penilaiannya, yaitu
penilaian titik kontak (paparan dinilai dari titik kontak luar tubuh, menilai konsentrasi
paparan, dan menilai waktu kontak, lalu mengintegrasikan ketiganya), evaluasi skenario
(paparan dinilai dengan secara terpisah mengevaluasi konsentrasi paparan dan waktu
kontak paparan, lalu mengkombinasikan informasi keduanya), dan rekonstruksi (paparan
dinilai dari dosis, dimana direkonstruksikan melalui indikator internal, seperti biomarker,
beban tubuh, level ekskresinya, dan lainnya).

Risk Characterization
Tujuan dari tahap terakhir ini ialah untuk menyimpulkan dan mengintegrasikan
informasi dari langkah-langkah sebelumnya untuk mendapatkan kesimpulan keseluruhan
mengenai resiko. Karakterisasi resiko yang baik ialah yang menyajikan kembali data
penilaian, menyatakan hasilnya secara jelas, menjelaskan asumsi utama dan
ketidakpastian di dalamnya, dan membedakan kesimpulan penilitian dari penilaian
kebijakan.
Terdapat 4 prinsip mendasar dalam melakukan karakterisasi resiko, yaitu
transparan, jelas, konsisten, dan layak/wajar.

Referensi
1. Conducting a Human Health Risk Assessment. U.S. Environmental Protection
Agency. Cited from https://www.epa.gov/risk/conducting-human-health-risk-
assessment on September 17th 2019.

Anda mungkin juga menyukai