Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik
vertebrata maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf
secara bersama lebih dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja
sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi
pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan
berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah
nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar
melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam
kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke
dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kataYunani
yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu
hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon:
misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis
dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan
dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan
kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sistem endokrin dan cara kerjanya?


2. Bagaimana klasifikasi sistem endokrin?
3. Bagaimana mekanisme kerja berbagai stimulus yang
mempengaruhi sekresi hormon?
4. Bagaimana mekanisme regulasi produksi dan sekresi hormon
berdasarkan mekanisme umpan balik?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem endokrin dan cara kerjanya.
2. Mahasiwa dapat mengetahui klasifikasi sistem endokrin
3. Mahasiwa dapat mengetahui mekanisme kerja berbagai stimulus
yang mempengaruhi sekresi hormon?
4. Mahasiwa dapat mengetahui mekanisme regulasi produksi dan
sekresi hormon berdasarkan mekanisme umpan balik

BAB II
PEMBAHASAN
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang
tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari
kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur
berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan,
reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh
(Isnaeni, 2006).
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai
kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah karena
kelenjarnya tidak memiliki saluran spesifik. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh (Santoso, 2009).
Sistem endokrin atau sistem hormon bersama dengan sistem saraf membuat
kontrol dan sistem koordinasi pada hewan. Ada dua perbedaan yang tegas antara
sistem endokrin dengan sistem saraf berkenaan dengan cara kerjanya.
Pertama sistem endokrin bekerja dengan mendistribusikan sinyal kimia
sedangkan saraf dengan sinyal–sinyal elektrik (meskipun sistem saraf
menggunakan perintah bahan kimia pada sinapsis). Kedua sistem endokrin
memiliki waktu respon yang lebih lambat dibandingkan dengan sistem saraf.
Aksi kerja saraf dapat berlangsung dalam periode singkat sekitar 2-3 ms,
sedangkan aksi hormon mungkin memerlukan waktu beberapa menit atau
beberapa jam. Dengan demikian aksi endokrin memiliki durasi respon yang lebih
panjang. Bandingkan dengan proses pertumbuhan yang untuk menyelesaikannya
melibatkan sistem hormon, proses ini memerlukan waktu tahunan (Santoso,
2009).
Adapun fungsi keseluruhan sistem endokrin adalah sebagai berikut
(Sherwood, 2009).
1. Mengatur metabolisme organik serta keseimbangan HrO dan
elektrolit, yang secara kolektif penting dalam mempertahankan
lingkungan internal yang konstan.
2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh
menghadapi situasi stres.
3. Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan
4. Mengontrol reproduksi.
5. Mengatur produksi sel darah merah.
6. Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintegrasikan
sirkulasi dan pencernaan serta penyerapan makanan.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu
kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian
besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak
yang merupakan derivat dari kolesterol.
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan
hormon yang lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH
dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini
mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau
pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di
seluruh tubuh.
2.1. Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut
komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang
mengantarai kerja hormon di dalam sel.
2.1.1 Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya

a. Golongan Steroid:Turunan dari kolestrerol yaitu androgen


,estrogen dan adrenokortikoi
b. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonatc.
c. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil: tiroid,
Katekolamin,epinefrindan tiroksind.
d. Golongan Polipeptida atau protein : Insulin, Glukagon, GH, TSH,
oksitosin vaso perin,hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain
lainnya.
2.1.2 Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon
a. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron,glukokortikoid,
aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air
bekerjamelalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat
menembus membran seldengan bebas.

b. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air Hormon yang
larut
dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon adrenokor
tikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin
(mis.,dopamin,norepinefrin,epinefrin).

2.1.3 Berdasarkan lokasi reseptor hormon

Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler


Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran).
2.1.4 Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon
di dalam sel
Kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger
senyawacAMP,cGMP,Ca2+, fosfoinositol, lintasan kinase sebagai mediator
intraseluler.
2.2 Mekanisme Kerja Berbagai Stimulus Yang Mempengaruhi
Sekresi Hormon
2.2.1 Reseptor Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan
dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian
pada reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur
spesifiklain dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular.
Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari
"mesenger kedua". Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada
ekspresi gen (Smithd, 1993).
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas
yang besar sekali.Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan
glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar
hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan
determinan (penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon
terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasc
a-reseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan
memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu.
Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yangsama memiliki respon yang
berbeda dalam jaringan yang berbeda.
2. Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta
disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan
dengan permukaan sel kemudian berikatan dengan reseptor.
Hormon steroid tampaknya mempenetrasi membrana plasma sel secara
bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa kasus (co
ntohnya, estrogen), hormon juga perlu untuk mempenetrasi inti sel (kemungkinan
melalui pori-pori dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor inti-
setempat. Kasus pada hormon tiroid tidak jelas. Bukti-bukti mendukung
pendapat bahwa hormon-hormon ini memasuki sel melalui mekanisme
transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi membrana inti
(Nishizuka Y, 1992).
Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan
reseptornya.Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat
pengaruh hidrofobik pada hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan
pilihan air. Kedua,gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor
mempermudah interaksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon ke
dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals, yang sangat tergantung pada
jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.

Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini


sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks
reseptor dengan subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon
dengan subunit pertama mengubah afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal
ini dapat meningkat (kerjasama positif) atau menurun (kerjasama negatif) afinitas
dari hormon untuk reseptor itu. Kerja sama positif menghasilkan suatu plot
Scatchard yang konveks dan kerja sama negatif menghasilkan suatu plot yang
konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas independen dari tempat juga
dapat menghasilkan plot Scatchardnon-linier. Yang merupakan kejutan, ikatan
kerjasama jarang diamati pada interaks ihormon-reseptor; interaksi reseptor-
insulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.

2.2.3 Sekresi dan distribusi hormon


Hormon disekresi oleh kelenjar endokrin jika ada stimulus baik dari
lingkungan internal maupun eksternal dan juga melalui mekanisme feedbac.
Hormon yang telah disekresi kemudian masuk kepembuluh darah untuk
disirkulasi dibawah oleh protein khusus dibawa oleh sel target. Pada sel-sel
target hormon akan diterima oleh reseptor-reseptor yang spesifik (J.H. Green,
2002).

2.2.4 Kontrol aktivitas hormon

Aktivitas hormon dikontrol oleh mekanisme refleks endokrin. Refleks ini


dipicu oleh adanya stimulasi humoral (Perubahan komposisi cairan ekstra
sel), stimulasi hormonal (Adanya hormon spesifik) atau stimulasi neural
(Adanya neurotransmiter). Pada banyak kasusu refleks hormonal dilakukan
mekanisme negative vecback. Kontrol aktivitas hormon dilakukan pada level
tinggi yaittu oleh kelenjar hipotalamus dengan mensekresi hormon spesifik
yang menstimulasi kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi hormon.
Hormon-hormon spesifik dari hipofisis anterior menstimulasi kelenjar target
seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, dan gonad.kelenjar-kelenjar ini akan
menghasilkan hormon yang secara langsung beredar kesirkulasi sisitemik
untuk selanjutnya menuju sel target. Jika kadar hormon berlebihan atau
berkurang maka secara otomatis akan merangsang hipotalamus menambah
atau mengurangi sekresi hormon atau menghasilkan hormon lain yang bekerja
secara berlawanan (Scanlon, 2006).

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya


bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang
spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu
sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel
target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan
pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini
biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat
siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat
umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan
peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya.
Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara
bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan
pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis
dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam
sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi homon dapat juga
terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam
bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang
terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang
berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada
perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak
dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan
dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di
tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan,
misalnya defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat
juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan
pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau
banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan
hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon
ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal
atau hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke
protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
2.3 Mekanisme regulasi produksi dan sekresi hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik

2.3.1 Sekresi hormon

.1 Umpan balik negatif

Umpan balik negatif terjadi jika kenaikan kadar hormon atau non hormon dalam
sekresi hormon selanjutnya, kemudaian menghasilkan keseimbangan sesuai nilai
normal. Misalnya kompilasi hormon plasma tiroid di bawah nomal maka
hipofisis anterior mensekresi tiroid stimlating homon (TSH) kemudian
menstimulasi gabungan tiroid untuk meningkatkan sekresi hormon tiroid,
peningkatan hormon tiroid akan menghambat sekresi TSH. Contoh lain pada
akhir siklus menstruasi normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun,
kondisi ini akan menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonado tropin relai
sing homon (GnRH) yang kemudian digunakan hipofisis anterior mensekresi FSH
untuk meningkatkan produksi hormon estrogen. sebaliknya Meningkatkan
hormon estrogen akan mengalihkan hormon GnRH.
Hormon mempunyai efek umpan balik negatif untuk mencegah over
produksi atau overaktivitas dari jaringan target. Mekanisme umpan balik negatif
hormon ini dapat terjadi pada setiap tataran termasuk ditingkat transkripsi gen,
translasi yang terlibat dalam sintesis hormon dan tahap pematangan hormon serta
pembebasan hormon dari temapt produksinya.

2. Umpan balik positif ini akan menyebabkan sekresi tambahan hormon tersebut.
Sebagai contoh adalah hormon LH ( l u t e i n i z i n g h o r m o n e ) yang
merupakan hasil stimulasi estrogen di Adenohipofisis sebelum terjadinya ovulasi.
Sekresi LH kemudian akan beraksi di Ovarium untuk menstimulasi tambahan
sekresi hormon estrogen, sehingga akan makin banyak sekresi LH. Pada akhirnya
di level tertentu, mekanisme umpan balik positif ini akan berganti dengan
mekanisme umpan balik negatif jika konsentrasi hormon sudah pada level yang
optimum diperlukan.

Selain mekanisme umpan balik negatif dan positif, pembebasan hormon


juga terjadi secara siklik. Kontrol sekresi hormon mengalami variasi periode
waktu dan dipengaruhi oleh perubahan musim, tahapan Perkembangan dan
penuaan, siklus diurnal, siklus bangun dan tidur. Sebagai contoh, sekresi hormon
pertumbuhan meningkat sekresinya selama periode awal tidur namun menurun
pada periode tidur berikutnya. Dalam banyak hal, variasi siklik sekresi hormon
dikarenakan aktivitas jalur neural yang mengontrol pembebasan hormon.

2.3.4 Mekanisme Regulasi Hormon

Mekanisme hambatan umpan balik terdiri dari :

1. Lintasan terbuka
Contoh :
a. Kelenjar pituitary posterior memproduksi hormone
antidiuretic yang digunakan oleh ginjal untuk mereabsorbsi air
b. Badan sel neurosekretori menghasilkan dua hormone yaitu
oksitosin (OT) dan ADH
Setelah diproduksi, hormone disiapkan dalam vesikulus sekretori
yang bergerak karena angkutan akson pada terminal akson dalam
pituitary posterior. Impuls saraf yang menyebar sepanjang akson
dan mencapai pemicu eksositosis vesikula sekretori. Oksitosin dan
ADH yang dilepas kemudian berdifusi kedalam kapiler yang
berdekatan. Pasok darah ke pituitary posterior adalah arteri
hipofiseal inferior, turun dari arteri karoid internal. Dalam pituitary
posterior , arteri hipofisisal inferior membentuk pleksus kapiler
yang disebut pleksus dari proseus infundibular. Dari pleksus ini,
hormone melewati vena hipofisisal posterior untuk distribusi ke
sel jaringan.

2. Lintasan tertutup
Di dalam lintasan tertutup terdapat pengaturan produksi hormone,
yaitu : umpan balik negative yang menghambat produksi hormone
serta umpan balik positif yang merangsang produksi hormone.
Sistem umpan balik negative menurunkan kegiatan sekresi
kortikotof, tirotrof dan gonadotrof bila derajat hormone kelenjar
targetnya naik. Sebagai contoh , bila derajat T 3 mulai turun, jumlah
T3 yang mengikat pada reseptor dalam sel-sel hipotalamik yang
mensekresi hormone pelepas tirotropin (TRH) dan dalam tirotrof
kelenjar pituitary anterior yang mensekresi hormone perangsang
tiroid (TSH) juga turun. Penurunan ini mendorong gen (pusat
kendali) untuk produksi TRH dalam hipotalamus dan produksi
TSH dalam kelenjar pituitary anterior. Hasil ini menambah sekresi
TSH dan TSH merangsang sel-sel kelenjar tiroid untuk mensintesis
dan sekresi T3. Jadi tiritrof dan sel-sel tiroid merupakan efektor
dalam sistem umpan balik negative. Hasilnya adalah menambah T3
dalam darah . bila derajat T3 dalam darah normal, produksi TSH
oleh tirotrof turun.

Mekanisme regulasi hormone lintasan tertutup di bagi menjadi 2 :

1) Lintasan tertutup panjang


Contohnya :
 Adenohiphofisis memproduksi hormone TSH. Thyroid simulating
hormone (TSH) atau thyrotrophic hormone. TSH berperan merangsang
pertumbuhan dan fungsi kelenjar tiroid (terletak didaerah leher) untuk
mensekresikan hormone tiroksin. Kadar tiroksin darah akan memberikan
umpan balik negative ke pituitary dan hipotalamus.
 PRL (Prolaktin) berperan merangsang pertumbuhan pertumbuhan kelenjar
susu dan sintesis progesterone oleh korpus luteum pada beberapa spesies
hewan. Sekresi PRL dihambat oleh PIF (protein inhibiting factor) yang
dihasilkan oleh hipotalamus
 Adrenocorticotrophic hormone (ACTH) berperan merangsang
steroidogenesis didalam korteks adrenal
2) Lintasan tertutup pendek
Tidak semia kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa, beberapa
diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung
terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah :
 Sel- sel penghasil insulin pada pancreas memberikan respon terhadap gula
dan asam lemak
 Sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat
 Medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon
terhadap perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatik.

Hubungan Hormon dan Syaraf

Sistem hormon dan syaraf berkaitan dengan proses menyampaikan


informasi. Pada syaraf penyampaian informasi melalui sinapsis listrik, sedangkan
pada sistem hormon melalui zatkimia disebut neurotransmier . Kerjasama antara
sistem hormon dan sistem syaraf antara laintampak pada keadaan yang
menyebabkan seseorang kekurangan air atau dehidrasi. Keadaan iniakan dilacak
oleh syaraf tertentu pada hipotalamus, terus ke hipofisis. Selanjutnya,
hipofisisakan menghasilkan antiaeuretika yang menghambat produksi urine

Rasa cemas atau ketakutan secara mendadak pada sesorang, maka dia akan
larimenghindar atau berusaha melawan terhadap penimbul rasa ketakutan itu
sekuat-kuatnya,misalnya dengan lari secepat-cepatnya. Pada keadaan semacam ini
maka hormon adrenalinakan aktif mempertinggi frekuensi denyut jantung dan
memperkuat denyutnya

Anda mungkin juga menyukai