Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut adalah pintu memasuki saluran cerna dan sebuah


bilik tempat makanan secara mekanis dihancurkan oleh gigi-geligi dan
secara kimiawi dimodifikasi dan dilumasi oleh saliva sebelum diteruskan
melalui faring dan esofagus ke dalam lambung untuk proses selanjutnya.
Rongga mulut sebenarnya dibatasi oleh palatum molle dan palatum durum
(langit-langit keras dan lunak) di bagian superior, dibatasi oleh aspek
dalam gusi dan geligi di bagian anterior dan dibatasi oleh dua lipat
palatoglossus dari selaput mukosa sisi mulut dan sisi faring di bagian
posterior. Sebagian besar rongga mulut ditempati lidah, sebuah struktur
muskular yang dapat digerakkan untuk membantu dalam mengunyah,
menelan dan berbicara (Fawcett, 2002).
Histologi mukosa rongga mulut secara umum terdiri dari epitel
berlapis pipih berkeratin, tidak berkeratin, atau parakeratin dengan
jaringan ikat di bawahnya. Bagian rongga mulut yang terkena gesekan
(gingiva, permukaan dorsal lidah, dan palatum durum) dilapisi oleh
masticatory mucosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih parakeratin dan
epitel berlapis pipih berkeratin dengan jaringan ikat padat (kolagen) yang
tidak teratur di dasarnya. Bagian dari rongga mulut lainnya dilapisi oleh
lining mucosa dengan epitel berlapis pipih tidak berkeratin dan juga
terdapat jaringan ikat padat (kolagen) yang tidak teratur. Selain itu,
terdapat juga jenis mukosa rongga mulut yang mengandung kuncup kecap
yang terdapat pada permukaan dorsal lidah yaitu specialized mucosa
(Gartner, 2007)
Terdapat beberapa kelainan yang terjadi pada mukosa rongga
mulut. Kelainan yang paling sering ditemui adalah stomatitis. Stomatitis
ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor, misalnya trauma, agen
infeksi (bakteri, virus, jamur, mikrobakteria), penyakit sistemik (stomatitis
herpetic, cacar air, HIV, sifilis, tuberculosis, anemia), drug-induced (obat-

1
obat sitotoksik, NSAID), kelainan darah (leukemia, neutropenia), kelainan
imunologis, neoplasma (SSC atau BCC), radioterapi, merokok, alkohol
maupun kontak alergi (Scully et al, 2003)
Makalah ini menjelaskan tentang struktur histologi normal dan
fungsi mukosa rongga mulut, serta contoh kelainan mukosa yang dapat
terjadi, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana struktur histologi
normal dan fungsi mukosa rongga mulut, serta contoh kelainan mukosa
yang dapat terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana struktur histologi normal dan fungsi mukosa rongga
mulut?
1.2.2 Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada mukosa rongga mulut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan struktur histologi normal dan fungsi mukosa rongga
mulut.
1.3.2 Menjelaskan kelainan yang dapat terjadi pada mukosa rongga
mulut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur histologi normal dan fungsi mukosa rongga mulut

2.1.1 Struktur histologi normal dan fungsi mukosa bibir dan pipi

Bibir mempunyai tiga permukaan yaitu aspek eksternal,


daerah vermilion dan aspek internal. Pada aspek eksternal, struktur
seperti kulit tipis, terdapat kelenjar keringat, folikel rambut dan
kelenjar sebasea. Daerah vermilion memiliki epitel berlapis pipih
dengan keratin, kapiler dekat dengan permukaan dan berwarna
merah. Pada aspek internal memiliki struktur sama dengan mukosa
rongga mulut dan kelenjar ludah minor (Gartner, 2007). Pada
bibir, jaringan utamanya tersusun oleh jaringan ikat fibroelastis.
(Leeson et al, 1996).

Bagian dalam bibir diliputi oleh mukosa yang terdiri atas


epitel berlapis pipih tidak berkeratin yang terletak diatas jaringan
ikat lamina propria dengan papilla yang tinggi. Submukosa
mengandung serat-serat elastin yang berlanjut sampai di sekitar
otot rangka di tengah bibir dan di dalam lamina propria. Serat-serat
elastin ini mengikat membran mukosa secara erat pada otot untuk
mencegah terbentuknya lipatan mukosa yang dapat tergigit di
antara gigi-geligi ketika rahang ditutup (Leeson et al, 1996).

Membran mukosa pada bibir bagian dalam terhubung


langsung dengan permukaan dalam pipi. Pada kedua bibir dan pipi,
terdapat submukosa yang menghubungkan membran mukosa erat-
erat ke otot-otot yang terletak lebih dalam. Perlekatan erat mukosa
ke otot mengakibatkan terbentuknya lipatan mukosa selama
mengunyah, sehingga mengurangi resiko tergigit pada pipi (Leeson

3
et al, 1996). Berikut adalah gambar penampang histologi bibir
interna.

(Gambar 1) Struktur histologi bibir interna.

(Sumber : Histologi FK Unud team)

Mukosa bibir dan pipi tersusun dari otot (musculus) yang


ditutupi oleh kulit pada bagian luar, dan di bagian dalam dilapisi
oleh membran mukosa yang sama. Epitel yang melapisi bibir dan
pipi bagian dalam yaitu epitel berlapis pipih tidak berkeratin, fungsi
epitel ini ialah sebagai perlindungan atau proteksi dan juga sebagai
penghasil lendir (Moekti, 2009). Fungsi mukosa bibir dan pipi juga
membantu lidah dalam menempatkan makanan diantara gigi-gigi
pada saat mengunyah (Tortorra et al, 2009).

2.1.2 Struktur histologi normal dan fungsi mukosa gingiva

Membran mukosa gingiva mengelilingi gigi dan


berhubungan langsung dengan periostium tulang alveolar pada
tonjolan serta bagian superior leher gigi, di dekat gigi gingiva
meluas mengitari gigi sebagai tonjolan gingiva menghasilkan celah
gingiva yang sangat sempit. Lebih kedalam pada dasar celahnya

4
gingiva melekat mengelilingi mahkota gigi. Pada saat usia semakin
bertambah, perlekatan gingiva dengan email semakin rapuh,
terjadilah sulkus atau lekuk cekungan yang pada akhirnya hanya
gingiva hanya melekat pada bagian sementum lalu seluruh mahkota
gigi dapat terlihat (Gartner, 2007). Gingiva terdiri dari beberapa
bagian :

A. Sulkus gingiva
Sulkus gingiva (gingiva sulcus) merupakan celah
dangkal yang mengelilingi gigi, pada sebelah dalam dilindungi
oleh permukaan gigi, pada sisi luar dilindungi oleh epitel dari
free gingiva. (Gambar 2)Pada bagian sukus gingiva terdapat
suatu cairan yang disebut GCF ( Gingiva Cleficular Fluid) yang
banyak mengandung sel leukosit dan berfungsi dalam
pertahanan tubuh (Itjingningsih, 2012).
B. Free Gingiva
Free gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang
menyelimuti gigi, namun bagian gingiva ini tidak melekat pada
permukaan gigi, memiliki lebar 0,1 mm (Gambar 2) Bagian free
gingiva dapat membentuk dinding jaringan lunak (gingiva
sulcus) (Itjingningsih, 2012).
C. Attachment Gingiva
Adalah bagian dari gingiva margin yang mengatak
perlekatan dengan jaringan gigi yaitu semen (gingiva segmental)
dan tulang alveolar (gingiva alveolar) (Gambar 2). Terdiri dari
beberapa lapis epitel, pada orang muda terdiri dari 3-4 lapisan,
dengan panjang 0,25-0,6 mm (Itjingningsih, 2012).
D. Gingiva Interdental
Adalah bagian dari gingiva yang mengisi ruang
interdental sampai di bawah titik kontak dari gigi. Terdiri dari
attachment dan unattachment gingiva (Gambar 2). Bila ada
diastema gingiva interdental akan melekat dengan processus
alveolaris (Itjingningsih, 2012).

5
(Gambar 2) Epitel sulcus, free, attachment dan interdental
pada gingiva
Sumber : Dental Embryology Histology and Anatomy,
Elsevier Saunders 2006

Struktur histologi gingiva terdiri dari epithelium stratified


squamous atau epitel kubus berlapis, mukosa gingiva termasuk
jenis mukosa masticatory karena mimiliki sebagian berkeratin dan
di beberapa tempat tidak berkeratin (Gambar 3)

(Gambar 3) Epitel pada gingiva dengan keratin dan tanpa


keratin
Sumber : Dental Embryology Histology and Anatomy,
Elsevier Saunders 2006

Epitel gingiva berasal dari jaringan ectodermal, berdasarkan


pada morfologi dan fungsionalnya dapat dibedakan menjadi tiga

6
yaitu junctional epithelium, oral sulcular epithelium dan oral
epithelium. Epithelium jenis sulcular epithelium stratified
squamous non-keratinized terdapat pada junctional epithelium dan
oral sulcular epithelium (Gambar 4). Junctional epithelium
berfungsi untuk perlekatan gingiva dengan permukaan gigi dan di
perkuat dengan serat serat gingiva sedangkan oral sulcular
epithelium berfungsi sebagai lapisan sulcus gingiva yang menhadap
permukaan gigi, bersifat semipermiabel sehingga dapat dilalui oleh
bakteri dan cairan GCF (Gingiva Clevicular Fluid)
(Itjiningsih,2012).

(Gambar 4) Histologi oral sulcular epithelium dan


junctional epithelium
Sumber : Dental Embryology Histology and Anatomy,
Elsevier Saunders 2006

Pada oral epithelium terdapat jenis epithelium stratified


squamous keratinized, terdapat pada gingiva cekat dan tepi gingiva
(Gambar 5) dimana tepi epitel ini menyatu dengan epitel palatum.
Bersifat permeabel terhadap cairan. Epitel dengan keratin memiliki
lapis stratum basale, stratum spoinosum, stratum granulosum dan

7
stratum korneum, berfungsi untuk proteksi jaringan dibawahnya
seperti jaringan lemak, saraf, pembuluh pada saat mastikasi dan
proteksi terhadap bakteri (Itjiningsih, 2012).

(Gambar 5) Epitel pada gingiva dengan keratin yang tebal


Sumber : Dental Embryology Histology and Anatomy,
Elsevier Saunders 2006

2.1.3 Struktur histologi normal dan fungsi mukosa lidah

Lidah adalah struktur terbesar dalam rongga mulut yang


tediri dari kumpulan otot rangka atau skeletal muscle pada bagian
lantai mulut. Permukaan lidah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
bagian dorsal, ventral, dan dua bagian lateral (Gartner, 2007).
Bagian dorsal terdiri dari 2/3 anterior dan 1/3 posterior dipisahkan
oleh alur dangkal berbentuk V yang bernama sulcus terminalis.
(Fawcett, 2002). Bagian anterior sulcus terminalis, permukaan
dorsal lidah itu kasar karena ditutupi banyak sekali tonjolan kecil
yang disebut papilla lingualis. Ada empat jenis papilla lingualis
yaitu papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla sirkumvalata,
dan papilla foliate, berikut penjelasannya:

a. Papilla filiformis, yang berbentuk langsing, kerucut, agak


melengkung, dengan ujungnya mengarah ke belakang lidah.

8
Panjangnya 2-3mm dan tersusun dalam baris lebih kurang
paralel terhadap garis yang dibentuk sulcus terminalis yang
berbentuk V itu. Sel sel berkeratin pada ujung papilla secara
tetap dikikis lepas. Papilla ini disusun oleh epitel pipih
berkeratin yang menyebabkan lidah berwarna agak kelabu.
Berikut adalah gambar penampang histologi dari papilla
filiformis (Geneser, 1994).

(Gambar 6) Struktur histologi papilla filiformis


Sumber : Histologi FK Unud team

b. Papilla fungiform, memiliki dasar sempit dan belahan atas


membulat agak besar menyerupai bentuk jamur. Diameternya
0,5-1,0 mm dan sedikit lebih tinggi dari papilla filiformis.
Jaringan ikat ditengahnya terpadat banyak pembuluh darah dan
epitelnya lebih tipis karena lapisan tanduknya sedikit, sehingga
papilla ini tampak berwarna merah (Geneser, 1994). Berikut
adalah gambar penampang histologi dari papilla fungiform.

9
(Gambar 7) Struktur Histologi Papilla Fungiformis
Sumber : Histologi FK Unud team

c. Papilla sircumvalata, hanya berjumlah 6 sampai 14 dan hanya


terdapat di bagian posterior lidah, tepat di depan sulcus
terminalis. Mereka jauh lebih besar dari papilla fungiformis dan
masing masing menempati alur dalam mukosa sehingga
dikelilingi alur atau sulkus melingkar. Pusat jaringan ikat
membentuk beberapa papilla sekunder. Papilla ini dilapisi oleh
epitel bertanduk tidak sempurna. Epitel pada permukaan bebas
itu licin dan yang di sisi papilla banyak mengandung kuncup
kecap. Jauh di dalam jaringan ikat dari otot di bawahnya
terdapat kelenjar serosa dari ebner (Geneser, 1994). Berikut
adalah gambar penampang histologi dari papilla sircumvalata.

10
.

(Gambar 8) Struktur histologi papilla sircumvalata


Sumber : Histologi FK Unud team

d. Papilla foliata, epitelnya mengandung banyak kuncup kecap.


Kelenjar serosa dalam lamina propria mencurahkan isinya
melalui saluran yang bermuara di dasar celah. Secara histologi,
kuncup kecapnya tampak sebagai tumpukan berbentuk oval atau
memanjang, tegak lurus pada membrana basalis ke suatu muara
kecil yaitu tante pore(torus gustatorius). Papilla ini dilapisi oleh
epitel berlapis pipih (Geneser, 1994).. Berikut adalah gambar
penampang histologi dari papilla foliata

(Gambar 9) Struktur histologi Papilla Foliata


Sumber : Histologi FK Unud team

11
Epitel dari mukosa lidah memiliki fungsi:

a. Epitel berlapis pipih berkeratin, epitel ini dilapisi oleh


papilla filiformis dan papilla sircumvalata. Papilla
filiformis tidak memiliki taste bud sehingga epitel yang
berada dibawahnya mengalami proses perkeratinan yang
disebabkan oleh gesekan saat proses pencernaan, dalam
hal ini memindahkan makanan pengecapan (Gartner,
2007).
b. Epitel berlapis pipih tidak berkeratin, epitel ini dilapisi
oleh papilla foliata dan papilla fungiformis. Secara
umum fungsi epitel ini yaitu sebagai taste bud atau
pengecapan (Gartner, 2007).

2.1.4 Struktur histologi normal dan fungsi mukosa palatum

Langit-langit rongga mulut (Palatum) merupakan juga dasar


rongga hidung. Bagian anterior disebut sebagai palatum durum
(hard palate) yang terdiri atas tulang prosesus dari maksila dan
tulang-tulang palatina, oleh karena itu palatum durum bersifat
keras. Palatum durum sifatnya kaku, sehingga lidah dapat
melakukan tekanan untuk mencampur bahan makanan dan
memperlancar mekanisme menelan. Oleh karena itu permukaan
oral palatum durum dilapisi oleh epitel berlapis pipih berkeratin,
lamina proprianya bersatu dengan periosteum. Di dalam lamina
propria terdapat banyak kelenjar kecil dan sedikit jaringan lemak.
Pada garis tengah, lamina proprianya tipis dan melekat pada jalur
median tulang, daerah linear ini disebut raphe (Leeson et al, 1996).
Berikut adalah gambar penampang histologi dari palatum durum.

12
(Gambar 10) Penampang histologi palatum durum

Sumber : Histologi FK Unud team

Bagian posterior dari palatum disebut dengan palatum


molle (soft palate). Bagian median dari palatum molle terdiri dari
jaringan ikat fibrosa kuat dan otot skelet, yang memungkinkan
pergerakan dari palatum molle. Bagian inferior dari palatum molle
dilapisi oleh epitel epitel berlapis pipih tak berkeratin dengan
banyak kelenjar di dalam lamina proprianya. Di antara lamina
propria dan aponeurosis palatina terdapat selapis otot rangka
(musculus uvulus), suatu lembaran jaringan ikat fibrosa. Pada sisi
nasal, palatum molle dilapisi oleh epitel berlapis silindris bersilia
dari rongga hidung dengan lamina propria yang mengandung
sedikit kelenjar (Leeson et al, 1996). Berikut adalah gambar
penampang histologi dari palatum molle.

13
(Gambar 11) penampang histologi palatum molle

Sumber : Histologi FK Unud team

(Gambar 12) Penampang histologi perbatasan antara


palatum durum dan palatum molle

Sumber : Dental Embryology Histology and Anatomy,


Elsevier Saunders 2006

Palatum di dalam rongga mulut memiliki perannya masing-


masing, palatum durum berfungsi membantu lidah dalam
mencampurkan makanan, sedangkan palatum molle berfungsi

14
untuk menutup nasofaring dan orofaring sewaktu menelan, jadi
mencegah masuknya makanan ke dalam rongga hidung (Leeson et
al, 1996).

2.2 Kelainan yang dapat terjadi pada mukosa rongga mulut


Stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa yang
menyerang mukosa palatum, mukosa pipi dan bibir, pada umumnya
berupa bercak putih kekuningan. Terdapat beberapa jenis stomatitis,
yaitu stomatitis mikotik, stomatitis herpetika, stomatitis
medikamentosa dan stomatitis aftosa. Pada stomatitis aftosa,
dibedakan kembali menurut penyebab terjadinya, salah satunya yaitu
stomatitis nikotin.

Stomatitis nikotin adalah suatu kondisi non precarcerous yang


ditandai dengan lesi berwarna putih di palatum durum akibat produksi
keratin yang berlebihan. Secara histologis, mukosa skuamosanya
menunjukkan adanya hyperkeratosis, yaitu terjadi penebalan pada
stratum korneum dan juga menunjukkan adanya acanthosis atau
pertumbuhan berlebih dari stratum spinosum (Williams, 2013).
Stomatitis nikotin juga menunjukkan adanya inflamasi kronis dari
jaringan ikat subepitel dan kelenjar mukosa. Pada umumnya akan
timbul metaplasia pipih dari saluran ekskretori dan inflamasi eksudat
biasanya ditandai dengan adanya duktus lumina. Pada kasus yang
sering terjadi, bisa juga tampak adanya hyperplastic ductal epithelium
di dekat orifice (Saunders, 2009).

15
(Gambar 13) gambar histologi dari stomatitis nikotin
Sumber :Flash Cards Histology, Lippincott 2013

Pada jaringan mukosa gingiva juga dapat terserang


penyakit, salah satunya adalah gingivitis yang dikenal dengan
peradangan gusi, hal ini disebabkan karena timbunan plak yang
terbentuk di sekitar gingiva, apabila timbunan plak ini tidak
dibersihkan atau terus menumpuk hal ini akan memproduksi racun
yang merusak lapisan luar mukosa epithelium dan jaringan
penghubung (connective tissue) gingiva. Ciri-ciri dari gingivitis
adalah gingiva atau gusi yang kemerahan, mengkilat dan disertai
dengan rasa nyeri sakit bahkan hingga bau mulut (Gambar 14).
Penyebab penyebab lain dari gingivitis ini adalah terlalu keras
menyikat gigi, kekurangan vitamin khususnya vitamin C dan B,
diabetes, kehamilan karena perubahan hormonal (Carranza, 1996).

(Gambar 14) merupakan gingiva yang mengalami gingivitis


Sumber : http://healthsciencedegree.info/necrotizing-
ulcerative-gingivitis-histology

Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang


disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila
filiformis. Penyebabnya belum diketahui, tetapi diperkirakan

16
karena stres emosional, alergi, defisiensi nutrisi dan faktor
herediter. Lidah geografik ditandai adanya bercak-bercak gundul
dari papila filiformis, berwarna merah muda sampai merah, dapat
tunggal atau multipel yang dibatasi ataupun tidak dibatasi oleh
pinggiran putih yang timbul. Dapat juga disertai peradangan merah
di tepi lesinya dan disertai perasaan sakit. Lesi terus menerus
berubah pola dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain
(Soediono, 2008).

17
(Gambar 15) Gambar histologi dari lidah geografik
Sumber :Flash Cards Histology, Lippincott 2013

BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rongga mulut dilapisi oleh mukosa yang secara umum terdiri dari
epitel berlapis pipih berkeratin, tidak berkeratin, atau parakeratin dengan
jaringan ikat dibawahnya. Mukosa memiliki 3 tipe yaitu, masticatory
mucosa, lining mucosa, specialized mucosa. Mukosa yang ada di rongga
mulut antara lain ada 4 yaitu, Mukosa pipi dan bibir, Mukosa Gingiva,
Mukosa Lidah, dan Mukosa palatum

Mukosa pipi dan bibir merupakan bagian dalam bibir dan pipi
diliputi oleh membran mukosa yang terdiri atas epitel berlapis pipih tidak
menanduk yang terletak diatas jaringan ikat lamina propria dengan papila
yang tinggi. Pada aspek internal memiliki struktur sama mukosa rongga
mulut dan kelenjar ludah minor. Fungsi pipi sebagai dinding rongga mulut
serta membantu lidah dalam menempatkan makanan diantara gigi-gigi
pada saat mengunyah.

Mukosa Gingiva atau gusi merupakan membran mukosa yang


mengelilingi gigi dan berhubungan langsung dengan periostium tulang
alveolar pada tonjolan dan bagian atas leher gigi. Struktur gingiva terdiri
dari epithelium stratified squamous atau epitel kubus berlapis, mukosa
gingiva termasuk jenis mukosa masticatory karena memiliki sebagian
mukosa berkeratin dan tidak berkeratin di beberapa tempat. Gingiva
memiliki 4 bagian: Sulcus Gingiva, Free Gingiva, Attachment Gingiva,
Gingiva Interdental. Fungsi gingiva yaitu untuk menstabilisir lengkung
gigi, mencegah pergeseran gigi dan memegang makanan diantara gigi
geligi.

Mukosa lidah adalah struktur terbesar dalam rongga mulut yang


tediri dari kumpulan otot rangka atau skeletal muscle pada bagian lantai
mulut. Permukaan lidah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian dorsal,
ventral, dan dua bagian lateral (Gartner, 2007). Bagian dorsal terdiri dari
2/3 anterior dan 1/3 posterior dipisahkan oleh alur dangkal berbentuk V

19
yang bernama sulcus terminalis. Lidah memiliki 4 jenis papila yaitu,
papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla foliata, papilla
sircumvallata. Fungsi lidah yang utama yaitu mengecap, alat bicara serta
membantu pada proses pencernaan makanan dengan mengunyah dan
menelan.

Mukosa palatum bagian anterior disebut sebagai palatum durum


(hard palate) dilapisi oleh epitel berlapis pipih menanduk, lamina
proprianya bersatu dengan periosteum berfungsi membantu lidah dalam
mencampurkan makanan. Bagian posterior disebut sebagai palatum mole
(soft palate) dilapisi oleh epitel berlapis pipih tak menanduk dengan
banyak kelenjar di dalam lamina proprianya berfungsi untuk menutup
nasofaring dan orofaring sewaktu menelan, jadi mencegah masuknya
makanan ke dalam rongga hidung.

Ada beberapa kelainan yang dapat terjadi di mukosa pada mulut,


yang pertama mukosa pipi, bibir dan paltum antara lain yaitu, stomatitis.
Kelainan pada mukosa di gingiva salah satunya yaitu gingivitis. Kelainan
di mukosa pada lidah salah satunya yaitu lidah geografik.

Daftar Pustaka

20
Caranza. 1996. Clinical Periodontology. California: W.B. Saunders Co.

Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Gartner, Leslie P and Hiantt, James L. 2007. Color Textbook of Histologi


Third Edition. China: Elsevier Inc.

Gandolfo, S. 2006. Oral Medicine. Elsevier: Edinburgh. p: 150-151

Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta: Binarupa Aksara

Itjiningsih.2012. Anatomi Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Jahan-Parwar, B. and Blackwell, K. 2011. Lips and Perioral Region


Anatomy. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/835209-
overview#a1.

Leeson, Thomas and Paparo,Anthony.1993. Buku Ajar Histologi. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Margaret. 2006. Dental Embryology, Histology and Anatomy.


Washington: Elsevier Saunders Inc.

Marieb, E.N and Hoehn, K. 2010. The Digestive System. Human Anatomy
& Physiology eighth edition. United States of America: Pearson
Education, Inc, 858-863.

Moekti, Arie Wibowo and Fictor, Ferdinand P. 2009. Praktis Belajar


Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

21
Nanci, Antonio. 2008. Ten Cate’s Oral Histology: Development,
Structure, and Function. China: Elsevier Inc.

Regezi, J.A. 2008. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations. 5th


ed. xiv. St Louis, Missouri: Saunders Elsevier. p: 418

Saunders. 2009. Oral and Maxillofaciaal Pathology. China: Elsevier Inc

Scully C, Epstein J, Sonis S. 2003. Oral mucositis a challenging


complication of radiotherapy, chemotherapy, and radiochemotherapy: part
1, pathogenesis and prophylaxis of mucositis. Head Neck. p: 1057–1070

Tortorra, G. and Derrickson, B. 2009. The Digestive System. Principles of


Anatomy and Physiology 13th Edition. United States of America: John
Wiley & Sons, Inc. p: 927-964.

Warnakulasuriya, Saman and Tilakaratne, WM. 2014. Oral Medicine &


Pathology. India: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

Williams, Lippincott and Wilkins. 2013. Flash cards Histology. China: Wolters
Kluwe Business

22

Anda mungkin juga menyukai