KONSEP MEDIS
A. Definisi
dari elemen seluler prostat. Obstruksi kandung kemih kronis yang sekunder
akibat BPH dapat menyebabkan retensi urine, isufisiensi ginjal, infeksi saluran
kemih berulang, hematuria berat dan kalkulus kandung kemih (Deters, 2016).
BPH adalah keadaan kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia
dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan untuk intervensi medis pada
prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai
derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes & et al,
2000)
1 2
1
3
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada
1. Dihydrotestosteron
2
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit Teori sel
berlebihan.
C. Manifestasi Klinik
3
beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
berakhirnya miksi.
a. Urgensi : perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit ditahan
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah retensi kronik
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada saluran
4
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
menunjukan abnormalitas
kanker prostat, pria yang beresiko terkena BPH juga beresiko terkena
yang berguna untuk isufisiensi ginjal kronis pada pasien yang memiliki
2. Ultrasonografi
dan tingkat hidronefrosis (jika ada) pada pasien denga retensi urine atau
3. Endoskopi
5
penyakit menular seksual (mis. Uretritis gonokokal), kateterisasi, atau
trauma berkepanjangan.
4. IPPS/AUA-SI
b. Frekuensi berkemih
d. urgensi
g. Nokturia
F. Penatalaksanaan
1. Watchfull Waiting
Tatalaksana pada penderita BPH saat ini tergantung pada LUTS yang
diukur dengan sistem skor IPSS. Pada pasien dengan skor ringan (IPSS ≤
hidup. Bahkan bagi pasien dengan LUTS sedang yang tidak terlalu
terganggu dengan gejala LUTS yang dirasakan juga dapat memulai terapi
6
a. Mengurangi minum setelah makan malam (mengurangi nokturia).
frekuensi miksi).
2. Tatalaksana Invasif
c. Batu vesika
d. Hematuria makroskopil
sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gram, dan kondisi pasien
7
Gambar 5: Tindakan TURP
Bila alat yang tersedia tidak memadai, maka dapat dilakukan operasi
dilakukan apabila ditemukan pula batu vesika yang tidak bisa dipecah
3. Medical Treatment
Obat ini menghambat reseptor alfa pada otot polos di trigonum, leher
8
dapat timbul adalah karena penurunan tekanan darah sehingga pasien
c. Phytoterapi
vesika
9
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien BPH pasca TURP adalah
nyeri yang berhubungan dengan spasme buli – buli. Pada saat mengkaji
kekerapan (time).
keluhan dan ketahui pula bahwa munculnya gejala untuk pertama kali
atau berulang.
10
d. Riwayat penyakit dahulu
pasca bedah. Ketahui pula adanya riwayat penyakit saluran kencing dan
pembedahan terdahulu.
3. Pemeriksaan penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
11
2) Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
c. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara
penilaian :
pada tulang.
volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual
buli – buli.
12
B. Diagnosa Keperawatan
prostat
urine)
13
C. Intervensi Keperawatan
14
2. Domain 3. Eliminasi dan NOC: NIC: 1. Memberikan informasi tentang
Pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pemasukan dan pengeluaran dan fungsi ginjal dan adanya
Kelas 1. Fungsi Urinalis keperawatan karakteristik urine. komplikasi.
Kode 00016 selama....diharapkan eliminasi 2. Kaji pola berkemih normal pasien dan 2. Massa dapat menyebabkan
Gangguan eliminasi urine urine optimal, dengan criteria perhatikan variasi. eksibilitas saraf yang
berhubungan dengan hasil: 3. Dorong peningkatan pemasukan cairan. menyebabkan sensasi kebutuhan
obstruksi uretra oleh prostat - Tidak ada hematuri 4. Observasi keluhan kandung kemih penuh, berkemih segera. Biasanya
- Pengeluaran urine tanpa palpasi untuk distensi suprapubik. frekuensi dan urgensi meningkat
nyeri Perhatikan penurunan keluaran urine, bila massa mendekati pertemuan
adanya edema periorbital/tergantung. uretrovesikal.
5. Dorong pasien untuk berkemih bila terasa 3. Peningkatan hidrasi membilas
dorongan. bakteri, darah, dan debris.
6. Jelaskan kondisi perkemihan pasien 4. Retensi urine dapat terjadi
7. Kolaborasi pemasangan kateter menyebabkan distensi jaringan
(kandung kemih/ginjal) dan
potensi resiko infeksi, gagal
ginjal.
5. Berkemih dengan dorongan
mencegah retensi urine.
6. Pengetahuan kesehatan yang
akurat akan meningkatkan
kemampuan pasien dalam
mempertahankan kesehatan
7. Mengantisipasi gangguan lebih
lanjut.
15
Kriteria Hasil: 2. Observasi dan laporkan tanda dan gejal 3. memantau terjadina infeksi
- Klien bebas dari tanda dan infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, infeksi
gejala infeksi tumor 4. memantau perubahan nilai
- Menunjukkan kemampuan 3. Kaji tanda-tanda vital tiap 6 jam laboratorium
untuk mencegah timbulnya 4. Catat dan laporkan hasil laboratorium 5. Pemberian antibiotik untuk
infeksi 5. Kolaborasi pemberian antibotik mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
16
BAB III
17
DAFTAR PUSTAKA
18