Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak

Yang diampu oleh Eva Supriatin, S.Kp.,M.Kep.


Disusun oleh
Kelompok 1
Aan Jubaedah 217047
Agung Wibowo 217048
Dea Amelia Meilani 217055
Lia Siti Maryam 217067
Novia Nurmawati 217074
Paramitha 217077
Prima Dwi Purnomo 217078
Titin Kartini 217086
Titis Lisalsabilla 217087

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2019
HIDROSEFALUS

A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral,
ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro
spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang
tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
B. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam
ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
a) Stenosis aquaductus sylvi
b) Spina bifida dan kranium bifida
c) Syndrom Dandy-Walker
d) Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
c) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS
a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian
CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF
ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1) Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2) Parenchym otak
3) Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat
pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke
cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan
kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana
terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
D. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan
yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray
matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba
– tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses
akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya
melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela
anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel
tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal
yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
 Pathway HIDROSEFALUS

E. JENIS HIDROSFALUS
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a) Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b) Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan
atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a) Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b) Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a) Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar
dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b) Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan
ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a) Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b) Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).

F. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun,
dan anak diatas usia 2 tahun.
1.  Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a) Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala
b) Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c) Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d) Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e) Perubahan pada mata.
Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti
matahari yang akan terbenam
f) strabismus divergens
g) nystagmus
h) refleks pupil lambat
i) atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
j) papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2.  Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial
oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

G. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
a) Peningkatan tekanan intrakranial
b) Kerusakan otak
c) Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses
otak.
d) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
e) Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
f) Kematian

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS
1. Pemeriksaan fisik:
a) Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b) Transiluminasi
c) Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada
infeksi sisa
3. Pemeriksaan radiologi:
a) X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
b) USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
c) CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
I. PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS
1.  Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga
dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk
menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih
dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2.  Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 –
50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian
diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus
didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

3.  Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a.  Ventrikulo Peritorial Shunt
b.  Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :
kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk
selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,
atau dislokasi.
4.  Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik
untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan
ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada
yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode
pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko
akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN  HIDROSEFALUS
A.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1.    Anamnesa
a.  Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2.    Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi :
 -Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 -Pembesaran kepala.
 -Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b.   Palpasi
 -Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 - Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.   Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
-Luas lapang pandang
 -Konvergensi.
 -Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
 -Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3.    Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
-Peningkatan sistole tekanan darah.
-Penurunan nadi / Bradicardia.
-Peningkatan frekwensi pernapasan.
4.    Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan
banormal. ( Transsimulasi terang )
-Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
-Opthalmoscopy : Edema Pupil.
-CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
-Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1.  Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2.  Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan
kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.  Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4.  Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil
keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
C Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan1.  Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
kondusif dengan kriteria hasil: penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan malam hari siapkan
 Keselamatan fisik dapat lampu panggil
dipertahankan 2.  Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada
 Adanya pelindung dan alat anak dan cara pencegahan untuk cidera.
bantu untuk klien 3.  Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
4.  Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : Setelah dilakukan kunjungan
1.    Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x diharapkan keluarga
2.    Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan
mampu melakukan perawatan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
sederhana dirumah  dengan kriteria
3.    Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
hasil: terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
         Berat badan ideal 4.    Timbang berat badan bila mungkin.
         Tidak muntah 5.    Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
         Tidak terjadi malnutrisi 6.    Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7.    Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan yang
baik dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan1.   Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
selama 3x diharapkan keluarga2.   Kaji tingkat fungsi fisik
dapat menciptakan lingkungan 3.   Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam perawatan
kondusif dengan kriteria hasil: diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
4.   Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
 Klien dapat melakukan5.   Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri
perawatan diri dengan meliputi:mandi, toileting , berpakaian.
mandiri atau dibantu
 Klien bersih dan tidak bau

4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan 1.    Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
situasi krisis ( anak dalam catat selama 3x diharapkan Keluarga prosedur, terapi dan prognosanya.
fisik ) menerima keadaan anaknya, 2.    Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh
mampu menjelaskan keadaan bila keluarga belum mengerti
penderita dengan kriteria hasil: 3.    Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
         Keluarga berpartisipasi dalam 4.     Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
merawat anaknya dan secra verbal
         keluarga dapat mengerti tentang
penyakit anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-
hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 http://www.pediatrik.com/isi03.php?


page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai