Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 2

dosen pengampu Suci Noor Hayati, S.kep.,Ners.,M.kep

Disusun oleh :
1. Aisyah Prasetyo 217051
2. Alma Apriliantana 217052
3. Eka Retno Wulandari 217061
4. Indah Lismawati 217065
5. Mega Fujianti Ramadhan 217070
6. Novia Sri Rahmayanti 217075
7. Prima Dwi Purnomo 217078
8. Rianti Agustina 217080
9. Wisnu Ramadita 217090

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN 3-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat iman dan islam kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kanker Serviks” dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Maternitas 2. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam
karya tulis ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada
berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan
kinerja untuk kedepannya.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Laporan Tutor...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

2.1 Definisi Kanker Serviks....................................................................3

2.2 Etiologi .............................................................................................3

2.3 Patofisiologi......................................................................................3

2.4 Klasifikasi..........................................................................................5

2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................9

2.6 Penatalaksanaan Medis.....................................................................10

2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................12

2.8 Pencegahan........................................................................................14

2.9 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks...............................................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................22

3.1 Kesimpulan........................................................................................22

3.2 Saran..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

ii
LAPORAN TUTOR
Step 1
1. Menarche : haid pertama
2. Seks komersial : pekerjaan psk
3. MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration
4. MCV : Mean Corpuscular Volume
5. MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin
6. Ikterik : Sklera kuning

Step 2

1. Kenapa pasien sulit BAK ?


2. Apa hubungannya keputihan dengan pendarahan ?
3. Kenapa saat BAB mengalami perdarahan atau keluar darah dari
kemaluan ?
4. Kenapa klien konjungtiva anemis ?
5. Kenapa sclera nya tidak ikterik ?
6. Apa penyakit yang diderita oleh pasien ?
7. Kenapa dalam melakukan hubungan seks pasien mengalami perdarahan ?
8. Kenapa klien mengalami perdarahan pervaginam yang terus menerus ?
9. Kenapa klien mengalami mual muntah ?
10. Kenapa pemeriksaan MCV hasilnya 77 ?
11. Kenapa mengalami penurunan nafsu makan ?
12. Apakah ada pemeriksaan penunjang lainnya ?
13. Penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri ?

Step 3

1. Karna saluran kemih sudah tertekan oleh masa kanker yang kemungkinan
sudah membesar sehingga klien mengalami sulit BAK
2. Keputihan jumlah yang banyak , menimbulkan warna seperti kuning
hingga keabu-abuan. Wanita yang mengalami keputihan sebagai tanda
kanker serviks maka akan bau seperti bau anyir dan bau amis semakin
berbayaha maka akan menyebabkan adanya bercak darah.

iii
3. Karena klien mengalami konstipasi sehingga mengedan nya terlalu keras
dan menimbulkan terjadinya perdarahan pada vagina, vagina dalam
kondisi tidak normal karena virus telah menyebar.
4. Karena hasil pemeriksaan darah mengatakan MCV 77, yang artinya klien
mengalami anemia sehingga konjungtiva anemis
5. Karena tidak ada peningkatan bilirubin sehingga sclera klien tidak ikterik
6. kanker serviks karena memiliki ciri ciri :
a. perdarahan vagina yang tidak normal
ketika wanita mengalami kanker serviks, gejal ayang biasanya muncul
adalah perdarahan yang tiak normal pada vagina. Perdarahan ini dapat
terjadi lebih banyak ataupun lebih sedikit dari menstruasi biasanya,
dapat terjadi diantara periode menstruasi, atau pada wanita yang sudah
menopause.
b. Mengalami keputihan
Ciri-ciri kanker serviks lainnya yaitu keputihan yang tidak normal.
Lender pada keputihan akan mengalami perubahan warna, memiliki
aroma yang tidak sedap atau bau, serta terjadi perubahan tekstur dan
konsistensi cairan vagina
c. Rasa nyeri saat berhubungan intim
Kanker serviks yang sudah memasuki stadium lanjut, akan
memunculkan tanda yang lebih beragam. Salah satunya adalah nyeri
panggul saat berhubungan intim. Rasa nyeri yang timbul membuat
anada merasa tidak nyaman sewaktu berhungan intim.
d. Mudah lelah
Ciri lain yang akan muncul apabila anda menderita kanker serviks
adalah mudah lelah. Kondisi ini terjadi akibat pendarahan yang tidak
norml pada vagina sehingga lam kelamaan tubuh mengalami
kekurangan sel darah merah (anemia), yang membuat tubuh menjadi
cepat lelah. Rasa lelah biasanya akan berlangsung setiap saat dan tidak
hilang meskipun anda telah beristirahat cukup.

iv
e. Kehilangan nafsu makan
Wanita yang terkena kanker serviks akan mengalami penurunan atau
bahkan kehilangan nafsu makan.
f. Mengalami sembelit
Jika kanker serviks telah menyebar hingga ke usus besar, akan
berpotensi menyebabkan konstipasi atau sembelit. Kondisi ini dapat
saat kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut
7. Kanker serviks kerap kali menimbulkan komlikasi berupa, penyampitan
vagina. Kondisi ini dapat membuat hubungan seks sulit, bahkan terasa
sangat menyakitkan, dan bisa menyebabkan pendarahan pada vagina
8. Perdarahan terjadi akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan
pengeluaran secret yang berbau busuk
9. Karena ada efek samping dari pengobatan penyakit ini
Karena penyebaran sel kanker yang menyebabkan terjadinya mual dan
muntah
10. MCV rendah dikarenakan suatu kondisi yang sering disebut mikrocytosis
(sel kecil), eritrosit yang kecil hanya mampu membawa oksigen dalam
jumlah sedikit.
11. Karena terjadi mual dan muntah yang diakibatkan oleh penyebaran sel
kanker sehingga terjadi penurunan nafsu makan
12. 1). Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen
karena dapat mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
2). Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu

v
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.

13. Disebabkan oleh virus HPV

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim merupakan jenis
penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun atau
wanita usia produktif. Kanker serviks menempati urutan ke dua menyerang
wanita dalam usia subur, yang pada tahun 2005 menyebabkan lebih dari
250.000 angka kematian. Sekitar 80 % dari jumlah kematian tersebut terjadi
pada negara berkembang. Tanpa penatalaksanaan yang konkrit, diperkirakan
kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25 % dalam jangka waktu 10
tahun mendatang ( WHO, 2006 ).
Jumlah penderita kanker leher rahim di Indonesia sekitar 200 ribu setiap
tahunnya dan menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara. Walaupun
penyakit ini merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan
kematian, kesadaran untuk memeriksakan diri dirasakan sangat rendah, hal
tersebut tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan mengenai kanker ini.
Indikasinya lebih dari 70 % penderita yang datang ke rumah sakit sudah pada
kondisi lanjut.(Depkes, 2007). Sementara data dari Sistem Informasi Rumah
Sakit menyatakan, dalam kurun waktu 2004 sampai dengan 2007 kanker leher
rahim menempati urutan kedua (16 per 100.000) setelah kanker payudara (26
per 100.000), dari 10 jenis kanker yang diidap oleh perempuan (Global
Burden of Cancer2010).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kanker serviks ?


2. Bagaimana etiologi dari Kanker serviks?
3. Bagaimana patofisiologi dari Kanker serviks?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Kanker serviks ?
5. Apa saja klasifikasi dari Kanker serviks?
6. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Kanker serviks?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Kanker serviks?

1
2

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan ?


9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kanker serviks ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan kanker serviks
2. Menjelaskan etiologi dari kanker serviks
3. Menjelaskan patofisiologi dari kanker serviks
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari kanker serviks
5. Menjelaskan klasifikasi dari kanker serviks
6. Menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada kanker serviks
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada kanker
serviks
8. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari kanker serviks
9. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada kanker serviks
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kanker serviks
Kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang leher rahim yang
merupakan bagian reproduksi wanita. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel
pada serviks berubah dan tumbuh tidak terkendali. Sel-sel ini dapat berubah
dari normal menjadi pra-kanker dan kemudian menjadi kanker.
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia
epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa
vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang
terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher
rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke rahim.
2.2 Etiologi
Penyebab kanker leher rahim adalah Human Papilloma Virus (HPV) atau
virus papiloma manusia. Virus ini ditemukan pada 95 % kasus kanker leher
rahim. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tipe 16
dan 18 ( paling sering di Indonesia ) serta tipe 31, 34, 45, dan lain-lain
(Depkes RI, 2009). HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas
seksual dan beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari adanya
penetrasi, tetapi juga melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut (skin
to skin genital contact). Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara
seksual memiliki risiko untuk terkena kanker leher rahim (Emilia, 2010).
2.3 Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu

3
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

4
4

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya


perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatuka
oleh Sambungan SquamosaKolumner (SSK). Proses metaplasia adalah proses
pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan
oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambungan
Squamosa Squamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma,
virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi
displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi
untuk menjadi ganas. Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat
pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses
perubahan yang terjadi dimulai di daerah Squamosa Columner Junction (SCJ)
atau SSK dari selaput lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks
tidak memberikan tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum,
5

tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik


atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa
proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN
ada tiga tingkatan yaitu:
1. CIN I : displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga,
perubahan
sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
2. CIN II : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih
rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas
sel epitel ketiga.
3. CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada
semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma
insitu.
2.4 Klasifikasi
Penentuan diagnosis stadium kanker serviks sangat penting untuk pengobatan
atau penanganan yang tepat. Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5
jenis. Menurut Cancer Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan
sebagai berikut:
a. Normal
Pada stadium ini disebut juga “Carsinoma In Situ (CIS)” yang berarti
bahwa beberapa sel serviks mengalami perubahan. Namun sel-sel
abnormal mulai terdapat dan terkandung dalam lapisan permukaan
serviks dan masih pada tempatnya. Carsinoma in situ bukan kanker tetapi
6

pada beberapa wanita perubahan akan berkembang menjadi kanker


setelah beberapa tahun.
b. Stadium 1
Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada di serviks dan
ukuran kelainannya kurang dari 3 mm. Stadium ini berarti bahwa kanker
hanya terdapat dalam leher rahim. Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada
stadium ini, yaitu:
1) Stadium 1A
Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Stadium 1A1 berarti kanker telah tumbuh
kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam jaringan leher rahim, dan
kurang dari 7 mm lebarnya. Stadium 1A2 berarti kanker telah
tumbuh antara 3 dan 5 mm ke dalam jaringan serviks, tetapi
masih kurang dari 7 mm lebarnya.

2) Stadium 1B
Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi kanker
masih hanya dalam jaringan serviks dan belum menyebar.
Biasanya dapat dilihat tanpa mikroskop, tetapi tidak selalu
terlihat. Pada stadium 1B1 kanker tidak lebih besar dari 4 cm.
Pada tahap 1B2 kanker lebih besar dari 4 cm.
7

c. Stadium 2
Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai menyebar di luar leher
rahim ke dalam jaringan sekitarnya. Namun belum tumbuh ke dalam otot
atau ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian
bawah vagina. Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 2A
Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam bagian atas
vagina.

2) Stadium 2B
Pada tahap 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di sekitar leher
rahim.

d. Stadium 3
Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi masih berada
didalam rongga panggul dan belum masuk sampai kandung kemih atau
rektum. Namun kelenjar getah bening sudah bisa mengandung sel
kanker. Kanker pada stadium ini adalah kanker yang tingkat dan
gejalanya sudah semakin parah. Stadium 3 ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 3A
8

Stadium 3A apabila sel kanker telah menyebar ke sepertiga


bagian bawah vagina namun belum sampai ke dinding panggul.

2) Stadium 3B
Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke dinding
panggul bahkan sudah bisa memblokir ureter karena ukurannya
yang sudah membesar. Sumbatan ini bisa menyebabkan ginjal
berhenti bekerja.

e. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung kemih, rektum atau
yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.
1) Stadium 4A
Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum serta
kelenjar getah bening.
9

2) Stadium 4B
Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan kelenjar
getah bening lain selain panggul seperti hati, perut, paru-paru,
saluran pencernaan, tulang.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Terkait dengan erosi serviks
Pada umumnya pasien kanker serviks banyak yang berkaitan dengan
erosi serviks, erosi serviks parah adalah penyebab terjadinya canceration.
2. Pendarahan kontak
Pendarahan kontak adalah gejala kanker serviks yang paling menonjol,
sekitar 70% - 80% pasien kanker serviks ada timbul gejala pendarahan
vagina. Kebanyaka terjadi setelah hubungan seksual atau pada saat
pemeriksaan ginekologi atau terlalu memaksa pada waktu buang air
besar, ada darah segar bercampur dengan sekresi vagina (keputihan).
3. Pendarahan tidak teratur pada vagina
Wanita usia lanjut yang telah menopause bertahun-tahun, tiba-tiba
“menstruasi” lagi tanpa sebab. Jumlah pendarahan tidak banyak, juga
tidak disertai dengan gejala sakit pada perut dan pinggang, sangat mudah
diabaikan. Sering adanya pendarahan tidak teratur pada vagina ini adalah
gejala dini kanker serviks, banyak pasien usia lanjut datang berobat
karena gejala ini, harus segera mendapatkan diagnosis dini kanker
serviks, melakukan pengobatan secara tepat waktu.
4. Rasa Sakit
10

Perut bagian bawah atau daerah lumbosacral sering terasa sakit,


terkadang sakit timbul di perut bagian atas, paha atas dan persendia
panggul, setiap saat masa menstruasi, waktu buang air besar, atau
hubungan badan, rasa sakit akan meningkat, terlebih pada saat infeksi
meluas mengarah ke belakang sepanjang ligament uterosakral atau
menyebar sepanjang ligament luas di bagian bawah, membentuk
peradangan kronis jaringan ikat paranetrium, pada saat ligament utama
serviks menebal, rasa sakit akan lebih berat. Setiap menyentuh serviks,
secara langsung menimbulkan rasa sakit di iliaka fosa, lumbosacral,
bahkan ada pasien kanker serviks yang timbul gejala mual.
5. Peningkatan Sekresi Vagina (Keputihan)
Dalam klinis 75% - 85% pasien kanker serviks mengalami peningkatan
sekresi vagina dengan berbagai tingkatan. Kebanyakan muncul
peningkatan keputihan dengan perubahan bau dan warna. Kanker serviks
dikarenakan rangsangan dari lesi kanker, fungsi sekretori dari kelenjar
serviks meningkat, menimbulkan keputihan seperti lendir. Keputihan
abnormal semacam ini, termasuk jumlah yang meningkat dan perubahan
karakteristik adalah gejala kanker serviks.
2.6 Penatalaksanaan
1. Tindakan bedah
Selain tumor di serviks, rahim, bagian dari vagina, jaringan di sekitar
rahim, dan jaringan limfatik akan diangkat. Usia pasien akan
dipertimbangkan untuk menentukan apakah pengangkatan indung telur
diperlukan atau tidak.
2. Radioterapi
Ada 2 jenis radioterapi, radioterapi eksternal dan radioterapi internal.
Biasanya kedua metode ini digunakan secara bersamaan untuk
mendapatkan hasil pengobatan terbaik.
a) Radioterapi eksternal, menggunakan akselerator linier untuk
mengirimkan sinar radiasi berenergi tinggi ke tempat tumor dan
rongga panggul untuk membasmi tumor
11

b) Radioterapi internal, prosedur ini dilakukan di ruang operasi saat


pasien berada di bawah pengaruh anestesi umum. Dokter akan
memasukkan alat kecil ke dalam vagina pasien dan leher rahim
untuk memancarkan radiasi yang diperlukan untuk pengobatan.
Pasien biasanya perlu menjalani 3 hingga 4 sesi pengobatan dengan
durasi 10 hingga beberapa menit di setiap sesinya.
Potensi efek samping dari radioterapi :
a) Diare dan dan rasa lelah Pendarahan kandung kemih/ rectum
b) Penyempitan vagina
3. Kemoterapi
Kemoterapi membantu mengecilkan ukuran tumor dan melengkapi
tindakan radioterapi untuk meningkatkan efek pengobatannya.
Kemoterapi intravena biasanya digunakan dengan menyuntikkan obat
melalui pembuluh darah. Jumlah hitungan darah pasien akan menurun
jika kemoterapi dilakukan secara bersamaan dengan radioterapi, yang bisa
menyebabkan rasa lelah dan rentan terhadap infeksi. Pasien mungkin
perlu mengonsumsi obat antibiotik dan pasien yang menderita anemia
mungkin perlu melakukan transfusi darah.
Pengobatan dengan tindakan bedah dan radioterapi memiliki efek
penyembuhan yang sama pada kanker serviks Stadium I dan II. Namun bagi
pasien yang berusia lebih muda dan dalam kondisi kesehatan yang lebih
baik, tindakan bedah lebih dipilih untuk menyelamatkan ovarium demi
keperluan hormon reproduksi.
Tindakan ini juga bisa menurunkan aktivitas kehidupan seksual yang
terkait dengan penyempitan dan pengerasan vagina sebagai akibat dari
radioterapi. Efek jangka panjang dari tindakan operasi biasanya lebih sedikit
daripada radioterapi.Untuk kanker serviks stadium lanjut, radioterapi dan
kemoterapi adjuvan menjadi tindakan pengobatan utama. (Prof. Dr. Hextan,
2017).
12

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada
pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada
sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap
smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat
mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan
dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker
leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur
yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap
smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap
smear adalah sebagai berikut (Prayetni,1999):
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala
besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang
negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas
13

30 tahun Universitas Sumatera Utara karena prevalensi infeksi HPV


menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau
lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat
sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini
sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang
persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua
maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan
untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah
punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy
yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah
kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu
kanker invasif atau hanya tumor saja (Prayetni, 1997).
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997)
5. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997)
6. Radiologi
14

a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan


pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk
mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi,
pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau
terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette, 1999).

2.8 Pencegahan
Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program skrining yang
terorganisasi dengan target pada kelompok usia yang tepat. Beberapa metode
skrining yang dapat digunakan adalah pemeriksaan sitologi berupa tes pap
smear, pemeriksaan DNA HPV dan pemeriksaan visual berupa inspeksi
visual dengan asam asetat (IVA) serta inspeksi visual dengan lugol iodine
(VILI).
1. Sirkum sisi pada pria
Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkum sisi pada pria berhubungan
dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang
pria dengan riwayat multiple sexsual partners, terjadi penurunan resiko
kanker serviks padapasangan wanita mereka yang sekarang. (Lestari,
2009)
2. Tindakan higiene cukup yaitu membasuh alat kelamin dari depan
(vagina) ke arah belakang (anus).
3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun.
4. Menggunakaan handuk dan celana dalam sendiri tidak bersamaan.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
15

Jenis Kelamin : Perempuan


Usia : 25 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : PSK
Status Perkawinan :-
Suku Bangsa : Indonesia
Agama :-
Alamat :-
2. Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Hubungan dengan klien : -
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh nyeri, nyeri bertambah ketika hubungan seksua,
BAB, BAK, nyeri menusuk dan menyebar pada panggul,
kemaluan,anus dan pinggang, skala nyeri 8-9 dan nyeri dirakasan
terus menerus. Klien mengalami pendarahan pervaginam dan
mengalami keputihan sejak 2018
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengalami keputihan sejak 2018 tetapi tidak berobat karena
tidak ada biaya hingga klien mengalami perdarahan pervaginam bila
melakukan hubungan seksual. Menarche usia 13 tahun, pertama kali
melakukan hubungan seksual usia 16 tahun dan sering berganti-ganti
pasangan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-
e. Riwayat Ginekologi
16

Menarche usia 13 tahun


4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah, tampak pucat
b. Tingkat Kesadaran : Kompos mentis
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,2oC
d. Kepala
Mata : konjungtiva anemis. Sclera tidak ikterik.
e. Leher
f. Dada dan thorak : respirasi tidak terganggu
g. Abdomen
h. Genetalia : klien mengeluh ada perdarahan pervaginam dan
mengalami kputihan sejak 2018
i. Ekstremitas
5. Pola Aktivitas sehari hari
a. Nutrisi
Antropometri : BB 40 kg, TB 158 cm
Biokimia : hb 51 g/dl
Klinik : konjungtiva anemis
Klien makan 3 kali sehari porsi yang disediakan rumah sakit dan
habis hanya ½ porsi, klien mengeluh mual muntah
b. Eleminasi
BAB : sulit BAB, jika ingin BAB harus lama mengedan baru
keluar dan setiap klien mengedan selalu keluar darah dsri
kemaluan dan terasa sakit
BAK : klien sulit BAK, jika BAK klien harus mengedan dan
keluar
17

sedikit setiap BAK (anuria) dan keluar darah dsri


kemaluan
c. Istirahat Tidur
Klien mengatakan sulit untuk istirahat dan tidur karena nyeri yang
dirasakan

d. Aktivitas Fisik
Klien hanya terbarig di tempat tidur dan tidak dapat melakukan apa-
apa
e. Personal Hygiene
-
6. Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


Hb 5,1 g/dl 12-16
Hematokrit 15 ul/dl 40-50
MCV 77 Fl 80-96
MCH 66 Pg 27-31
MCHC 84 g/dl 32-36
TRombosit 384.000 103/ul 150-400
Leukosit 15.000 103/ul 5,0-10,0

II. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Perilaku seksual Nyeri AKut
- Klien mengeluh nyeri
tak tertahankan pada Mitosis sel
panggul, kemaluan, eksoserviks dan
anus, dan pinggang endoserviks
- Klien mengatakan
sulit tidur karena nyeri Metapsia salumosa
DO :
- Klien terlihat meringis Kanker invasive
kesakitan dan sering
menangis karena nyeri Merusak sturuktur
- Skla nyeri 8-9 jaringan

Menginvasi ke organ
18

lain

Infiltrasi ke saraf

Nyeri akut
DS : Faktor resiko ( Virus Syok Hipovolemik
- Klien mengeluh HPV)
mengalami
pendarahan
Mitosis sel
pervaginam terus-
menerus ceksoserviks dan
DO: endoservis
- Konjungtiva Anemis
- Kulit pucat Metasplasma
- HB : 5,1 gr/dL Skuamosa
- Leukosit = 15.000
sel/ mm3 Kanker Infansit
- TTV :
- TD : 90/60
mmHg Membuat sel epitel
- N : 100x/menit
- RR : 22 x/menit Stroma Serviks
- S : 36,2oC
Meluas Kejaringan

Pembuluhdarah
Limpe dan Vena

Pendarahan Pervagina

Hipovolemik

Syok Hipovolemik
DS : Kanker serviks Intoleransi aktivitas
- Klien menatakan
mengalami Menembus sel epitel
perdarahan
pervaginam yang Stroma serviks
terus menerus
DO : Masuk ke jaringan
- Hb : 5,1 g/dl
- Konjungtiva anemis Ke pembulh darah
- Kulit pasien terliihat linfe dan vena
pucat
19

Dinding pembuluh
darah terdesak

Perdarahan spontan

Anemia

Suplai O2 menurun

Intoleransi aktivitas

III. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d pendarahan pervagina
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
IV. Intervensi
DX Tujuan Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
jam, skala nyeri menurun secara komprehensif
dengan termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas, dan faktor
nyeri pencetus
2. Melaporkan gejala yang 2. Observasi adanya petunjuk
tidak terkontrol pada nonverbal mengenai
professional kesehatan ketidaknyamanan terutama
3. Mampu mengenali kapan pada mereka yang tidak dapat
nyeri terjadi berkomunikasi secara efektif
4. Melaporkan nyeri yang 3. Gunakan strategi komunikasi
terkontrol terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
4. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(misalnya, suhu ruangan,
pencahayaan, suhu ruangan)
5. Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
20

(misalnya, farmakologi,
nonfarmokologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
6. Berikan pasien penurun nyeri
yang optimal dengan
peresepan analgesik
7. Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika
keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok : Volume
keperawatan selama 2 x 24 1. Monitor hilangnya darah
jam diharapkan syok secara tiba-tiba, dehidrasi
berkurang (tidak terjadi syok) berat, atau perdarahan yang
dengan terus menerus
Kriteia hasil: 2. Cegah hilangnya volume
1. Tekanan darah stabil darah (misalnya berikan
2. Tidak pucat tekanan pada tempat
3. Konjungtiva tidak perdarahan)
anemis 3. Monitor turunnya tekanan
darah sistolik kurang dari 90
mmHg atau turun 30 mmHg
pada pasien hipertensi
4. Monitor tanda/gejala syok
hipovolemi (misalnya
peningkatan haus,
peningkatan denyut nadi,
peningkatan SVR, penurunan
urin output, penurunan bising
usus, penurunan perfusi
perifer, gangguan respires)
5. Posisikan pasien untuk
mendapatkan perfusi optimal
6. Berikan cairan IV seperti
kristaloid isotonic atau koloid
sesuai kebutuhan.
7. Monitor data lab ( misalnya
serum laktat, keseimbangan
asam basa, profil metabolic,
dan erektrolit).
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
21

keperawatan selama 3 x 24 1. Tentukan jenis dan


jam klien dapat melakukan banyaknya aktivitas yang
aktivitas dengan dibutuhkan untuk menjaga
Kriteia Hasil: ketahanan
1. Hemoglobin : 12-16 2. Monitor intake/asupan
gr/dl nutrisi untuk mengetahui
2. Hematokrit : 36-48 % sumber energy yang
3. Warna kulit normal adekuat
4. Kemudahan dalam 3. Monitor lokasi dan sumber
melakukan Aktivitas ketidaknyamanan/ nyeri
Hidup Harian yang dialami pasien selama
(Aktivities of Daily aktivitas
Living/ ADL) 4. Bantu pasien untuk
memahami konservasi
energi(misalnya, kebutuhan
untuk membatasi aktivitas
dan tirah baring)
5. Bantu pasien identifikasi
pilihan aktifitas-aktifitas
yang akan dilakukan
6. Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot
7. Anjurkan aktivitas
fisik(misalnya, ambulasi,
ADL) sesuai dengan
kemampuan (energi) pasien
8. Evaluasi secara bertahap
kenaikan level aktifitas
pasien
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang
disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab
utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker,
sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Virus HPV risiko tinggi
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa
tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90%
kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2017. Anatomi Fisiologi. Bandung : Alfabeta, cv.

http://eprints.uny.ac.id/35315/2/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 6


November 2019)

https://id.scribd.com/document/269566679/Patofisiologi-kanker-serviks (diakses
pada tanggal 6 November 2019)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21557/Chapter%20II.pdf
(diakses pada tanggal 7 November 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai