Disusun Oleh :
Kelompok 10
PEKALONGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat
kronis, berlangsung sepanjang hayat dan bersifat silent killer, dengan angka
prevalensi yang sangat tinggi khususnya pada lansia. Di tingkat dunia
terutama di negara maju, prevalensi hipertensi pada populasi lansia > 60 tahun
diperkirakan mencapai dua pertiga atau sekitar 60% - 80% (Giudice et al.,
2010; Cornwell & Waite, 2012). Kecenderungan itu juga terjadi di Indonesia.
Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama jenis
penyakit kronis tidak menular yang dialami pada kelompok usia dewasa,
yaitu sebesar 26,5%. Prevalensi hipertensi di Indonesia cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia, yaitu prevalensi hipertensi pada kelompok usia
55-64 tahun sebesar 45,9%; usia 65-74 tahun sebesar 57,6%; dan kelompok
usia >75 tahun sebesar 63,8% (Kemenkes RI, 2013).
Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Riau. Laporan Riskesdas tahun
2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada usia dewasa di Provinsi
Riau sebesar 20,9% dan prevalensi hipertensi tersebut cenderung mengalami
peningkatan seiring bertambahnya usia. Di Provinsi Riau, prevalensi
hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,6%; kelompok usia 65-
74 tahun sebesar 61,8%; dan kelompok usia 75 tahun ke atas sebesar 72,5%
(Kemenkes RI, 2013).
Penyakit hipertensi merupakan urutan pertama jenis penyakit kronis
tidak menular yang dialami oleh kelompok usia lanjut di Provinsi Riau
(Dinkes Provinsi Riau, 2016). Dengan demikian, terlihat bahwa hipertensi
merupakan masalah kesehatan umum pada lansia dan menjadi fokus
pelayanan kesehatan masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia, termasuk di
Provinsi Riau.
Hal yang menjadi persoalan adalah berbagai hasil studi menunjukkan
bahwa tingginya prevalensi hipertensi tersebut diiringi dengan tingginya
kondisi hipertensi yang tidak terkontrol di dunia, termasuk di Indonesia
khususnya di Provinsi Riau, yaitu lebih dari 50% (Guessous et al., 2012;
Cornwell and Waite, 2012; & Kemenkes RI, 2013). Kondisi itu dapat
meningkatkan kejadian komplikasi akibat hipertensi yang tidak terkontrol,
seperti: penyakit stroke dan jantung yang menjadi penyebab kematian utama
pada lansia di tingkat dunia (Soyibo & Barton, 2012; Seedat, Rayner,
Veriava, 2014; Kjeldsen et al., 2014; dan Zhang, 2015). Oleh karena itu,
Nkondjock and Bizome (2010) menyatakan bahwa hipertensi dikenal sebagai
silent killer dan faktor utama terjadinya penyakit jantung, stroke, dan
kematian pada usia lanjut.
Proporsi penyebab kematian kelompok lansia yang paling tinggi adalah
penyakit stroke dan penyakit jantung (ischaemic heart diseases) sebagai
akibat lanjut dari hipertensi (Kemenkes RI, 2013; Dinkes Provinsi Riau,
2014). Hal itu menunjukkan hipertensi merupakan permasalahan kesehatan
serius dan sepanjang hayat yang harus segera diatasi. Program kesehatan
lansia di Indonesia masih belum berhasil sepenuhnya dalam mengontrol
kesehatan lansia terutama mengontrol kondisi hipertensi lansia. Hal itu
disebabkan upaya pemberdayaan keluarga dalam program kesehatan lansia
belum optimal, yang mana masih menempatkan keluarga sebagai objek
(penerima pelayanan kesehatan). Pada umumnya anggota keluarga belum
dilibatkan atau diberdayakan secara aktif sebagai caregiver utama bagi lansia
di rumah (Kemenkes RI, 2012). Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya
kemampuan anggota keluarga dalam melakukan perawatan pada lansia
hipertensi secara mandiri di rumah, terutama dalam mengontrol gaya hidup
penderita sehari-hari.
Menurut Kjeldsen et al., (2014); dan Zhang (2015), hal yang paling
pertama dan utama dalam mengontrol kondisi tekanan darah adalah melalui
modifikasi gaya hidup. Gaya hidup sehat penderita hipertensi diantaranya
adalah: tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, diet rendah garam,
latihan atau olahraga teratur, hindari stress.
B. Tujuan
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan
keluarga sadar hipertensi (GADARSI) terhadap peningkatan gaya hidup sehat
penderita hipertensi.
BAB II
ANALISIS ARTIKEL JURNAL
Nama Penulis Artikel : Reni Zulfitri 1, Ganis Indriati2, Yufitriana Amir3, Fathra
Annis Nauli4
Penerbit : Jurnal Ners Indonesia, Vol. 9, No. 2, Maret 2019
1. Resume Artikel
Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat
kronis, berlangsung sepanjang hayat dan bersifat silent killer, dengan angka
prevalensi yang sangat tinggi khususnya pada lansia. prevalensi hipertensi di
Indonesia menempati urutan pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang
dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu sebesar 26,5%. Prevalensi hipertensi
di Indonesia cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu prevalensi
hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,9%; usia 65-74 tahun
sebesar 57,6%; dan kelompok usia >75 tahun sebesar 63,8%. Di Provinsi Riau,
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,6%;
kelompok usia 65-74 tahun sebesar 61,8%; dan kelompok usia 75 tahun ke atas
sebesar 72,5%.
Hasil Penelitian :
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Diharapkan dari penelitia ini dapat diaplikasikan pada keluarga, agar keluarga
mampu meningkatkan gaya hidup sehat.
Daftar Pustaka