Wr. Wb
A. Kasus
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun
yang lalu. An. B dibawa orang tuanya berobat di klinik dr. F
yang baru setahun buka dengan mengontrak salah satu rumah
warga dikampung krompol, Desa Paya Bagas, Kec. Tebing
Tinggi, Kab. Sergai Provinsi Sumatra Utara. Pada saat itu An.
B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar sebesar telur
puyuh dibagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak
masih bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dr. F menyarankan
agar benjolan itu sebaiknya dioperasi. Orang tua pasien pun
menyetujui dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan
operasi pada tanggal 12 September 2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan
tindakan operasi bukan dirinya karena dia hanya seorang dokter
umum, tapi rekan sejawatnya, dokter bedah di RSUD Kumpulan
Pane Kota Tebing tinggi yang ternyata adalah seorang perawat.
Perawat Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai. Pada
saat operasi berlangsung, dr. F tidak ikut membantu, tetapi hanya
menyaksikan bersama dengan keluarga pasien. Operasi berlangsung
sekitar 30 menit. Benjolan yang ada pada punggung An. B akhirnya
diangkat dan dibuang, tapi luka bedah pada benjolan yang telah
dibuang itu mengalami perdarahan, sehingga penyembuhan luka
cukup lama sampai memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah operasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku, bahkan
kedua kakinya lumpuh tidak bisa digerakan. An. B hanya dapat berbaring dan
melakukan operasi kepada An. B, klinik dr. F ditutup dan tidak beroperasi lagi.
Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak dua kali, tetapi setelah
itu sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An. B tidak bisa lagi bermain
dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang kedua kaki An. B lumpuh, timbul
tulang ditelapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan
susah buang air besar. Pihak keluarga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr. F
keperawatan yang merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat
tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan. Perawat tersebut
melakukan hal diluar kewenangan profesinya dan melakukan kewenangan profesi lain
(doktrer).
Terdapat beberapa hal yang terjadi pada kasus diatas yang memungkinkan perawat tidak
2. Perawat gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standar profesi perawat dimana
4. Tindakan operasi mandiri perawat Ag mendatangkan akibat yang buruk bagi pasien yaitu
pasien harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama serta mengalami
kelumpuhan.
Dengan masalah-masalah malpraktik diatas dapat dilihat dari sudut pandang:
Aspek hukum
1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, BAB III Hak dan Kewajiban dalam
pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Dalam hal ini klien berhak
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, serta terjangkau.
Pada kasus An. B klien tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, karena
klien mengalami luka yang mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Hal ini membuat
pengobatan klien semakin lama dan biaya yang dikeluarkan semakin besar.
2. Pidana pasal 360 KUHP yaitu kelalaian yang menyebabkan seseorang luka berat
dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. Karena pasien mengalami