Anda di halaman 1dari 4

Pasien mengalami defisit perawatan diri yang dapat menjadi salah satu penyebab pruritus

senilis, karena pasien jarang melakukan pembersihan diri sehingga kulitnya menjadi lebih mudah
kering. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi melemahnya kemampuan dalam melakukan
atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri. Contohnya seperti mandi, berpakaian
atau berhias, makan, dan buang air besar serta buang air kecil (Fitria. 2009).
Gejala seseorang yang mengalami gangguan defisit perawatan diri adalah :
a. Mandi / kebersihan
Ketidakmampuan seseorang dalam membersihkan badan, mendapatkan sumber air,
mengatur suhu, aliran air mandi, menyiapkan perlengkapan untuk mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar dari kamar mandi secara mandiri.
b. Berpakaian / berhias
Kelemahan dalam meletakkan atau mengambil pakaian, memilih pakaian, melepaskan
pakaian, atau menukar pakaian. Selain itu juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan
pakaian dalam, mengancingkan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
dengan baik dan mengenakan sepatu sendiri.
c. Makan
Keterbatasan menelan makanan, mempersiapkan makanan, menyiapkan peralatan makan,
mengambil makanan dari wadahnya lalu memasukkannya kedalam mulut, mengunyah makanan,
mencerna makanan secara umum dan mengambil cangkir atau gelas,
d. BAB / BAK
Keterbatasan atau ketidakmampuan untuk pergi ke kamar kecil atau jamban, duduk atau
bangkit dari jamban, melepas pakaian untuk keperluan toileting, membersihkan diri setelah BAB
/ BAK dengan tepat, dan menyiram toilet (Herman, 2011).
Defisit perawatan diri juga merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Gangguan perawatan diri ini terjadi karena pasien mengalami gangguan kognitif, sehingga
pasien tidak mampu mengatur dan merawat dirinya sendiri (……….)
Keseharian pasien lebih banyak dihabiskan dengan berdiam diri di kamar. Tidak
berinteraksi secara aktif dengan teman sekamarnya. Hanya merespon bila distimulus. Kehidupan
di panti sosial yang jauh dari keluarga cenderung membuat lansia mengisolasi diri dan enggan
bergaul dengan yang lain sehingga menyebabkan lansia sangat rentan mengalami gangguan fisik
dan psikis akibat perasaan terpinggirkan dalam kelompok (Sari, 2012).
Dilihat dari kebiasaan-kebiasaannya, pasien seperti mengarah ke skizofrenia. Skizofrenia
adalah gangguan otak yang mendistorsi cara seseorang dalam berpikir, bertindak,
mengekspresikan emosi, memahami realita, dan berhubungan dengan orang lain (….).
Untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia resmi, seseorang harus menunjukkan
setidaknya dua dari gejala berikut kurang lebih selama sebulan, dan beberapa gangguan mental
selama 6 bulan:
a. Delusi ( tidak dapat membedakan kenyataan dengan imajinasi, bersikap sesuai yang
dipikirkan)
b. Halusinasi (mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada di sana)
c. Ucapan dan perilaku yang tidak teratur
d. Katatonik atau linglung seperti koma
e. Perilaku aneh atau hiperaktif (…………)
Karena terbatasnya tenaga ahli, sehingga tidak ada upaya penegakan diagnosis lanjutan.
Selama ini pihak panti hanya memberikan penatalaksaan berdasarkan gejalanya saja.
Pada kasus ini juga ditemukan bekas luka pada bagian telapak tangan kiri pasien.
Menurut infomasi yang didapatkan dari perawat yang mendapingi, tangan kiri pasien
sebelumnya terdapat ekskoriasi akibat garukan terus menerus karena rasa gatal yang sering
hilang timbul, atau biasa disebut dengan pruritus senilis. Pruritus senilis adalah masalah gatal
yang terjadi pada lansia yang disebabkan oleh kulit yang kering (Ilyas,2003). Gejala pruritus
memiliki persamaan dengan rasa nyeri yang sifatnya subyektif, umumnya dipengaruhi oleh
faktor emosional, lingkungan, kognitif, dan sosial yang tidak nyaman bagi lansia (Ryan,
Shioban, et al. 2004). Menurut penelitian Ferm tahun 2010, penderita pruritus lebih banyak
diderita oleh wanita usia lanjut apalagi yang telah menopause karena lebih banyak mengalami
penurunan fungsi organ.
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen :
1. Faktor eksogen
Dermatitits kontak seperti pakaian, logam, benda asing, rangsangan oleh ektoparasit
(serangga, tungau, scabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang dapat
membuat kulit menjadi kering.
2. Faktor endogen
Reaksi obat atau penyakit contohnya adalah diskriasia darah, limfoma keganasan organ
dalam, dan kelainan pada hepar atau ginjal) ( Young AW,1967)
Pada orang tua, pruritus sering dikaitkan dengan kulit yang kering akibat penurunan lipid
dipermukaan kulit. Selain itu, bisa juga disebabkan karena berkurangnya produksi keringat dan
sebum serta penurunan perfusi. Kolagen juga berkurang pada lansia. Kulit lansia sudah mulai
berlipat, sehingga area permukaan kulit yang dapat berinteraksi dengan air lebih sedikit. Hal ini
dapat menyebabkan gangguan fungsi kekebalan tubuh dan berkurangnya perbaikan penghalang
pada kulit. Perubahan pigmentasi kulit dan peningkatan kerapuhan kulit juga dapat
meningkatkan kemungkinan pruritus pada lansia. Kehadiran kondisi komorbiditas, kurangnya
mobilitas, dan meningkatnya penggunaan obat-obatan juga dapat berkontribusi terhadap
prevalensi pruritus pada lansia (……… )
Pruritus juga dapat terjadi karena faktor gangguan kejiwaan. Dalam suatu penelitian, 70%
pasien dengan pruritus kronis memiliki setidaknya satu dari enam diagnosa psikiatris, termasuk
demensia, skizofrenia, gangguan depresi primer, gangguan kepribadian, dan gangguan perilaku.
Grup Psikodermatologi Prancis mengusulkan tiga kriteria wajib untuk diagnosis pruritus
psikogenik yaitu gatal lokal atau umum tanpa lesi kulit, gatal kronis (berlangsung lebih dari 6
minggu), dan tidak adanya penyebab somatik (………). Maka, pruritus senilis yang dialami
pasien kemungkinan akibat dari gangguan kejiwaannya.
Pasien telah mengalami gejala gatal-gatal yang hilang timbul selama kurang lebih 3
tahun, maka sudah termasuk kedalam kategori pruritus senilis kronis. Namun, pasien tidak
pernah terlihat merasa terbebani dengan masalah pruritus tersebut. Lansia yang mengalami
pruritus senilis kronis akan beranggapan bahwa pruritus yang selama ini dialami adalah hal yang
biasa, karena telah beradaptasi (Sunaryo,2004). Bagi lansia yang sebelumnya belum pernah
mengalami pruritus senilis akan merasa bahwa itu merupakan suatu stressor atau masalah yang
akan mengganggu persepsi mereka terhadap kesehatannya (Cahyono. 2008).
Setiap hari perawat harus selalu mengingatkan pasien untuk mandi. Tidak ada inisiatif
dari dalam diri pasien untuk membersihkan diri. Sehingga napasnya berbau karena tidak
menggosok gigi serta kukunya panjang dan kotor. Setelah perawat memberi bimbingan cara
membersihkan diri, pasien mengikuti instruksi tersebut dengan baik. Hal ini memberikan
gambaran bahwa kemandirian personal hygiene pasien sesudah diajarkan aktivitas mandiri
menjadi lebih baik, dikarenakan adanya rasa penghormatan terhadap dirinya sendiri dan
pemahaman yang diterima pasien mengenai apa yang telah diajarkan oleh perawat, sehingga
dapat diaplikasikan dengan baik oleh pasien.(Laili, Rochmawati, Targunawan. )
Tatalaksana yang diberikan kepada pasien yang pertama adalah pemberian Vitamin B
kompleks dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi kognitifnya. Vitamin B6, Vitamin B12, dan
asam Folat merupakan gizi yang mempunyai peran penting dalam menjaga kesehatan saraf (La
Rue 2000 dalam Kridawati 2013). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nuriawati dan Kridawati
mengenai hubungan pemberian vitamin B berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia. Zat
gizi mikro diketahui berkaitan dengan fungsi kognitif lansia, terutama vitamin B kompleks.
Kekurangan vitamin B kompleks pada lansia dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Sedangkan Faktor Kesehatan yang berhubungan dengan fungsi kognitif telah diteliti, diantaranya
diabetes mellitus, penyakit vaskular, hipertensi (Utami,2013).
Untuk mengatasi rasa gatal, pasien diberi Chlorpheniramine maleat (CTM) 2x1. Hal ini
sesuai dikarenakan CTM merupakan salah satu golongan obat antihistamin yang dapat
meredakan rasa gatal (…….). Selain itu, pasien juga diberi salep Nebacetin 1x1 yang merupakan
kombinasi antara antibiotik neomycin dan bacitracin. Dioleskan setiap pagi pada daerah yang
luka dengan tujuan untuk mencegah adanya infeksi pada luka garukan.
Kapsul jiwa yang diberikan kepada pasien tidak diketahui pasti kandungannya,
dikarenakan saat obat diberikan ke perawatpun sudah dalam keadaan tanpa label. Sehingga itu
menjadi keterbatasan bagi penulis. Diasumsikan kapsul jiwa diberikan guna meredakan gejala
skizofrenia pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai