Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada saat ini sudah
semakin bertambah pesat, demikian juga pada perkembangan teknologi di bidang
elektronika.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) tersebut sudah
sampai pada saat yang memungkinkan seseorang dapat membuat suatu peralatan
hanya dengan menghubung-hubungkan blok-blok rangkaian tanpa mengetahui
suatu sistem pengoperasian yang bekerja pada blok-blok rangkaian tersebut. Hal
ini disebabkan oleh semakin majunya industri elektronika, terutama dalam hal
pengembangan prinsip-prinsip bahan semi konduktor sehingga kemajuan
teknologi tersebut sangat berguna dalam banyak hal terutama di bidang
elektronika.

Dalam bidang elektronika, terdapat berbagai komponen Alat, Salah


satunya ialah Resistor. Resistor adalah Komponen utama pada Pengukuran
Resistansi yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam
suatu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon. Dari hukum ohms diketahui, resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Pada resistor
menghasilkan tegangan yang sebanding dengan arus listrik melewatinya. Resistor
disebut ohm atau dilambangkan dengan symbol  (omega). Kemampuan resistor
dalam menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi
resistor tersebut.
Resistansi atau disebut dengan resistansi listrik merupakan kemampuan
suatu benda dalam menghambat atau mencegah aliran arus listrik. Sebagai mana
yang kita ketahui aliran listrik merupakan banyaknya muatan yang mengalir pada
suatu rangkaian listrik tiap satuan waktu. Pada dasarnya, setiap bahan penghantar
atau konduktor memiliki sifat yang menghambat arus listrik, besaran hambatan
listrik pada suatu penghantar atau konduktor yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: jenis bahan, suhu, panjang penghantar dan luas penampang.
Pengukuran resistansi perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi sirkuit atau
komponen. Dari hukum ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Semakin tinggi resistansi, semakin rendah
arus dan sebaliknya. Oleh karena itu perlu dipelajari secara lanjut mengenai
pengukuran resistansi sebab pengukuran arus akan tidak mendapat hasil yang
maksimal apabila resistansi bahan yang digunakan tinggi. Selain itu perlu juga
diketahui posisi voltmeter pada pengukuran resistansi untuk mendapat hasil yang
lebih akurat.
B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:
1. Memahami prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter-
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana.
2. Mengetahui efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode
Voltmeter – Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter-
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana?
2. Bagaimana efek posisi Voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode
voltmeter – Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana?
BAB II
LANDASAN TEORI

Pengukuran merupakan salah satu teknologi alat untuk mengetahui besaran


salah satu kuantitas atau variable. Resistansi atau hambatan merupakan
perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya
resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Alat yang digunakan untuk
menghambat arus listrik disebut resistor. (Lutfiyana, 2017:81).
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang sering dipakai orang.
Resistor digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari
hukum ohm diketahui hambatan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm. Tipe
resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kedua
kakinya (Sujawarta, 2017:2).
Pada resistor terdapat hubungan berbanding lurus atau hubungan linear
antara voltase dan arus, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2, yang secara
rumus terdapat bentuk:
y  k .x

Dengan voltase bisa dipilih sebagai variable y dan arus sebagai variable x .
Dalam hal ini konstanta k disebut resistivitas 𝑅 dan terdapat persamaan sbb:

Gambar 3.2: pada resistor terdapat hubungan berbanding


lurus antara arus dan voltase (Blocher, 2004:12-13).
Teknik mengukur nilai resistansi sebuah resistor tetap menggunakan
ADC internal Arduino Uno yang mempunyai lebar 10-bit (atau 1024)
mempunyai keterbatasan, yaitu rentang ketelitian tegangan keluaran dari
resistor yang akan dihitung akan mempunyai ketelitian sebesar 5𝑉/1024 atau
4,8828125 𝑚𝑉 /step. Penggunaan tegangan sumber < 5 Volt (sumber tegangan
pada rangkaian pembagai tegangan), misalnya 3,3Volt, dapat meningkatkan
ketelitian sampai sebesar 3,22265625 𝑚𝑉 /step tetapi resistor referensi harus
dipilih mempunyai resistansi yang sedemikian rupa sehingga tegangan
keluaran yang dibaca oleh Arduino Uno masih di rentang ½×3,3Volt.
Diperlukan upaya untuk mengguna-kan Arduino Uno board sebagai sistem
resistansi meter dengan tingkat ketelitian < 4,8828125 mV/step tetapi masih
menggunakan tegangan sumber 5 Volt (Djatmiko Wisnu, 2017:2).

METODA VOLTMETER-AMPEREMETER

Jiika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I melalui tahanan


tersebut diukur, tahanan R x yang tidak diketahui dapat ditentukan berdasarkan
hukum ohm:
V
Rx  (4-11)
I
Persamaan (4.11) berarti bahwa tekanan amperemeter adalah nol dan tahanan
voltmeter tak terhingga, sehingga kondisi rangkaian tidak terganggu.

(Gambar 4-20 efek voltmeter dan amperemeter dalam pengukuran-


pengukuran voltmeter-amperemeter)

Dalam gambar 4-20 (a) arus sebenarnya yang disalurkan ke beban diukur
oleh amperemeter,tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber
daripada tegangan beban nyata (actual). Untuk mendapatkan tegangan yang
sebenarnya pada beban, penurunan tegangan di dalam amperemeter harus
dikurangkan dari penunjukan voltmeter. Apabila voltmeter dihubungkan langsung
di antara ujung-ujung tahanan seperti di dalam gambar 4-20 (b), maka voltmeter
mengukur tegangan beban yang sebenarnya tetapi amperemeter menghasilkan
kesalahan (error) sebesar arus yang melalui voltmeter. Pada kedua cara
pengukuran 𝑅𝑥 ini kesalahan tetap dihasilkan. Cara yang benar untuk
menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai 𝑅𝑥 beserta tahanan voltmeter dan
amperemeter. Umumnya tahanan amperemeter rendah sedangkan tahanan
voltmeter tinggi.
Dalam gambar 4-20(a) amperemeter membaca arus beban (𝐼𝑥 ) yang
sebenarnya dan voltmeter mengukur tegangan sumber (𝑉𝑡 ). Apabila 𝑅𝑥 besar
dibandingkan dengan tahanan dalam amperemeter, kesalahan yang diakibatkan
oleh penurunan tegangan di dalam amperemeter dapat diabaikan dan 𝑉𝑡 sangat
mendekati tegangan beban yang sebenarnya (𝑉𝑡 ). Oleh karena itu, rangkaian pada
gambar 1 adalah yang paling baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan yang
tinggi (high resistance values).
Dalam gambar 40-20(b) voltmeter membaca tegangan beban yang
sebenarnya (𝑉𝑡 ) dan amperemeter membaca arus sumber (𝐼𝑡 ). Apabila 𝑅𝑥 kecil
dibandingkan tahanan dalam voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter tidak
begitu mempengaruhi arus sumber dan 𝐼𝑡 sangat mendekati arus beban sebenarnya
(𝐼𝑥 ). Oleh karena itu rangkaian pada gambar 40-20(b) merupakan rangkaian yang
paling baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan rendah (low resistance values).
Cara mengetahui voltmeter telah dihubungkan dengan tepat bila besar
tahanan 𝑅𝑥 tidak diketahui adalah sebagai berikut:
a. Hubungkan voltmeter terhadap 𝑅𝑥 dengan sakelar di posisi 1 dan amati
pembacaan amperemeter.
b. Pindahkan sakelar ke posisi 2. Jika pembacaan amperemeter tidak berubah,
kembalikan sakelar ke posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan
rendah. Catat pembacaan arus dan tegangan dan hitung nilai 𝑅𝑥 menurut
persamaan (4.11).
c. Jika pembacaan amperemeter berkurang sewaktu memindahkan saklar dari
posisi 1 ke posisi 2, biarkan voltmeter pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan
pengukuran tahanan tinggi. Catat arus dan tegangan kemudian hitung nilai
𝑅𝑥 menurut persamaan (4-11).
Gambar 4.21 efek posisi voltmeter dalam pengukuran
cara voltmeter Amperemeter
Pengukuran tegangan didalam rangkaian elektronik umumnya dilakukan dengan
voltmeter rangkuman ganda atau multimeter, dengan sensitivitas antara 20 k / V
sampai 50k / V .Tahanan amperemeter bergantung pada perencanaan kumparan
dan umumnya lebih besar bagi arus skala penuh yang rendah. (Cooper, 1985: 72)
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Posisi 1
Variabel Kontrol : Tegangan Sumber (Vs), Hambatan (R1)
Variabel Manipulasi : Tegangan (V)
Variabel Respon : Kuat Arus (I)
Posisi 2
Variabel Kontrol : Tegangan Sumber (Vs), Hambatan (R2)
Variabel Manipulasi : Tegangan (V)
Variabel Respon : Kuat Arus (I)
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Tegangan Sumber (Vs) adalah tegangan yang berasal dari power supply
yang terbaca pada voltmeter dan satuannya adalah Volt (V)
2. Hambatan (R1 dan R2 ) adalah variabel kontrol yang nilainya tertera pada
resistor dan akan dibandingkan dengan hasil resistansi berdasarkan grafik
3. Tegangan (V) adalah hasil pengukuran yang terbaca pada voltmeter
dengan satuan Volt (V),
4. Kuat Arus (I) adalah hasil pengukuran dari Amperemeter pada rangkaian
dan satuannya Ampere (A)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Variabel Power Supply, 1 buah
2. Multimeter Digital, 2 buah
3. Resistor 100  , 1 buah
4. Resistor 100 k , 1 buah
5. Komutator, 1 buah
6. Kabel penghubung.
D. PROSEDUR KERJA
1. Rakitlah skema dasar berikut.
2. Setelah yakin skema benar, arahkan komutator pada posisi 1 dengan
terlebih dahulu memastikan Variabel Power Supply masih dalam keadaan
nol.
3. Pada posisi komutator tersebut (posisi 1), naikkan tegangan sumber
secara perlahan hingga voltmeter menunjukkan tegangan 1 V. Catat nilai
tegangan tersebut dan nilai arus pada amperemeter.
4. Lanjutkan pengambilan data dengan rentang 1V hingga anda
memperoleh sedikitnya 7 (tujuh) trial data (atau bergantung pada batas
maksimum Power Supplly yang anda gunakan).
5. Ulangi kegiatan (2) hingga (4) dengan arah komutator pada posisi 2.
6. Ulangi kegiatan (2) hingga (5) dengan hambatan kedua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

Posisi Komutator
Resistansi 1 2
Resistor
Tegangan Kuat Arus Tegangan Kuat Arus
(V) (A) (V) (A)
| 2,02 ± 0,04 | |18,62 ± 0,29 | 10-3 | 2,02 ± 0,04 | |18,70± 0,29 | 10-3
| 3,02 ± 0,05| |27,80 ± 0,42| 10-3 | 3,01 ± 0,05 | |27,90 ±0,42 | 10-3
| 4,00 ± 0,06 | |36,72 ± 0,54| 10-3 | 4,01 ± 0,06 | |37,20 ±0,55 | 10-3
| 5,00 ± 0,06 | |46,00 ± 0,67| 10-3 | 5,00 ± 0,06 | |46,30 ±0,68 | 10-3
| 6,00 ± 0,07 | |55,10 ± 0,80| 10-3 | 6,00 ± 0,07 | |55,60 ±0,81 | 10-3
100 Ω | 7,00 ± 0,08 | |64,40 ± 0,93| 10-3 | 7,02 ± 0,08 | |65,00 ±0,94 | 10-3
| 8,00 ± 0,09 | |73,50 ± 1,06| 10-3 | 8,01 ± 0,09 | |74,20 ±1,07 | 10-3
| 9,00 ± 0,10 | |82,60 ± 1,19| 10-3 | 9,00 ± 0,10 | |83,30 ±1,20 | 10-3
| 10,01 ± 0,11
| 10,01 ± 0,11 | |92,00 ± 1,32| 10-3 |92,70 ±1,33 | 10-3
|
|100,20 ± 1,43| 10- | 11,02 ± 0,12
| 11,02 ± 0,12 | 3 |102,00 ±1,46 | 10-3
|
| 1,99 ± 0,04 | |0,01 ± 0,03| 10-3 | 1,98 ± 0,04 | |0,01 ± 0,03| 10-3
| 3,02 ± 0,05 | |0,02 ± 0,03| 10-3 | 2,99 ± 0,05 | |0,02 ± 0,03| 10-3
| 4,00 ± 0,06 | |0,03 ± 0,03| 10-3 | 4,01 ± 0,06 | |0,03 ± 0,03| 10-3
| 4,99 ± 0,06 | |0,04 ± 0,03| 10-3 | 5,02 ± 0,06 | |0,04 ± 0,03| 10-3
| 6,02 ± 0,07 | |0,05 ± 0,03| 10-3 | 6,00 ± 0,07 | |0,05 ± 0,03| 10-3
100 kΩ | 7,00 ± 0,08 | |0,06 ± 0,03| 10-3 | 7,00 ± 0,08 | |0,06 ± 0,03| 10-3
| 8,00 ± 0,09 | |0,07 ± 0,03| 10-3 | 8,01 ± 0,09 | |0,07 ± 0,03| 10-3
| 9,02 ± 0,10 | |0,08 ± 0,03| 10-3 | 8,99 ± 0,10 | |0,08 ± 0,03| 10-3
| 10,00 ± 0,11
| 10,00 ± 0,11 | |0,09 ± 0,03| 10-3 |0,09 ± 0,03| 10-3
|
| 11,00 ± 0,12
| 11,00 ± 0,12 | |0,10 ± 0,03| 10-3 |0,10 ± 0,03| 10-3
|
B. ANALISIS
1. Buatlah grafik hubungan antara arus dan tegangan dari data-data
anda, tentukan nilai resistansi dari masing-masing resistor yang
gunakan berdasarkan grafik.
2. Hitung ketidakpastian pengukuran anda.
3. Hitung pula persentase perbedaan (% Difference) dari hasil-hasil yang
anda peroleh dengan persamaan :
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

Dimana :
𝑅𝑚𝑒𝑎𝑠. = Resistansi Terukur, Ω
𝑅𝑟𝑒𝑓. = Resistansi Tertera, Ω
𝑅𝐴𝑣𝑟𝑔. = Resistansi Rata-rata 𝑅𝑟𝑒𝑓. dengan 𝑅𝐴𝑣𝑟𝑔. , Ω

4. Komentari hasil-hasil yang anda peroleh dan kesimpulan apa yang dapat
ada tarik dari serangkaian kegiatan pertama ini ?
1. Grafik hubungan antara arus dan tegangan dari data-data yang
diperoleh.
1) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 100 Ω pada
posisi 1
0.12

0.1 y = 0.0091x + 0.0003


R² = 0.9999
0.08
Kuat Arus (A)

0.06

0.04

0.02

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan (V)

y = mx + c
y = 9.1238x + 0.3253
R² = 0.9999
𝑦 𝐼
m=𝑥 =𝑉
V
dimana: R = , sehingga
I
1
R=𝑚
1
R= Ω = 109.89 Ω
0.0091

DK = R2 × 100 % = 0,9999× 100 % = 99,99 %


KR = 100% - DK = 100% - 99,99 % = 0,01 % (1 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0,01 % × 109.89 Ω
∆R = = = 0,01 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
Rmeas = | 109,89 ± 0,01| Ω
Presentase perbedaan (% difference ) resistansi resistor yang digunakan
saat praktikum dengan hasil yang diperoleh berdasarkan grafik:
𝑅𝑟𝑒𝑓 − 𝑅𝑚𝑒𝑎𝑠
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

100 Ω− 109.89 Ω
% diff = | 100 Ω + 109,89 Ω | × 100%
2

= 9,4 %
2) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 100 Ω pada
posisi 2
0.12
y = 0.0093x + 5E-05
0.1 R² = 1

0.08
Kuat Arus (A)

0.06

0.04

0.02

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan (V)

y = mx + c
y = 0.0093x + 5E-05
R² = 1
𝑦 𝐼
m=𝑥 =𝑉
V
dimana: R = , sehingga
I
1 1
R = 𝑚 = 0.0093 = 107,53 Ω

DK = R2 × 100 % = 1× 100 % = 100 %


KR = 100% - DK = 100% - 100 % = 0 % (0 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0 % × 107,53 Ω
∆R = = =0 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 107,53 ± 0,00 | Ω
Presentase perbedaan (% difference ) resistansi resistor yang digunakan saat
praktikum dengan hasil yang diperoleh berdasarkan grafik:
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

100 Ω− 107,53 Ω
% diff = | 100 Ω + 107,53 Ω | × 100%
2

= 7,2 %
3) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 100 kΩ pada
posisi 1
0.00012
y = 1E-05x - 1E-05
0.0001
R² = 1
0.00008
Kuat Arus (A)

0.00006

0.00004

0.00002

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan (V)
y = mx + c
y = 1E-05x - 1E-05
R² = 1
𝑦 𝐼
m=𝑥 =𝑉
V
dimana: R = , sehingga
I
1
R=𝑚
1
R= Ω = 100 kΩ
0.00001

DK = R2 × 100 % = 1 × 100 % = 100 %


KR = 100% - DK = 100% - 100 % = 0 % (1 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0% × 100 kΩ
∆R = = = 0 kΩ
100% 100%
R = | R ± ∆R |
Rmeas = | 100,00 ± 0,00| kΩ
Presentase perbedaan (% difference ) resistansi resistor yang digunakan
saat praktikum dengan hasil yang diperoleh berdasarkan grafik:
𝑅𝑟𝑒𝑓 − 𝑅𝑚𝑒𝑎𝑠
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

100 kΩ− 100 kΩ


% diff = | 100 kΩ + 100kΩ | × 100%
2

=0%
4) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 100 KΩ pada
posisi 2
0.00012
y = 1E-05x - 1E-05
0.0001 R² = 1

0.00008
Kuat Arus (A)

0.00006

0.00004

0.00002

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan (V)

y = mx + c
y = 1E-05x - 1E-05
R² = 1
𝑦 𝐼
m=𝑥 =𝑉
V
dimana: R = , sehingga
I
1 1
R = 𝑚 = 0.00001 = 1100 kΩ

DK = R2 × 100 % = 1× 100 % = 100 %


KR = 100% - DK = 100% - 100 % = 0 % (0 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0 % × 107,53 Ω
∆R = = =0 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 100,00 ± 0,00 | k Ω
Presentase perbedaan (% difference ) resistansi resistor yang digunakan saat
praktikum dengan hasil yang diperoleh berdasarkan grafik:
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔
100 kΩ− 100 kΩ
% diff = | 100 kΩ + 100kΩ | × 100%
2

= 0%
C. PEMBAHASAN
Pada posisi 1, arus yang diukur oleh amperemeter adalah arus yang
mengalir menuju hambatan, dan tegangan yang diukur oleh voltmeter
merupakan tegangan sumber. Pada posisi 2, arus yang diukur oleh
amperemeter merupakan arus yang berasal dari sumber, sedangkan tegangan
yang diukur oleh voltmeter merupakan tegangan hambatan. Hambatan dalam
Amperemeter nilainya selalu lebih kecil mendekati nol, akibatnya tidak ada
arus yang tertahan pada amperemeter, sehingga arus yang mengalir di
hambatan, besarnya sama dengan besar kuat arus dari sumber arus. Hambatan
dalam voltmeter nilainya selalu besar mendekati tak hingga, akibatnya tidak
ada arus yang melewati voltmeter, sehingga nilai arus yang terbaca pada
ampermeter merupakan nilai kuat arus yang sebenarnya yang berasal dari
sumber arus.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa besar perbedaan antara
hambatan yang tertera pada resistor dengan hasil pengukuran berdasarkan
grafik untuk hambatan 100 Ω , pada posisi 1 diperoleh %diff sebesar 9,4 % ,
sedangkan pada posisi 2 diperoleh %diff sebesar 7,2 %. Untuk hambatan 100
kΩ pada posisi 1 diperoleh %diff sebesar 0 % , sedangkan pada posisi 2
diperoleh %diff sebesar 0%.
Rangkaian posisi 1 adalah yang paling baik untuk mengukur hambatan
yang tinggi (high resistance). Sedangakan rangkaian posisi 2 adalah posisi
yang paling baik untuk mengukur hambatan rendah (low resistance).
Cara yang benar untuk menghubungkan voltmeter bergantung pada
nilai Rx beserta hambatan voltmeter dan amperemeter. Umumnya
hambatan dalam amperemeter rendah sedangkan hambatan dalam
voltmeter tinggi.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I melalui tahanan


tersebut diukur, tahanan R x yang tidak diketahui dapat ditentukan
berdasarkan hukum ohm:

V
Rx 
I

Apabila 𝑅𝑥 besar dibandingkan dengan tahanan dalam amperemeter,


kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan tegangan di dalam
amperemeter dapat diabaikan dan 𝑉𝑡 sangat mendekati tegangan beban
yang sebenarnya (𝑉𝑡 ), dan Apabila 𝑅𝑥 kecil dibandingkan tahanan dalam
voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter tidak begitu mempengaruhi
arus sumber dan 𝐼𝑡 sangat mendekati arus beban sebenarnya (𝐼𝑥 ).

2. Untuk mendapatkan tegangan yang sebenarnya pada beban, penurunan


tegangan di dalam amperemeter harus dikurangkan dari penunjukan
voltmeter. Apabila voltmeter dihubungkan langsung di antara ujung-ujung
tahanan, maka voltmeter mengukur tegangan beban yang sebenarnya tetapi
amperemeter menghasilkan kesalahan (error) sebesar arus yang melalui
voltmeter.

B. SARAN

saat menganalisis hasil praktikum:

1. perhatikan ketidakpastian alat ukur, gunakan ketidakpastian sesuai dengan


ketelitian masing masing alat yang tertera pada penuntun.
2. saat menganalisis menggunakan data grafik, perhatikan baik-baik letak
varabel pada sumbu x dan y agar resistansi yang diperoleh tidak
menyimpang dari persamaan y= mx + c.
DAFTAR PUSTAKA

Blocher Richard.2004. Dasar Elektronika. Yogyakarta: Penerbit ANDI


Yogyakarta

Djatmiko Wisnu. 2017. Prototipe Resistansi Meter Digital.


jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek. 018(2)

Lutfiyana, dkk. 2017. Rancang Bangun Alat Ukur Suhu Tanah, Kelembaban Tanah,
dan Resistansi. Jurnal Teknik Elektro Vol. 9 No. 2.

Sujawarta, dkk. 2017. Identifikasi Nilai Hambat Jenis Arang Tempurung Kelapa
dan Arang Kayu Mangrove sebagai Bahan Alternatif Pengganti Resistor Film
Karbon. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj.

William D. Cooper. 1985. Instrumentasi Elektonik dan Teknik Pengukuran.


Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai