Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Disusun Oleh :
NUR HIJRAH MUTHMAINNAH .R
1712442004
PENDIDIKAN FISIKA ICP

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2018/2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………….............................……..…. 1

Daftar Isi ……………………………….............................………............ 2

BAB I Pendahuluan…………………………………..…..........…..……... 3

1. Latar Belakang……………………….……………........……….....… 3

2. Rumusan Masalah …………………………………....…....……....… 3

3. Tujuan Pembahasan ....…………………………………………....…. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………….…........................................... 5

A. Pengertian Teori Humanistik .......................................………...…….. 5

B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik ..............................………...……..... 6

C. Prinsip-Prinsip Teori Humanistik ...................................................... 10

D. Kelebihan dan Kekurangan ................................................................ 11

E. Aplikasi dan Implikasi ....................................................................... 12

BAB III PENUTUP ………………………………...…….......…....…... 16

1. Saran …………………………………………………………....…... 16

2. Penutup …………………………………………………….............. 16

Daftar Pustaka …………………………………........……………......... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi


terhadap teori psikodinamik dan behavioristik. Para teoretikus humanistic, seperti
Calm Ransom Rogers (1902-1987) dan Abraham H. Maslow (1908-1970)
meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari
konflik-konflik yang tidak disadari mauoun sebagai hasil pengondisian
(conditioning) yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap
pendapat bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor di
luarnya dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama
kehidupan, bukan reaktor terhadap instik atau tekanan lingkungan. Teori ini
berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self-
direction. Menyikapi hal tersebut, penyusun mengambil judul “Teori Belajar
Humanistik (Calm Ransom Rogers dan Abraham H. Maslow)” yang akan dibahas
lebih detail pada bab selanjutnya.

Teori belajar humanistik bertujuan bahwa belajar adalah untuk


memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dan sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pelakunya bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding
tentang psikologi belajar. Teori humanism lebih mementingkan isi yang dipelajari
dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara

3
tentang konseo-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan
serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud Teori Humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh Teori Humanistik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam Teori Humanistik?
4. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Belajar Humanistik?
5. Aplikasi dan Implikasi penerapan Teori Humanistik dalam pembelajan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Humanistik.
2.  Untuk mengetahui tokoh-tokoh Teori Humanistik.
3.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam teori Humanistik.
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Humanistik.
4.  Untuk mengetahui Aplikasi dan implikasi penerapan Teori Humanistik
dalam pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanisme adalah


pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan
pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan
strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para
peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat
mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-
aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan. Pembatasan praktis dalam pemilihan
hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan
keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi
keanekaragaman pendidikan ini. (Hamzah B, 2006: 13).

Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Teori belajar humanistik sifatnya sangat mementingkan isi
yang dipelajari dari pada proses belajar itu. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan dan bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta
tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal (Budiningsih, 2005: 68).

5
Humanisasi berarti memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan,
keterganntungan, kekerasan dan kebencian dari manusia, dengan melawan tiga hal
yaitu: dehumanisasi (objektivasi teknologis, ekonomis, budaya atau Negara),
agresivitas (agresivitas kolektif, dan kriminalitas), Loneliness (privatisasi,
individual). Pendekatan humanistik dalam belajar bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Karena itu sebelum menguraikan lebih jauh tentang
pendekatan humanistik tersebut, maka persoalan yang perlu dijawab adalah apa
yang dimaksud dengan “memanusiakan manusia” itu (Dalyono, 2009: 48).

Menurut salah satu ahli (Ridwan Abdullah Sani,2013:35) teori belajar


humanisme menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta didik
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Peran pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masig individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mereka dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.

B. Tokoh-Tokoh Humanistik

Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti: Combs,
Maslov dan Rogers, dan lain-lain, diantaranya:

1. Arthur Combs (1912-1999)


Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami
perlaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila
kita ingin mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Combs dan kawan-kawan selanjutnya
mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain halnya dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya

6
tidak mempunyai motivasi unuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti
bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain ,
mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif (Palyono, 1997: 44-
45).
Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti
bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah
satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan
tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang
lain. untuk mengerti orang lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang
dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia
atau dunianya (Djiwandono, 2002: 182).
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak
adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai
akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan.
Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal
itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh
guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain,
barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
2. Abraham H. Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan
kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia.
Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang
melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan
tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum,
dan tidur menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan,
maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan
kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan

7
untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan
berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat
lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan
prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya
lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan
aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan
kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah
sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu
dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan
pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni
dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan
kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama
dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama
disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karena kekurangan), dan
pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain.
Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan
untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini.
Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak
tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang
di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk
belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini
secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa
jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain (Ratna, 2008:100-101).
3. Carl R. Rogers

8
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang
humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar
tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan
(Rumini,dkk. 1993).
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya
sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Carl Rogers
menyakini bahwa berbagai masukan yang ada pada diri seseorang tentang
dunianya sesuai dengan pengalaman pribadinya. Masukan-masukan ini
mengarahkannya secara mutlak kearah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dirinya. Rogers menegaskan, dalam pengembangan diri seorang pribadi akan
berusaha keras demi aktualisasi diri (self actualisation), pemeliharaan diri (self
maintenance), dan peningkatan diri (self inhancement) (Arbayah, 2003:207).
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1) Kognitif (kebermaknaan).
2) Experiential (pengalaman atau signifikansi).
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik

Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau


orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya
mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu
peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.

9
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan
metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran
(Alwasilah, 1996: 23). Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik
adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan
perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan
humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan.
Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu
totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang
intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang
mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Peserta didik
hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
bukan sekedar penerima ilmu yang pasif (Purwo, 1989: 212).
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1.   Manusia mempunyai belajar alami
2.   Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
3.   Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4.   Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5.   Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam
memperoleh cara.
6.    Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
7.    Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8.   Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
9.   Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
10.  Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa
prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan
yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar

10
akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi
ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan
diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan,
kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi
diri orang lain tidak begitu penting (Dakir, 1993: 64).

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik

Di  bawah  ini  akan  dijelaskan  kelebihan  dan  kelamahan  teori  belajar 
humanistik,  sebagai berikut :

a. Kelebihan teori belajar humanistik

1. Pembelajaran  dengan  teori  ini  sangat  cocok  diterapkan  untuk  materi-


materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.

2. Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  ialah  siswa  merasa  senang 


bergairah, berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjadi  perubahan  pola  pikir, 
perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.

3.  Siswa  diharapkan menjadi manusia  yang  bebas,  berani,  tidak  terikat  oleh 
pendapat orang  lain  dan  mengatur  pribadinya  sendiri  secara  tanggung 
jawab  tanpa mengurangi  hakhak  orangorang  lain  atau  melanggar 
aturan,  norma,  disiplin,  atau etika yang berlaku.

b. Kekurangan teori belajar humanistik

Karena dalam  teori  ini guru  ialah  sebagai  fasilitator maka kurang  cocok
menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang
kurang aktif, dia akan  takut  atau  malu  untuk  bertanya  pada  gurunya 
sehingga  dia  akan  tertinggal oleh  temantemannya  yang  aktif  dalam  kegiatan 
pembelajaran,  padahal  dalam  teori ini  guru  akan  memberikan  respons  bila 

11
murid  yang  diajar  juga  aktif  dalam menanggapi  respons  yang  diberikan  oleh 
guru.  Karena  siswa  berperan  sebagai pelaku  utama  (student  center)  maka 
keberhasilan  proses  belajar  lebih  banyak ditentukan  oleh  siswa  itu  sendiri, 
peran  guru  dalam  proses  pembentukan  dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.

E. Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
(Sumanto, 1998: 235)

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.


Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang


bersifat jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik


untuk belajar atas inisiatif sendiri

4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses


pembelajaran secara mandiri

12
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik
untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta


didik. (Mulyati, 2005: 182)

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.


Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

b. Implikasi Teori Belajar Humanistik

Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.

13
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator, yaitu:

1.  Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,


situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2.  Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk


melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4.  Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu
mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6.  Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur


dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi,
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai
seorang individu, seperti peserta didik yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
peserta didik

14
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba


untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir,
1993: 65).

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1.   Merespon perasaan peserta didik

2.   Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang


sudah dirancang

3.   Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik

4.   Menghargai peserta didik

5.   Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk


mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)

7.  Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152).

Guru-guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewaris


kebudayaan, pertanggungan jawaban sosial dan bahan pembelajaran yang khusus,
mereka percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu saja kepada
peserta didik.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah
mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung
bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal
tujuannya tercapai. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran
cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat
mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator.

B. Saran

16
Demi kesumpurnaan makalah ini, penyusun sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat menbangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesumpurnaan penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik, Jurnal Dinamika Ilmu, No.2


Vol.13.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djiwandono, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Hamzah, B uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. PELBA 3: Pertumbuhan Bahasa Anak Dari


Lahir Sampai Masa Prasekolah. Jakarta: UKAJ.

Rachmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam


Pendidikan, Jurnal Pendidikan Islam el-Tarbawi, No. 1 Vol. 1.

Sri Rumini, dkk. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Unit Percetakan.

Syaodih, Sukmadinata Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

17
18

Anda mungkin juga menyukai