Disusun Oleh :
NUR HIJRAH MUTHMAINNAH .R
1712442004
PENDIDIKAN FISIKA ICP
BAB I Pendahuluan…………………………………..…..........…..……... 3
1. Latar Belakang……………………….……………........……….....… 3
1. Saran …………………………………………………………....…... 16
2. Penutup …………………………………………………….............. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
tentang konseo-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan
serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud Teori Humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh Teori Humanistik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam Teori Humanistik?
4. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Belajar Humanistik?
5. Aplikasi dan Implikasi penerapan Teori Humanistik dalam pembelajan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Humanistik.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Teori Humanistik.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam teori Humanistik.
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Humanistik.
4. Untuk mengetahui Aplikasi dan implikasi penerapan Teori Humanistik
dalam pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Teori belajar humanistik sifatnya sangat mementingkan isi
yang dipelajari dari pada proses belajar itu. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan dan bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta
tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal (Budiningsih, 2005: 68).
5
Humanisasi berarti memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan,
keterganntungan, kekerasan dan kebencian dari manusia, dengan melawan tiga hal
yaitu: dehumanisasi (objektivasi teknologis, ekonomis, budaya atau Negara),
agresivitas (agresivitas kolektif, dan kriminalitas), Loneliness (privatisasi,
individual). Pendekatan humanistik dalam belajar bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Karena itu sebelum menguraikan lebih jauh tentang
pendekatan humanistik tersebut, maka persoalan yang perlu dijawab adalah apa
yang dimaksud dengan “memanusiakan manusia” itu (Dalyono, 2009: 48).
Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.
B. Tokoh-Tokoh Humanistik
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti: Combs,
Maslov dan Rogers, dan lain-lain, diantaranya:
6
tidak mempunyai motivasi unuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti
bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain ,
mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif (Palyono, 1997: 44-
45).
Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti
bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah
satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan
tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang
lain. untuk mengerti orang lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang
dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia
atau dunianya (Djiwandono, 2002: 182).
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak
adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai
akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan.
Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal
itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh
guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain,
barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
2. Abraham H. Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan
kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia.
Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang
melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan
tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum,
dan tidur menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan,
maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan
kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan
7
untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan
berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat
lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan
prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya
lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan
aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan
kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah
sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu
dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan
pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni
dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan
kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama
dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama
disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karena kekurangan), dan
pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain.
Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan
untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini.
Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak
tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang
di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk
belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini
secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa
jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain (Ratna, 2008:100-101).
3. Carl R. Rogers
8
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang
humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar
tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan
(Rumini,dkk. 1993).
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya
sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Carl Rogers
menyakini bahwa berbagai masukan yang ada pada diri seseorang tentang
dunianya sesuai dengan pengalaman pribadinya. Masukan-masukan ini
mengarahkannya secara mutlak kearah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dirinya. Rogers menegaskan, dalam pengembangan diri seorang pribadi akan
berusaha keras demi aktualisasi diri (self actualisation), pemeliharaan diri (self
maintenance), dan peningkatan diri (self inhancement) (Arbayah, 2003:207).
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1) Kognitif (kebermaknaan).
2) Experiential (pengalaman atau signifikansi).
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.
9
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan
metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran
(Alwasilah, 1996: 23). Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik
adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan
perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan
humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan.
Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu
totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang
intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang
mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Peserta didik
hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
bukan sekedar penerima ilmu yang pasif (Purwo, 1989: 212).
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam
memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa
prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan
yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar
10
akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi
ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan
diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan,
kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi
diri orang lain tidak begitu penting (Dakir, 1993: 64).
Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kelamahan teori belajar
humanistik, sebagai berikut :
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung
jawab tanpa mengurangi hakhak orangorang lain atau melanggar
aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang cocok
menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang
kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya
sehingga dia akan tertinggal oleh temantemannya yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila
11
murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh
guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka
keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri,
peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
(Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
12
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik
untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
13
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator, yaitu:
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
peserta didik
14
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
Demi kesumpurnaan makalah ini, penyusun sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat menbangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesumpurnaan penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
17
18