Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEKNIK PENYEHATAN

“ PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR


DENGAN CARA DESALINASI”

DISUSUN OLEH :

1. NOUSSEVA RENNA 5415164015


2. PRISMA CEILA PERDANA 5415162509

PENDIDIKAN VOKASIONAL KONSTRUKSI BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, sungai,
danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air
dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan
air. Air baik yang berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas
matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengala mi
kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan
menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi sebagian meresap kedalam tanah
menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut
air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi
kembali ke laut.
Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar
sangat terbatas dan di lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan. Bagi
masyarakat yang tinggal di daerah pantai, pulau kecil seperti Kepulauan Seribu
air tawar merupakan sumber air yang sangat penting. Sering terdengar ketika
musim kemarau mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai
atau pulau kecil mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air
yang telah disiapkan di bak penampung air hujan (PAH) sering tidak dapat
mencukupi kebutuhan pada musim kemarau.
Padahal kita ketahui bahwa sebenarnya sumber air laut itu begitu melimpa h,
namun, kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang
justru berkembang pada daerah pantai kekurangan air. Melihat kenyataan
semacam itu manusia telah berupaya untuk mengolah air asin/payau menjadi
air tawar mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana seperti menyuling,
filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau yang sifatnya sangat
melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya menjadi air
tawar.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangka n
sistem pengolahan air asin/payau dengan teknologi membran semipermeabe l.
Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala
molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak
dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul
air.
Teknologi pengolahan air laut yang akan dibahas pada ini terutama yang
menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi
pengolahan air asin/payau ini lebih dikenal dengan sistem osmosis balik
(Reverse Osmosis disingkat RO). Metode ini dipilih karena mudah dilakukan,
efesien, dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode desalinasi yang
lain.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan proses desalinasi air laut?


2. Apa saja tahapan desalinasi air laut?
3. Apakah yang dimaksud dengan proses osmosis terbalik (RO)?
4. Bagaimana prinsip kerja desalinasi air laut dengan metode osmosis terbalik?
5. Jenis membran apa yang digunakan pada proses desalinasi air laut dengan
menggunakan metode osmosis terbalik?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu proses desalinasi air laut


2. Dapat mengetahui proses osmosis terbalik (RO)
3. Dapat mengetahui prinsip kerja desalinasi air laut dengan metode osmosis
terbalik
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DESALINASI AIR LAUT

Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau,
atau air limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air laut
menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno, 2001).
Bagian dari air murni terbentuk dalam aliran produk, garam yang terla rut
terkumpul dalam aliran limbah (brine) yang dibuang dari sistem sebagai blow
down. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandunga n
garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan
domestik, industri, dan pertanian (Majari Magazine, 2011).

Instalasi desalinasi biasanya menggunakan air laut (langsung dari lautan


diambil jauh dari pantai dan garis pipa, atau dari mata air dekat pantai, atau laut
dalam), air tanah yang payau atau air yang dikembalikan sebagai umpan. Hampir
semua proyek desalinasi dalam skala besar menggunakan air laut sebagai umpan.
Air laut yang digunakan sebanyak 72,9% sebagai umpan instalasi desalinas i.
Pipa pengambilan umpan air untuk instalasi desalinasi harus diletakkan jauh dari
saluran buangan pabrik untuk menghindari agar buangan tidak terambil.

Produk air desalinasi biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika
air hendak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air
yang mengandung TDS yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya
sangat asam dan menyebabkan korosi pada pipa jadi harus harus dicampur
dengan sumber air lain yang diambil dari luar atau dengan mengatur pH,
kesadahan dan alkaliitas sebelum dialirkan keluar (Retno, 2001).

Dalam pemisahan air asin menjadi air tawar, ada beberapa teknologi proses
desalinasi yang telah banyak dikenal antara lain proses destilasi, teknologi
proses dengan menggunakan membran (osmosis terbalik), proses pertukaran ion,
dan lain-lain. Air laut telah menjadi bahan baku produksi air bersih bahkan sejak
60-an tahun yang lalu melalui proses desalinasi. Desalinasi air laut merupakan
istilah umum yang menggambarkan penyisihan kandungan garam dan pengotor
lainnya yang secara alami terdapat pada air laut.

B. PROSES PRODUKSI AIR DENGAN METODE DESALINASI

Proses produksi air bersih dengan metode desalinasi dilakukan melalui


beberapa tahapan, meliputi: pengambilan air laut, pengolahan awal air laut,
proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir.

1. Pengambilan air laut

Tahapan paling awal dalam proses desalinasi adalah pengambilan air


laut sebagai bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah
dengan pemasangan pipa kearah laut hingga jarak beberapa kilometer dari
pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut dengan kualitas baik
yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi
pada laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan
secara lambat untuk mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.

Metode pengambilan air laut dengan pipa


Metode diatas menjadi pilihan utama karena kemudahan
pemasangan sistem. Namun, dalam hal kinerja, teknik tersebut sangat
sensitif dengan perubahan kondisi air laut yang terjadi seiring dengan
perubahan musim dan iklim. Pencegahan biota laut untuk masuk ke dalam
sistem juga tidak seefektif yang diharapkan.

Pengambilan air laut dengan beach well – dari


http://www.scwd2desal.org

Metode alternatif yang sedang ramai diperbincangkan adalah


dengan memanfaatkan kondisi geologi lokal pantai untuk menyaring air
laut dengan sistem sumur (beach wells). Dengan metode ini, air laut
diekstraksi dari lapisan bawah permukaan (subsurface) pantai. Selain itu,
teknologi yang sedang dikembangkan adalah tipe gallery dengan struktur
menyerupai penyaringan pasir yang dipasang di permukaan bawah laut (-
seabed) untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas tinggi. Metode-
metode diatas tercakup dalam sistem subsurface intake.
Pengambilan air laut dengan gallery – dari http://www.scwd2desal.org

2. Pengolahan awal

Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku,


dalam hal kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama desalinas i.
Pengotor yang biasa terkandung dalam air laut mencakup makromolek ul
(pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan mikromolekul (unsur
penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan
pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-
flocculation-sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure
membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge filter.

contoh rangkaian proses pengolahan awal – dari


http://www.wateronline.com

Proses pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses


desalinasi karena menentukan stabilitas dan kinerja proses dengan
semakin tingginya kualitas air umpan. Dari segi ekonomi, proses
pengolahan awal terhitung hampir mencapai 30% dari keseluruhan biaya
proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan awal sangat mungk in
dilakukan dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Dengan bahan baku yang kualitasnya lebih baik
saat, proses pengolahan awal akan lebih ringan sehingga mengura ngi
konsumsi bahan kimia proses serta mengurangi jumlah peralatan proses
dan pada akhirnya menurunan biaya operasional serta meningkatka n
performa dan stabilitas proses.

3. Proses Inti

Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan
mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih.
Berdasarkan teknik pemisahan garamnya, proses desalinasi dikategorika n
menjadi dua: berbasis panas dan berbasis membran.

Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada


tekanan rendah sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah.
Pada proses ini, hanya air saja yang mengalami penguapan, sehingga
setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan dihasilkan air
bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi
effect distillation adalah contoh teknologi desalinasi dengan berbasis
panas.

skema pemisahan air laut berbasis panas – dari http://www.roplant.org


Berbeda halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas
untuk pemisahan garam dari air laut, teknologi membran menggunaka n
energi tekanan. Membran adalah istilah umum untuk saringan tipis yang
memfasilitasi pemisahan secara selektif – hanya bahan-bahan tertentu
yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran ini. Tipe membran yang
digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus untuk desalinas i,
digunakan reverse osmosis (RO) membrane dengan karakter tak berpori
yang mampu melakukan pemisahaan pada level ion, termasuk garam
dengang komposisi utama ion natrium dan klorida.

Proses pemisahan dengan berbagai tipe membran – dari


http://www.intechopen.com

Penyaringan dengan membran RO dilakukan dengan cara menekan


bahan baku air laut pada permukaan membran sehingga melewatkan air
murni pada sisi produk, sementara menahan kandungan garam dan
pengotor lainnya ke aliran buangan. Produk air yang dihasilkan sangat
murni dengan konsentrasi ion yang sangat rendah.

4. Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk desalinas i
perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa
distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak berasa, perlu adanya
penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan kualitas air minum:
rasa menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion
yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa distribusi karena
kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia
air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran
produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.

Proses desalinasi air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh
dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaska n
permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif dilakukan dan
menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih
ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk
diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritime dengan
garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada
kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses
ini.

C. PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN METODE OSMOSIS


TERBALIK

Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat


menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara
memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut
terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir
ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa
memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari
larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan
ion-ion.
Osmosis terbalik dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada bagian
larutan dengan konsentrasi tinggi menjadi melebihi tekanan pada bagian larutan
dengan konsentrasi rendah. Sehingga larutan akan mengalir dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Proses perpindahan larutan terjadi melalui sebuah
membran yang semipermeabel dan tekanan yang diberikan adalah tekanan
hidrostatik (Shun Dar Lin, 2001).

Membran semipermeabel yang digunakan pada osmosis terbalik disebut


membran osmosis terbalik (membran RO). Membran RO memiliki ukuran pori
<1 nm (http://www.lenntech.com/membrane-technology.htm). Karena ukuran
porinya yang sangat kecil, membran RO disebut juga membran tidak berpori.
Membran RO biasanya digunakan untuk pengolahan air, seperti pengolahan air
minum, desalinasi air laut, dan pengolahan limbah cair. Saat ini membran RO
juga banyak digunakan pada proses pengolahan air isi ulang.

1. Metode dan Proses

Proses desalinasi menggunakan sistem RO terdiri dari 4 proses utama,


yaitu:

(1) Pretreatment

Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan membran dengan


cara memisahkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan menambahka n
inhibitor untuk mengontrol scaling yang dapat disebabkan oleh senyawa
tetentu, seperti kalsium sulfat.

(2) Pressurization

Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses
pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan
salinitas air umpan.

(3) Membrane separation


Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut, sementara
membran akan memperbolehkan air produk terdesalinasi melewatinya. Efek
permeabilitas membran ini akan menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu
aliran produk air bersih, dan aliran brine terkonsentrasi. Karena tidak ada
membran yang sempurna pada proses pemisahan ini, sedikit garam dapat
mengalir melewati membran dan tersisa pada air produk. Membran RO
memiliki berbagai jenis konfigurasi, antara lain spiral wound dan hollow fine
fiber membranes.

(4) Post treatment stabilization.

Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya membutuhka n


penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat digunaka n
sebagai air minum. Produk mengalir melalui kolom aerasi dimana pH akan
ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati 7. (BPPT, 2011).

TABEL KUALITAS AIR HASIL PENGOLAHAN SISTEM RO

Tekanan Membran : 300 Psi, Temperatur Air : 20-28 O c

Satuan Air Olahan


Parameter Air Baku I Air Olahan I Air Baku II
(ppm) II
Fisik
Warna Pt-Co 15 5 10 5
Turbidity SiO2 – – 7,7 0
Bau Tdk Tdk Tdk Tdk
Rasa Asin Tdk Asin Tdk
D.H.L mm 7500 350 7520 350
Kimia
pH 7,5 6,3 7,6 6
Zat Padat – – 5340 138
Zat Organik KMnO 4 3,79 1,58 4,74 1,58
CO 2 bebas CO2 13,2 17,6 30 22
Satuan Air Olahan
Parameter Air Baku I Air Olahan I Air Baku II
(ppm) II
P. Alkalinity CaCO 3 0 0 0 0
M. CaCO 3 390 60 275 25
Alkalinity
Karbonat CaCO 3 0 0 0 0
Bikarbonat CaCO 3 390 60 275 25
Tot OD 19,4 0 29 0,8
Hardness
Calsium Ca2+ 49,98 0 74,97 2,856
Magnesium Mg2+ 53,35 0 79,55 1,72
Besi Fe2+ 4,4 Negatif 1,4 Negatif
Mangan Mn2+ Negatif Negatif Negatif Negatif
Sulphate SO4 2- 950 Negatif 1250 Negatif
Phospate PO4 Negatif Negatif Negatif Negatif
Ammonium NH4 0,25 Negatif 0,25 Negatif
Nitrite NH4 0 0 0 0
D.O O2 – – – –
Silika SiO 2 – – 25 1
Chlorida Cl 2215,2 110,76 2680 116,44

Sumber : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2. Tentang Sistem RO
Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air
produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan
kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga
saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300
sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal. Jika air olahan
yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan
menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan
menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih
besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhka n
jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2 .
Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang
akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem
pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunya i
kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka
yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghila nga n
warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjerniha n
melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air
baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka
pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.
Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang
digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas
air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim
kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia
lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air
laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau
mengandung kadar garam klorida dan TDS yang tinggi.
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang
tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik (RO).
Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro, yaitu yang dilakukan
melalui suatu elemen yang disebut membran. Dengan sistem RO ini, klorida
dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat
penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam
elemen membran harus bebas dari besi, mangan dan zat organik (warna
organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkap i
dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-uns ur
pengotor, seperti besi, mangan dan zat warna organik.

Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter yang


medianya mengandung MnO 2 .n H2O. Selama mengalir melalui
mediatersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi
menjadi bentuk Fe (OH)3 dan Mn2 O 3 oksigen terlarut dalam air, dengan
oksigen sebagai oksidator.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

4 Fe2+ + O2 + 10 H2 O 4 Fe(OH)3 + 8 H+

Mn2+ + MnO2 .nH2 O MnO2.MnO.nH2 O + H+

Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan


reaksi katalitik dengan MnO 2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi
penghilangan Mn adalah merupakan reaksi antara Mn2+ dengan hidrat
mangandioksida. Jika kandungan mangan dalam air baku besar maka hidrat
mangandioksida yang ada dalam media filter akan habis dan terbentuk
senyawa MnO 2 .MnO.nH2 O sehingga kemampuan penghilangan Fe dan Mn
nya makin lama makin berkurang. Untuk memperbaharui daya reaksi dari
media fiternya dapat dilakukan dengan memberikan klorin kedalam filter
yang telah jenuh tersebut.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

MnO2 .MnO.nH2 O + 2 H2 O + Cl2 2 MnO 2 .nH2 O + 2 H+ + 2Cl–

Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui


suatu filter bed yang media filternya terdiri dari mangan-zeo lite
(K2 Z.MnO.Mn2 O 7 ). Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada
waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi
menjadi bentuk ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

K2 Z.MnO.Mn2 O 7 + 4 Fe(HCO 3 )2 K2 Z + 3 MnO 2 + 2 Fe2 O3 + 8 CO 2 +


4 H2 O
K2 Z.MnO.Mn2 O 7 + 2 Mn(HCO 3 ) K2 Z + 5 MnO 2 + 4 CO 2 + 2 H2 O

Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeoite tidak


sama dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe 2+ dan
Mn2+ dengan oksida mangan tinggi (higher mangan oxide).

Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan


mangan-dioksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan
pengendapan dan penyaringan. Selama proses berlangsung kemampuna n
reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk
regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Kalium
permanganat kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan
terbentuk lagi mangan zeolite (K 2 Z.MnO.Mn2 O7 ).

Pada pengolahan air minum, membran RO didesain untuk dapat


melewatkan molekul- molekul air dan menahan solid, seperti ion-ion garam.
Membran RO dapat memisahkan dan menyisihkan zat terlarut, zat organik,
pirogen, koloid, virus, dan bakteri dari air baku. Efisiensi penyisiha n
membran RO untuk zat terlarut total (TDS) dan bakteri masing- mas ing
adalah 95-99% dan 99%. Sehingga pada akhir proses akan dihasilkan air
yang murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi menyebabkan
terjadinya penyisihan mineral-mineral alami pada air baku. Mineral-minera l
alami ini tidak hanya memberikan rasa yang enak pada air tetapi juga
membantu fungsi vital sistem tubuh. Air minum akan kurang sehat bagi
tubuh apabila kurang mengandung mineral- mineral ini.

Dengan kata lain, air murni yang dihasilkan oleh membran RO tidak
sehat bagi tubuh. Selain itu, membran RO memiliki keterbatasan dalam
pengoperasiannya, di antaranya:

 Tekanan air baku adalah antara 40 – 70 psig (800 – 1.000 psi).


 Kekeruhan air baku tidak boleh lebih dari 1 NTU.
 pH operasi berkisar antara 4 – 11.
 TDS air baku tidak boleh lebih dari 35.000 ppm. Nilai TDS yang
lebih tinggi akan menurunkan kecepatan produksi.
 Suspended Solid air baku; (dinyatakan dengan SDI, Salt Density
Index), harus kurang dari 5.
 Sisa klor air baku harus nol (0).

Masalah lain yang sering terjadi pada aplikasi membran RO adalah


terjadinya membrane fouling. Membrane fouling adalah peristiwa
menumpuknya zat terlarut pada permukaan membran atau di dalam pori
membran, sehingga kinerja membran akan menurun. Apabila membran
mengalami fouling, perlu dilakukan pencucian dengan larutan kimia atau
penggantian membran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau,
atau air limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air
laut menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno,
2001).
2. Proses produksi air bersih dengan metode desalinasi dilakukan melalui
beberapa tahapan, meliputi: pengambilan air laut, pengolahan awal air laut,
proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir.
3. Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara
memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut
terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa
mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif
atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian
lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul
berukuran besar dan ion-ion.
DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, Robertus. (1999). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Sistem
Osmosis Balik. [Online]

https://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/desalinasi-air- laut-melalui-
metode-osmosis-terbalik/

http://sanfordlegenda.blogspot.co.id/2012/11/Desalinasi- mengolah-air- laut-


menjadi-air-tawar.html

http://mansurdete.blogspot.co.id/2014/05/skripsi-pengolahan-air- laut- menjadi-


air.html

Anda mungkin juga menyukai