DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, sungai,
danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air
dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan
air. Air baik yang berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas
matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengala mi
kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan
menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi sebagian meresap kedalam tanah
menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut
air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi
kembali ke laut.
Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar
sangat terbatas dan di lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan. Bagi
masyarakat yang tinggal di daerah pantai, pulau kecil seperti Kepulauan Seribu
air tawar merupakan sumber air yang sangat penting. Sering terdengar ketika
musim kemarau mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai
atau pulau kecil mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air
yang telah disiapkan di bak penampung air hujan (PAH) sering tidak dapat
mencukupi kebutuhan pada musim kemarau.
Padahal kita ketahui bahwa sebenarnya sumber air laut itu begitu melimpa h,
namun, kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang
justru berkembang pada daerah pantai kekurangan air. Melihat kenyataan
semacam itu manusia telah berupaya untuk mengolah air asin/payau menjadi
air tawar mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana seperti menyuling,
filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau yang sifatnya sangat
melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya menjadi air
tawar.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangka n
sistem pengolahan air asin/payau dengan teknologi membran semipermeabe l.
Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala
molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak
dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul
air.
Teknologi pengolahan air laut yang akan dibahas pada ini terutama yang
menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi
pengolahan air asin/payau ini lebih dikenal dengan sistem osmosis balik
(Reverse Osmosis disingkat RO). Metode ini dipilih karena mudah dilakukan,
efesien, dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode desalinasi yang
lain.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau,
atau air limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air laut
menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno, 2001).
Bagian dari air murni terbentuk dalam aliran produk, garam yang terla rut
terkumpul dalam aliran limbah (brine) yang dibuang dari sistem sebagai blow
down. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandunga n
garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan
domestik, industri, dan pertanian (Majari Magazine, 2011).
Produk air desalinasi biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika
air hendak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air
yang mengandung TDS yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya
sangat asam dan menyebabkan korosi pada pipa jadi harus harus dicampur
dengan sumber air lain yang diambil dari luar atau dengan mengatur pH,
kesadahan dan alkaliitas sebelum dialirkan keluar (Retno, 2001).
Dalam pemisahan air asin menjadi air tawar, ada beberapa teknologi proses
desalinasi yang telah banyak dikenal antara lain proses destilasi, teknologi
proses dengan menggunakan membran (osmosis terbalik), proses pertukaran ion,
dan lain-lain. Air laut telah menjadi bahan baku produksi air bersih bahkan sejak
60-an tahun yang lalu melalui proses desalinasi. Desalinasi air laut merupakan
istilah umum yang menggambarkan penyisihan kandungan garam dan pengotor
lainnya yang secara alami terdapat pada air laut.
2. Pengolahan awal
3. Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan
mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih.
Berdasarkan teknik pemisahan garamnya, proses desalinasi dikategorika n
menjadi dua: berbasis panas dan berbasis membran.
4. Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk desalinas i
perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa
distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak berasa, perlu adanya
penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan kualitas air minum:
rasa menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion
yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa distribusi karena
kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia
air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran
produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.
Proses desalinasi air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh
dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaska n
permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif dilakukan dan
menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih
ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk
diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritime dengan
garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada
kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses
ini.
(1) Pretreatment
(2) Pressurization
Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses
pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan
salinitas air umpan.
2. Tentang Sistem RO
Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air
produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan
kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga
saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300
sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal. Jika air olahan
yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan
menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan
menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih
besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhka n
jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2 .
Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang
akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem
pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunya i
kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka
yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghila nga n
warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjerniha n
melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air
baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka
pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.
Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang
digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas
air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim
kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia
lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air
laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau
mengandung kadar garam klorida dan TDS yang tinggi.
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang
tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik (RO).
Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro, yaitu yang dilakukan
melalui suatu elemen yang disebut membran. Dengan sistem RO ini, klorida
dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat
penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam
elemen membran harus bebas dari besi, mangan dan zat organik (warna
organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkap i
dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-uns ur
pengotor, seperti besi, mangan dan zat warna organik.
4 Fe2+ + O2 + 10 H2 O 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Dengan kata lain, air murni yang dihasilkan oleh membran RO tidak
sehat bagi tubuh. Selain itu, membran RO memiliki keterbatasan dalam
pengoperasiannya, di antaranya:
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau,
atau air limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air
laut menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno,
2001).
2. Proses produksi air bersih dengan metode desalinasi dilakukan melalui
beberapa tahapan, meliputi: pengambilan air laut, pengolahan awal air laut,
proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir.
3. Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara
memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut
terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa
mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif
atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian
lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul
berukuran besar dan ion-ion.
DAFTAR PUSTAKA
Hartoyo, Robertus. (1999). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Sistem
Osmosis Balik. [Online]
https://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/desalinasi-air- laut-melalui-
metode-osmosis-terbalik/