STEP 1
STEP 2
Self tolerans : tidak adanya respon imun seluler terhadap antigen dan itu terjadi hanya
pada antigen tertentu saja
Pemeriksaan komplemen
Pemeriksaan immunohistokimia : biopsi (membran basal,gloumelurus dan
glosa kulit)
Pemeriksaan antibodi dalam serum : ELISA,immunofluorensi dan
elektroforesis
NB : BELAJAR HIPERSENSITIVITAS
STEP 2
Penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang memicunya antara lain : a)
predisposisi genetic, b) penyakit sistemik, c) stress, d) cedera mekanis, e) fluktuasi tingkat
hormonal, f) defisiensi nutrisi, g) infeksi virus dan bakteri.
Mekanisme sariawan
Peningkatan signifikan pengeluaran sitokin sel T helper1 meningkatnya produksi IL-2,
IFN-γ dan TNF-α oleh sel-sel mononuklear darah perifer diketahui pada fase akut dan fase
remisi sekresi sitokin anti-inflamasi TGF-β dan IL-10 secara signifikan menurun
Pengamatan ini menegaskan bahwa ketidakseimbangan dalam produksi sitokin pro-dan anti-
inflamasi dapat berkontribusi pada pengembangan autoimunisasi dan RAS pada subjek yang
memiliki kecenderungan.
(Zuzanna Ślebioda, Elżbieta Szponar, and Anna Kowalska. Etiopathogenesis of Recurrent
Aphthous Stomatitis and the Role of Immunologic Aspects: Literature Review. Published
online 2013 Nov 12)
4. Mengapa bisa terjadi melepuh yang mudah pecah pada punggung pasien sejak sebulan yang
lalu?
(sumber sama seperti nomor 10)
Karena ciri khas pada penyakit Pemfigus Vulgaris, bullanya terletak di lapisan intraepidermal.
Sehingga dindingnya tipis dan kendur serta mudah sekali pecah.
Selain itu, terdapat pemeriksaan Asboe-Hansen sign berupa gambaran bula yang ditekan
bagian tengahnya akan melebar.
(William, Vinencius. Pemfigus Vulgaris: diagnosis dan Tata Laksana. CDK-247/vol. 43 no.
12 th. 2016)
Pemfigus vulgaris dapat muncul bersamaan dengan penyakit autoimun lain seperti miastenia
gravis dan SLE.
13. Apa penyakit kulit yang ditandai dengan bula dan vesikel?
(Pathophysiology: Basic Biology Disease in Children and Adult. Kathryn L. McCance, Sue E.
Huether 5th Ed.)
a. Pemfigus vulgaris
-Umumnya mengenai orang dewasa
-KU buruk, tidak gatal, bulla berdinding kendur, biasanya generalisata
-Letak bullanya intraepidermal dan terdapat akantolisis
b. Pemfigus vegetans
Merupakan variasi dari pemphigus vulgaris dengan bulla yang besar terjadi di lipatan
ketiak dan kunci paha (groin)
c. Pemphigus foliaceus
Bentuk lebih mild dari penyakit pemphigus, termasuk ada akantolisis di tingkat
subkorneal dengan bulla, erosi, bersisi, berkerak, berbatas.
d. Dermatitis herpetiformis
-Dapat mengenai anak dan dewasa
-KU baik, keluhan gatal sangat nyata, ruam polimorf, dinding vesikel/bulla tegang dan
berkelompok
-Bulla letaknya di subepidermal.
e. Pemfigoid bulosa
f. Eritema multiformis (sindrom karakteritiknya inflamasi kulit, membran mukosa biasanya
dihubungkan dengan reaksi toksik obat)
-Dapat menyerang semua umur
-Formasi imun kompleks dan deposisi komplemen, IgM, dan fibrinogen sekitar lapisan
terluar pembuluh darah, membrane paling dasar, dan keratinosit. Lesi memerah di lapisan
dermis dan memicu pembentukan vesikel dan bullae.
-Gejala timbulnya muncul tiba-tiba lesi berkelompok (2-3 mingguan), urtikaria plaque
diameter 1-2 cm, formasi vesikobullosa ditandai lesi pada membrane mukosa (sekitar
bibir) dan mengalami eritema pada bagian atas lengan dan kaki diikuti rasa gatal dan
terbakar
Stevens-Johnson syndrome menyerang pada anak hingga dewasa muda.
Toxic epidermal necrolysis dimana banyaknya sekali erythematous bullous lesions on
both the skin and mucous membrane.
g. Varicella (chickenpox), herpes zoster (shingles) disebabkan oleh virus. Ciri khasnya
vesikel diameter kurang dari 1 cm/0,5 cm, seperti tetesan air (berkelompok), kulit agak
tegang.
14. Apa yang dimaksud dengan pemfigus vulgaris dan bagaimana DD-nya?
(sumber sama seperti nomor 10)
Pemfigus vulgaris merupakan kelainan autoimun berupa vesikel atau bulla pada kulit ataupun
mukosa yang berasal dari lapisan suprabasal epidermis. Penyebabnya karena antibodi yang
menyerang desmoglein 1 dan desmoglein 3. Prevalensi penyakit ini 1-4 kasus per 100.000
jiwa, dengan mortalitas mencapai 75%
b. Sequested antigen
Antigen yang karena letak anatominya, tidak terpajan dengan sistem imun. Seperti
inflamasi sekunder karena infeksi, iskemia/ trauma dapat menimbulkan self antigen
terpajan dengan sistem imun yang tidak terjadi dalam keadaan normal.
c. Kegagalan autoregulasi
Gangguan dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi yang meningkatka MHC,
kadar sitokin rendah/gangguan respon terhadap IL-2. Sel Tsitotoksik berperan dalam
pengawasan autoreaktif. Jika ini terganggu, maka sel Thelper teraktifkan sehingga
menimbulkan autoimunitas.
f. Faktor Keturunan