Disusun oleh:
D III FARMASI
2020
A. Judul
Inkompatibilitas sediaan serbuk pulveres hexamine.
B. Tujuan
Untuk mengetahui inkompatibilitas sediaan serbuk pulveres.
C. Alat dan Bahan
Alat
- Stampler dan mortir
- Sudip
- Kertas perkamen
- Spatel
- Timbangan analitik
Bahan
- Hexamine
- Asetosal
- Phenobarbital
- SL
D. Resep/ Formula dan Monografi
Resep:
dr. Hendra
SIP.156/3823/04/427.421/IV/2017
Jl. Dadaha No. 06 Ciamis
Pro : Tn Edi
Umur : 39 th
Alamat : Jl Kenari No. 07
Monografi:
1. Hexaminum (Metenamia) FI III, Hlm: 283
Pemerian: Hablur mengkilap tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa membakar dan manis kemudian agak pahit. Jika dipanaskan pada
suhu lebih kurang 260o menyublim.
Kelarutan: Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95%) P dan
dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat: Antiseptikum saluran kemih
Dosis maksimum: Sekali 1 g, sehari 4 g.
F. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan Timbangan .
3. Timbang bahan sesuai dengan takaran.
4. Masukkan sebagian SL ke dalam motir lalu gerus, hal ini bertujuan untuk
melapisi mortar.
5. Masukkan phenobarbital ke dalam mortar lalu gerus hingga homgen.
6. Masukkan sebagian SL ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
7. Masukkan asetosal ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
8. Masukkan sisa SL ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
9. Terakhir masukkan hexamine ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
10. Bagi sediaan menjadi 15 bungkus
11. Masukkan ke dalam plastic klip
12. Beri etiket dan label
G. Pembahasan (solusi)
Pada studi kasus diatas masalah interaksi obat yang terjadi ialah atau termasuk
pada masalah interaksi obat secara farmasetik, inkompatibilitas secara farmasetik
(zat tercampurkan) adalah perubahan yang tidak diinginkan misalnya perubahan
dan lainnya pada saat mencampurkan bahan obat. Inkompatibilitas farmasetik
dapat berupa fisik, kimia ataupun terapeutik. Pada kasus diatas inkompatibilitas
farmasetik yang terjadi yaitu secara fisik antara bahan hexamine dengan bahan
obat asetosal. Bahan obat hexamine dan bahan obat asetosal ketika dicampurkan
akan meleleh atau menjadi lembab. Hal ini dikarenakan adanya penurunan titik
lebur diantara kedua bahannya.
Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan mencampur bahan obat dengan
inert terlebih dahulu sebelum bahan-bahan obat tersebut dicampurkan. Bahan
obat hexamine dicampurkan sebagai SL (bahan inert) dari resep. Bahan obat
asetosal dapat dicampurkan. Hal tersebut dapat menghindari kemungkinan
penurunan titik lebur dari bahan.
H. Kesimpulan
Pada studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa obat yang memiliki interaksi
obat berupa farmasetik secara fisik adalah bahan obat hexamine dan bahan
asetosal. Solusinya adalah dengan mencampurkan masing-masing bahan terlebih
dahulu dengan bahan inert kemudian bahan obat, baru dapat dicampurkan.
I. Daftar Pustaka
Levensipiel L. O. 1972. Chemical Reaction Engineering. 2nd Edition. Singapore:
John Wileyard Sons Inc.
Departemen Kesehatan RI, 1997, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia.