Anda di halaman 1dari 9

INTERAKSI FARMASETIK

KASUS INKOMPATIBILITAS OBAT SEDIAAN


PULVERES

Oleh : Kelompok 2
Alinda Agustina (P2.06.30.1.18.002)
M. Rikza Kirana (P2.06.30.1.18.016)
Nefi Nurhidayah (P2.06.30.1.18.019)
Nujia Anjainah (P2.06.30.1.18.022)
Sri Rahayu R (P2.06.30.1.18.025)
Tujuan
Untuk mengetahui inkompatibilitas
sediaan serbuk pulveres.

Resep/Formulas
Alat dan Bahan i dr. Hendra
SIP.156/3823/04/427.421/IV/2017
Jl. Dadaha No. 06 Ciamis
 
 Alat No. 014 Tgl.
• Stamper dan mortar 14/02/2017
• Sudip R/ Hexamine 0,250 mg
• Kertas perkamen Asetosal 0,5
• Spatel Phenobarbital 0,03
SL 4,5
• Timbangan analitik mf. pulv. dtd No. XV
 Bahan S t dd pulv. I
• Hexamine  

• Asetosal Pro : Tn Edi


• Phenobarbital Umur : 39 th
Alamat : Jl Kenari No. 07
• SL
Monografi:
1. Hexaminum (Metenamia) FI III, Hlm: 283
 Pemerian: Hablur mengkilap tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
membakar dan manis kemudian agak pahit. Jika dipanaskan pada suhu lebih kurang 260o
menyublim.
 Kelarutan: Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95%) P dan dalam lebih
kurang 10 bagian kloroform P.
 Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
 Khasiat: Antiseptikum saluran kemih
 Dosis maksimum: Sekali 1 g, sehari 4 g.
2. Acidum Acetylsalicylicum (Asetosal) FI III, Hlm: 43
 Pemerian: Tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, rasa asam.
 Kelarutan: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
 Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
 Khasiat: Analgetikum, antipiretikum.
 Dosis maksimum: Sekali 1 g, sehari 8 g.
Monogarfi
3. Phenobarbitalum (Luminal) FI III, Hlm: 481
 Pemerian: Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak
pahit.
 Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P ,
dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali
karbonat.
 Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
 Khasiat: Hipnotikum, sedativum.
 Dosis maksimum: Sekali 300 mg, sehari 600 mg.
4. Lactosum (Saccharum Lactis) FI III, Hlm: 339
 Pemerian: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
 Kelarutan: Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktik tidak larut
dakam kloroform P dan dalam eter P.
 Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
 Khasiat: Zat tambahan.
Perhitungan, Pengenceran, Penimbangan

 Hexamine 0,250 mg x 15 = 3,75 mg


Pengenceran Hexamine dengan perbandingan 1:15
 Hexamine 50 mg
 SL 750 mg
 Jumlah 800 mg
Hasil pengenceran Hexamine = 3,75mg x 800mg = 60mg
50mg
 Asetol 0,5 g x 15 = 7,5 g
 Phenobarbital 0,03 x 15 = 0,45 g
 SL 4,5 g x 15 = 67,5 g
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan Timbangan .
3. Timbang bahan sesuai dengan takaran.
4. Masukkan sebagian SL ke dalam motir lalu gerus, hal ini bertujuan untuk melapisi mortar.
5. Masukkan phenobarbital ke dalam mortar lalu gerus hingga homgen.
6. Masukkan sebagian SL ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
7. Masukkan asetosal ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
8. Masukkan sisa SL ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
9. Terakhir masukkan hexamine ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen.
10.Bagi sediaan menjadi 15 bungkus
11.Masukkan ke dalam plastic klip
12.Beri etiket dan label
Pembahasan (solusi)
Pada studi kasus diatas masalah interaksi obat yang terjadi ialah atau termasuk pada
masalah interaksi obat secara farmasetik, inkompatibilitas secara farmasetik (zat
tercampurkan) adalah perubahan yang tidak diinginkan misalnya perubahan dan lainnya
pada saat mencampurkan bahan obat. Inkompatibilitas farmasetik dapat berupa fisik,
kimia ataupun terapeutik. Pada kasus diatas inkompatibilitas farmasetik yang terjadi yaitu
secara fisik antara bahan hexamine dengan bahan obat asetosal. Bahan obat hexamine
dan bahan obat asetosal ketika dicampurkan akan meleleh atau menjadi lembab. Hal ini
dikarenakan adanya penurunan titik lebur diantara kedua bahannya.

Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan mencampur bahan obat dengan inert
terlebih dahulu sebelum bahan-bahan obat tersebut dicampurkan. Bahan obat hexamine
dicampurkan sebagai SL (bahan inert) dari resep. Bahan obat asetosal dapat dicampurkan.
Hal tersebut dapat menghindari kemungkinan penurunan titik lebur dari bahan.
Kesimpulan

Pada studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa obat yang memiliki
interaksi obat berupa farmasetik secara fisik adalah bahan obat hexamine
dan bahan asetosal. Solusinya adalah dengan mencampurkan masing-masing
bahan terlebih dahulu dengan bahan inert kemudian bahan obat, baru dapat
dicampurkan.

Anda mungkin juga menyukai