Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEBIDANAN

Vol 2, No 2, April 2016 : 51-59

ANALISA ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT


DALAM OBAT PANU SEDIAAN CAIR

Ade Maria Ulfa(1), Nofita(1)

ABSTRAK

Penyakit panu merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh masyarakat di daerah
tropis, salah satunya adalah Indonesia. Oleh karena itu diperlukan obat anti jamur yang mengandung
zat-zat aktif tertentu yaitu kombinasi asam benzoat sebagai zat anti jamur dengan asam salisilat
sebagai zat keratolitik. Telah dilakukan penelitian penetapan kadar asam benzoat dan asam salisilat
pada obat panu sediaan cair yang beredar di toko obat di Pasar Tengah Bandar Lampung secara
Alkalimetri dan Spektrofotometri UV-Visible dengan tujuan untuk mengetahui kadar asam benzoat
dan asam salisilat seperti yang tertera pada etiket yaitu 4% (asam benzoat) dan 4-10% (asam salisilat).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dua sampel dengan kriteria sampel yaitu obat panu sediaan
cair yang mencantumkan asam benzoat dan asam salisilat pada komposisi. Kesimpulan dari hasil
penelitian didapatkan rata-rata kadar asam benzoat pada sampel A yaitu 4,312% dan sampel B yaitu
4,422%. Hal itu menunjukkan bahwa kadar asam benzoat untuk sampel A dan B memenuhi kadar
yang sesuai dengan kadar etiket yaitu 4%. Untuk kadar asam salisilat pada sampel A yaitu 4,689%
dan sampel B yaitu 4,651%. Hal itu menunjukkan bahwa kadar asam salisilat pada sampel A
memenuhi kadar etiket yaitu 4% dan sampel B tidak memenuhi kadar yang sesuai dengan etiket yaitu
10%.

Kata kunci : Asam benzoat, asam salisilat, obat panu, alkalimetri, spektrofotometri Ultraviolet-
Visible

PENDAHULUAN meningkatkan penetrasi dan aktivitas zat


Penyakit kulit di Indonesia pada tersebut ke dalam kulit (efek sinergis) [12].
umumnya lebih banyak disebabkan karena Asam benzoat bersifat fungistatik dan
infeksi bakteri, jamur, virus, parasit, dan bakteriostatik dan umumnya dikombinasikan
karena dasar alergi [11]. Salah satu penyakit dengan asam salisilat dengan perbandingan 2 :
kulit yang banyak diderita masyarakat 1 (kurang lebih 3% asam salisilat dan 6% asam
Indonesia yaitu penyakit panu (Tinea benzoat) dan telah lama digunakan dalam
versicolor). Panu adalah infeksi yang terapi tinea. Asam salisilat berkhasiat
disebabkan oleh sejenis fungi (Malassezia mematikan banyak jenis jamur dan digunakan
furfur atau Pityrosporus orbiculare). Ciri- dalam bentuk salep atau larutan alkohol
cirinya adalah bercak-bercak putih, seringkali dengan kadar 3-6%. Selain itu juga bekerja
di kulit muka, yang terdiri dari benang-benang sebagai zat keratolitik, yaitu dapat melarutkan
pendek dan spora berkelompok [14]. lapisan tanduk dengan konsentrasi 5-10%
Pada masa kini obat-obat anti jamur [14;12].
konvensional seperti asam salisilat, asam Asam benzoat pada konsentrasi 0,2%
benzoat, sulfur dan asam undesilenat pun sekalipun, baik dalam penggunaan jangka
masih banyak digunakan oleh masyarakat. panjang maupun jangka pendek dapat
Asam benzoat dan asam salisilat merupakan menimbulkan keracunan ringan sampai akut
zat-zat aktif yang umumnya terdapat dalam seperti iritasi kulit disertai kemerahan dan
obat anti jamur, dimana asam benzoat nyeri serta dapat menyebabkan dermatitis,
memiliki khasiat fungistatis dan bakteriostatis mulai dari eritema hingga urtikaria [10].
sedangkan asam salisilat mempunyai sifat Demikan halnya dengan asam salisilat, dimana
keratolitik yaitu dapat melunakkan kulit [13;7]. pada konsentrasi tinggi untuk pemakaian
Asam salisilat juga dijadikan bahan kombinasi topikal, zat tersebut selain dapat mengiritasi
dengan asam benzoat yang berfungsi kulit dan menyebabkan inflamasi akut, juga

1) Akafarma Putra Indonesia Lampung


52 Ade Maria Ulfa, Nofita

dapat berpotensi menimbulkan toksisitas Bahan yang digunakan adalah sampel


sistemik. Semakin tinggi konsentrasi maka obat panu, aquadest, asam salisilat BPFI,
akan semakin tinggi kemungkinan terjadi NaOH 0,1 N, Fe(NO3)3, HNO3 0,1%, FeCl3 1%
absorpsi sistemik [12]. Oleh karena asam dalam HCl 1%, indikator fenoftalein (PP),
benzoat dan asam salisilat pada konsentrasi kalium biftalat (KHP), etanol.
tinggi dapat menimbulkan toksisitas, serta
banyaknya produsen yang memproduksi obat Cara Kerja
panu dengan konsentrasi tertentu, Identifikasi (Uji Kualitatif) [4]
dikhawatirkan kadar asam benzoat dan asam a. Asam Salisilat dengan Penambahan FeCl3
salisilat dalam obat panu yang dijual tersebut Tambahkan FeCl3 LP ke dalam larutan
tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada sampel yang telah diencerkan dengan
kemasan (etiket). etanol ; terjadi warna ungu.
Penelitian ini dilakukan dengan b. Asam Benzoat dengan Penambahan
menggunakan metode Alkalimetri untuk asam H2SO4 2N
benzoat dan Spektrofotometri Ultraviolet- Tambahkan H2SO4 2N kedalam larutan
Visible (UV-Vis) untuk asam salisilat. pekat, terbentuk endapan putih.
Alkalimetri yaitu metode penetapan kadar Penetapan Kadar (Uji Kuantitatif) Asam
secara titrimetri atau volumetri senyawa- Benzoat dan Asam Salisilat Dalam Obat
senyawa asam dengan menggunakan baku Panu Sediaan Cair
basa, sedangkan Spektrofotometri Ultraviolet- Analisis kuantitatif Asam Benzoat dan
Visible (UV-Vis) yaitu metode analisis kimia Asam Salisilat dalam obat panu sediaan cair
yang didasarkan pada pengukuran seberapa dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (4) :
banyak energi radiasi yang diabsorbsi oleh 1. Pembakuan NaOH 0,1 N
suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang. a. Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Kelebihan dari metode titrimetri volumetri Kalium Biftalat P yang sebelumnya telah
yaitu murah dan mampu memberikan dikeringkan pada suhu 1200 selama 2 jam.
ketepatan yang tinggi. Adapun kelebihan b. Larutkan dalam 25 ml air bebas CO2,
metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visible tambahkan 2 tetes indikator Fenoftalein P.
(UV-Vis) yaitu memerlukan peralatan berbiaya c. Titrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi
murah sampai sedang dan mempunyai warna merah muda mantap.
kepekaan analisis yang cukup tinggi serta 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg
banyak dipakai untuk analisis farmasi dan Kalium Biftalat
analisis klinik karena luasnya ragam bahan 2. Penetapan Kadar Asam Benzoat
farmasi dan bahan biokimia yang menyerap a. Timbang 2 gram cuplikan ditambah 150 ml
radiasi sinar UV dan sinar tampak [1;3;5]. air.
Berdasarkan latar belakang tersebut, b. Titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan
penulis ingin melakukan penetapan kadar asam indikator Fenoftalein.
benzoat dan asam salisilat dalam obat panu 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 12,21
sediaan cair yang beredar di toko obat di Pasar mg Asam Benzoat
Tengah Bandar Lampung dengan 3. Penetapan Kadar Asam Salisilat
menggunakan metode Alkalimetri dan a. Larutan Uji Asam Salisilat
Spektrofotometri UV-Vis. 1) Hasil pengujian Asam Benzoat
ditambahkan air sampai 250 ml dan
METODE PENELITIAN disaring.
Alat dan Bahan 2) Pipet 5 ml filtrat, tambahkan Fe(NO3)3
Penelitian dilaksanakan di ke dalam labu takar 50 ml sampai
Laboratorium Sekolah Menengah Teknologi tanda, saring.
Industri (SMTI) , Jalan Jendral Sudirman 3) Ukur absorbansi pada panjang
Bandar Lampung pada bulan September 2014. gelombang maksimum 530 nm.
Alat yang digunakan adalah b. Pembuatan Larutan Stock
spektrofotometer Specord 200, kuvet, beaker 1) Sejumlah lebih kurang 12 mg Asam
glass 250 ml, buret 50 ml, enlemeyer 250 ml, Salisilat BPFI ke labu takar 50 ml,
spatula, labu takar 50 ml, timbangan analitik, larutkan sampai tanda dengan air
pipet volume 2 ml, 5 ml, 10 ml, bulp, corong, (konsentrasi 240 ppm).
pipet tetes, kertas saring. c. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


Analisa Asam Benzoat Dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu Sediaan Cair 53

1)Pipet 5 ml dari larutan stock, tambah sampel dimasukkan dalam persamaan sehingga
larutan Fe(NO3)3 ke dalam takar 50 ml diperoleh kadar sampel dengan menggunakan
sampai tanda. rumus :
2) Dengan menggunakan blanko, ukur y = ax + b
transmitannya dengan panjang
gelombang 400 nm sampai dengan 600 Dimana y =
absorban
nm. a =
Slope
3) Buat kurva hubungan antara absorban b =
Intercept
dengan panjang gelombang. x =
kadar larutan sampel dalam
4) Ditentukan persamaan garis regresi kurva
dan dibuat garis regresinya. Kadar sampel yang diperoleh (ppm)
d. Pembuatan Kurva Kalibrasi dikonversikan dalam satuan persentase (%),
1) Disiapkan 5 buah labu takar 50 ml. dimana :
2) Dipipet larutan stock asam salisilat ppm = mg/L
masing-masing 5,0 ml; 6,0 ml; 7,0 ml; % = gram/100 mL
8,0 ml; 9,0 ml; kedalam labu takar 50 Kemudian dilanjutkan dengan
ml. penetapan kadar asam benzoat dengan rumus
3) Disiapkan blanko. Asam Benzoat (%) :
4) Kedalam masing-masing labu takar
× , %
ditambahkan tambah larutan Fe(NO3)3
,
– ,
× ×
ke dalam takar 50 ml sampai tanda.
5) Diukur absorbansi masing-masing
larutan standar dengan menggunakan Keterangan :
panjang gelombang maksimum yang Vt : Volume titran
telah ditentukan. N : Normalitas Pembakuan NaOH 0,1 N
Ks : Asam Salisilat dalam mg/g yang didapat
Analisis Data pada penetapan kadar Asam Salisilat
Data yang diperoleh untuk penetapan secara Spektrofotometri UV-Vis
kadar asam salisilat disajikan dalam bentuk Bu : Bobot sampel
grafik dan tabel. Untuk menentukan kadar Ke : Kadar Asam Benzoat yang tertera pada
asam salisilat dibuat persamaan kurva regresi etiket
dari larutan standar, kemudian data absorbansi

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pemeriksaan Penandaan Sampel
Tabel 1.
Data Pemeriksaan Penandaan Sampel

No Penandaan Sampel A Sampel B


1 Nama Obat Obat Panu Sediaan Cair Obat Panu Sediaan Cair
2 Volume Isi 10 ml 10 ml
3 Cara Pemakaian Basahkan kapas dengan KALPANAX Oleskan pada bagian kulit yang
lalu oleskan 2-3 kali sehari pada sakit beberapa hari sekali
bagian tubuh yang hendak diobati
4 Indikasi Untuk mengobati penyakit kulit
Untuk mengatasi panu, kadas, kurap,
seperti : panu, kurap, kadas, kutu
kutu air dan gatal karena jamur
air dan sejenisnya
5 Nama Industri PT. Kalbe Farma Tbk. Bekasi - SAKAFARMA Laboratories.
Indonesia Semarang – Indonesia
6 Tanggal ED Mar 16
ED 03 2017
Kadaluwarsa
7 Nomor Kode Reg. No. DBL0821717041A1
Reg. No. DTL7211631241A1
Produksi
8 Nomor Batch BN 623275 Batch No. 7007C4
Sumber : Data yang diolah, 2014

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


54 Ade Maria Ulfa, Nofita

2. Identifikasi Organoleptis

Tabel 2
Data Hasil Organoleptis Sampel

Organoleptis
Sampel
Bentuk Warna Bau
A Cair Coklat Menyengat
B Cair Ungu jernih Menyengat
Sumber : Data yang diolah, 2014

3. Uji Kualitatif

Tabel 3.
Data Hasil Identifikasi Asam Benzoat Pada Sampel

Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan Standar Keterangan


A + H2SO4 Endapan Putih Terbentuk endapan putih Positif
B + H2SO4 Endapan Putih (DepKes RI 1995) Positif
Sumber : Data yang diolah, 2014

Tabel 4.
Data Hasil Identifikasi Asam Salisilat Pada Sampel

Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan Standar Keterangan


A + FeCl3 Larutan Ungu Terbentuk larutan berwarna Positif
B + FeCl3 Larutan Ungu ungu (DepKes RI 1995) Positif
Sumber : Data yang diolah, 2011

4. Uji Kuantitatif
a. Penetapan kadar Asam Salisilat Secara Spektrofotometri

Rentang panjang gelombang (nm) : 400-600 nm


Panjang gelombang maksimum (nm) : 537 nm

Gambar 1. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat


(Sumber : Hasil analisis data, 2014)

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


Analisa Asam Benzoat Dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu Sediaan Cair 55

(A)

(ppm)
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asam Salisilat
(Sumber : Hasil analisis data, 2014)
Persamaan regresi : y = 0.010033333x - 0.06066
Slope (a) : 0.010033333
Intersep (b) : - 0.06066
R : 0.9948

Tabel 5.
Data Hasil Konsentrasi Asam Salisilat Dalam Sampel

Konsentasi
Konsentrasi
Sampel Pengulangan Absorban rata-rata Standar Kesimpulan
(%)
(%)
1 0,5011 4,703 Komposisi asam
A 2 0,5052 4,681 4,689 salisilat pada MS
3 0,5126 4,685 etiket yaitu 4%
1 0,5142 4,698 Komposisi asam
B 2 0,5148 4,645 4,651 salisilat pada TMS
3 0,5252 4,612 etiket yaitu 10%
Sumber : Hasil analisis data, 2014
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat (etiket)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat (etiket)

b. Penetapan kadar Asam Benzoat secara Alkalimetri

Tabel 6.
Data hasil konsentrasi Asam Benzoat dalam sampel

Konsentrasi
Konsentrasi
Sampel Pengulangan rata-rata Standar Kesimpulan
(%)
(%)
1 4,245
A 2 4,317 4,312 Komposisi MS
3 4,374 Asam Benzoat
1 4,345 pada etiket
B 2 4,403 4,422 yaitu 4% MS
3 4,518
Sumber : Hasil analisis data, 2014
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat (etiket)
TMS : Tidak Memenuhi Syarat (etiket)

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


56 Ade Maria Ulfa, Nofita

Sampel yang diambil dalam penelitian Penetapan kadar asam benzoat dan
ini diambil di 5 (lima) toko obat di Pasar asam salisilat dalam sampel dilakukan dengan
Tengah Bandar Lampung dengan kriteria yaitu metode alkalimetri (titrasi asam basa) untuk
obat panu sediaan cair (tingtur) yang asam benzoat dan spektrofotometri UV-Visible
mencantumkan asam benzoat dan salisilat pada untuk asam salisilat.
komposisi. Dengan 2 (merk) dagang yang Penelitian ini dilakukan secara
berbeda yaitu A dan B, yang diduga memiliki berkelanjutan, diawali dengan penetapan kadar
kadar asam benzoat dan asam salisilat yang asam benzoat secara alkalimetri kemudian
tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada hasil dari proses titrasi tersebut dilanjutkan
etiket yaitu 4-10% (asam salisilat) dan 4% dengan penetapan kadar asam salisilat secara
(asam benzoat). Sebelum dilakukan uji spektrofotometri UV-Visible. Penetapan kadar
identifikasi, terlebih dahulu dilakukan uji asam benzoat dilakukan secara alkalimetri
organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau, dimana alkalimetri dengan 3 (tiga) kali
dapat dilihat pada tabel I. pengulangan untuk masing-masing sampel.
Identifikasi yang dilakukan yaitu Alkalimetri merupakan proses penetapan kadar
identifikasi asam benzoat dan asam salisilat senyawa asam dengan larutan standar basa dan
dalam sampel. Identifikasi asam benzoat terjadi reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi
dilakukan secara reaksi pengendapan adalah reaksi antara ion hidrogen yang berasal
menggunakan H2SO4 2N. Sampel yang diuji dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
ditambahkan larutan H2SO4 2N dan terbentuk dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
endapan putih. netral [9]. Adapun pada penelitian ini sampel
Identifikasi asam salisilat dalam obat panu sediaan cair yang teliti mengandung
sampel dilakukan secara reaksi warna kombinasi asam benzoat dan asam salisilat,
menggunakan FeCl3. Sampel yang diuji maka pada proses titrasi, kedua senyawa
dilarutkan menggunakan etanol kemudian tersebut yang bertindak sebagai senyawa asam
ditambahkan FeCl3. Penambahan FeCl3 akan bereaksi dengan NaOH 0,1 N sebagai
berfungsi sebagai reagen pembentuk warna larutan standar, menghasilkan garam natrium
yang memberikan hasil spesifik dengan asam benzoat dan natrium salisilat dengan air.
salisilat yaitu terbentuknya larutan berwarna
ungu.

Gambar 3. Reaksi Penetapan Kadar Sampel Secara Alkalimetri


(Sumber : Clark J., 2014)

Pada proses titrasi, digunakan hubungan antara absorbansi dengan panjang


indikator PP (Fenoftalein) untuk mengetahui gelombang menggunakan larutan standar asam
titik akhir titrasi yang ditandai dengan salisilat pada konsentrasi tertentu (Gambar 1).
terjadinya perubahan warna menjadi merah Pada pengukuran panjang gelombang
muda. maksimum, larutan standar asam salisilat
Setelah proses titrasi, penelitian memberikan serapan tertinggi pada panjang
dilanjutkan dengan penetapan kadar asam gelombang 537 nm.
salisilat menggunakan metode Pengukuran konsentrasi asam salisilat
spektrofotometri UV-Visible dengan cara dilakukan dengan cara mengukur serapan dan
mereaksikan hasil dari proses titrasi dengan konsentrasi larutan standar asam salisilat.
Besi (III) Nitrat. Besi (III) Nitrat adalah reagen Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi
pembentuk kompleks yang menghasilkan berbanding lurus dengan tebal kuvet dan
larutan berwarna ungu. konsentrasi larutan. Hasil kurva kalibrasi
Sebelum melakukan penetapan kadar (Gambar 8) berdasarkan pengukuran antara
dengan spektrofotometri UV-Visible, maka nilai serapan (absorban) dan konsentrasi,
terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang diperoleh persamaan Y = 0,010033333X -
gelombang maksimum dengan membuat kurva 0,06066. Nilai Y adalah serapan dan nilai X

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


Analisa Asam Benzoat Dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu Sediaan Cair 57

adalah konsentrasi, nilai a adalah slope asam salisilat dapat berkurang dikarenakan
(kemiringan) dan nilai b adalah intercept. pada proses penyimpanan atau pendistribusian
Persamaan regresi tersebut menunjukkan obat tersebut terpapar langsung oleh sinar
hubungan kelinieran antara absorban dengan matahari dengan suhu lebih dari 300C.
sampel dimana jika semakin besar absorban Kedua, oleh karena pada pengujian
maka semakin besar juga konsentrasinya. tidak dilakukan preparasi sampel yaitu proses
Dari hasil data pembuatan kurva pemisahan terlebih dahulu sehingga sampel
kalibrasi (Gambar 2) dapat dicari nilai r masih berupa senyawa yang multikomponen.
(korelasi Pearson) yang menunjukkan ada atau Adapun senyawa-senyawa didalam sampel
tidaknya hubungan antara variabel X dengan seluruhnya memiliki sifat mudah larut dalam
variabel Y dan juga untuk mengetahui etanol, sehingga berdasarkan hasil kadar asam
seberapa besar hubungan antara dua variabel salisilat pada sampel B yang didapat yaitu
yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat 4,651%, dimana kadar didalam etiket yaitu
(Y). Setelah nilai r didapat maka akan 10%, kemungkinan terdapat asam salisilat
diperoleh nilai R2 (koefisien determinasi) yaitu yang masih berikatan kuat dengan etanol atau
menunjukkan kuadrat korelasi dari keragaman senyawa-senyawa lainnya sehingga tidak ikut
total variabel terikat (Y) yang dapat terbaca oleh di rentang panjang gelombang
diterangkan oleh keragaman variabel bebas (X) asam salisilat yaitu 400-600 nm yang
dimana nilai R2 didapat dari kurva kalibrasi mengakibatkan ketidaksesuaian dengan kadar
larutan standar asam salisilat dengan 0,9948 pada etiket. Akan tetapi walaupun senyawa-
(99,48%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan senyawa didalam obat panu tersebut masih
nilai R2 mendekati 1, hubungan linier antara X merupakan senyawa multikomponen yang
(konsentrasi asam salisilat) dan Y (absorban tidak dilakukan pemisahan sebelumnya, tetapi
standar asam salisilat) sangat kuat dan seluruh senyawa memiliki karakteristik
terbentuk grafik yang linier. panjang gelombang yang berbeda-beda. Asam
Hasil dari penetapan kadar asam benzoat, asam undesilenat, povidon iodin,
benzoat menunjukkan sampel A mendapat mentol, pelarut etanol dan air secara
kadar rata-rata 4,312 % dan sampel B keseluruhan memiliki panjang gelombang yang
mendapat kadar rata-rata 4,422 %. Dari lebih pendek (daerah ultraviolet) dibandingkan
keseluruhan sampel, kadar asam benzoat yang panjang gelombang asam salisilat (daerah
terkandung dalam obat panu sediaan cair visible). Dengan perbedaan daerah absorbsi
(tingtur) sesuai dengan kadar yang tertera pada tersebut, dapat dipastikan bahwa senyawa-
etiket yaitu 4% dan juga memenuhi kadar senyawa lain tidak akan ikut terbaca pada
optimal asam benzoat sebagai zat antifungi rentang panjang gelombang asam salisilat.
yaitu kurang lebih 6%.
Hasil dari penetapan kadar asam Tabel 7.
salisilat menunjukkan sampel A mendapat Daftar Senyawa Aktif Pada Obat Panu
kadar rata-rata 4,689% dan sampel B mendapat Beserta Panjang Gelombang
kadar rata-rata 4,651%. Dari keseluruhan
sampel, kadar asam salisilat dalam sampel A Senyawa aktif pada Panjang
sesuai dengan kadar yang tertera di etiket yaitu obat panu gelombang
4% serta memenuhi kadar optimal asam Asam Salisilat 530 nm
salisilat sebagai zat keratolitik yaitu 3-10%. Asam Benzoat 273 nm
Sampel B tidak sesuai dengan kadar yang Asam Undesilenat 265 nm
tertera di etiket yaitu 10% namun masih Povidon Iodin 223 nm
memenuhi kadar optimal asam salisilat sebagai Menthol 211 nm
zat keratolitik yaitu 3-10%. Alkohol (Etanol) 205 nm
Pada sampel B, kadar asam salisilat Air 190 nm
tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada Sumber : [2;5;8;6;15]
etiket yaitu 10% dimana kadar yang didapat
adalah 4,651%. Ada beberapa faktor yang Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
kemungkinan mempengaruhi hal tersebut. karena kadar asam benzoat pada sampel B
Pertama, penyimpanan untuk obat panu sampel sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket
B yaitu pada suhu 300C serta harus serta memenuhi kadar optimum, maka obat
dihindarkan pada panas dan nyala api. Kadar panu tersebut dapat bekerja secara optimal

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


58 Ade Maria Ulfa, Nofita

sebagai zat keratolitik. Sedangkan untuk kadar dalam obat panu tersebut, apakah
asam salisilat, walaupun tidak sesuai dengan mengandung zat-zat yang perlu
kadar etiket, tetapi masih memenuhi kadar diperhatikan penggunaannya sehingga
optimum sehingga masih dapat berkhasiat tidak menimbulkan dampak negatif yang
sebagai zat keratolitik. tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, 2. Untuk peneliti selanjutnya : dapat
obat panu sampel B tersebut dapat bermanfaat melakukan penelitian kombinasi asam
sebagai zat antifungi, dan walaupun kadar salisilat dan asam benzoat menggunakan
asam salisilat yang didapat tidak sesuai dengan metode yang lebih spesifik yaitu metode
etiket, namun masih memenuhi kadar optimal KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
sebagai zat keratolitik sehingga masih Tinggi).
berkhasiat untuk mengobati penyakit panu.
Adapun pada penggunaan obat panu yang DAFTAR PUSTAKA
mengandung asam benzoat dan asam salisilat 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
secara topikal dalam jangka waktu lama dapat 2006. Laporan Pelatihan Dasar Analisis
memberikan efek toksisitas. Semakin luas Pengujian Kosmetika, Pangan dan Bahan
permukaan kulit yang kontak langsung dengan Berbahaya. Balai Besar Pengawas Obat
obat panu, semakin sering frekuensi dan dan Makanan di Bandar Lampung. Bandar
semakin lama durasi penggunaannya secara Lampung.
topikal dapat menimbulkan iritasi kulit bahkan 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
tokisisitas sistemik. Oleh karena itu, 2010. Penetapan Kadar Asam Benzoat
penggunaan produk obat panu secara topikal dan Asam Salisilat Dalam Sediaan Salep.
perlu diperhatikan dengan baik dan benar Departemen Kesehatan Republik
untuk menghindarkan tubuh kita dari efek Indonesia. Jakarta.
negatif yang tidak diinginkan. 3. Day R.A. Jr; Underwood. 1998. Analisa
Kimia Kuantitatif Edisi VI. Erlangga.
KESIMPULAN Jakarta.
Dari hasil penelitian penetapan kadar 4. DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia
asam benzoat dan asam salisilat pada obat Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
panu sediaan cair (tingtur) yang beredar di Indonesia. Jakarta.
Pasar Tengah Bandar Lampung dengan metode 5. Gandjar, Ibnu Gholib; Rohman, Abdul.
alkalimetri dan spektrofotometri UV-Visible 2012. Analisis Obat Secara
dapat disimpulkan sebagai berikut : Spektrofotometri dan Kromatografi.
1. Dari semua sampel obat panu sediaan cair Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
(tingtur) yang diperiksa memiliki 6. Jia-chi, Hu; Jing-zhang, Mu Rong. 2006.
kandungan asam benzoat yang sesuai Determination Of Iodine Content In
dengan kadar yang tertera pada etiket Povidone Iodine By HPLC. Guangzhou
(4%) serta memenuhi kadar optimal asam Institute for Drug Control. Guangzhou.
benzoat sebagai zat antifungi yaitu kurang 7. Katzung, G. Bertram. 1998. Farmakologi
lebih 6%. Dasar dan Klinik Edisi IV. Penerbit Buku
2. Dari semua sampel obat panu sediaan cair Kedokteran EGC. Jakarta.
(tingtur) yang diperiksa untuk sampel A 8. Lau-Cam, C.A.; Roos, R.W. 1998. High
memiliki kandungan asam salisilat yang Performance Liquid Chromatographic
sesuai dengan kadar yang tertera pada Method For Assay Of Undecylenic Acid
etiket (4%) dan sampel B tidak memenuhi and Undecylenates in Pharmaceutical
kadar pada etiket (10%) namun masih Products After Conversion to 4’-
memenuhi kadar optimal asam salisilat Nitrophenacyl Esters. College of
sebagai zat keratolitik yaitu 3-10%. Pharmacy and Allied Health Profession
St. John’s University. Jamaica.
SARAN 9. Mursyidi, A. 2008. Analisis Volumetri
Dari hasil penelitian diatas, maka dan Gravimetri. UGM Press. Yogyakarta.
disarankan : 10. Schulman, G.S.; Vogt, S. Brian. 1991.
1. Untuk konsumen : sebaiknya dalam Analisa Farmasi Metode Modern.
memilih obat panu perlu memperhatikan Airlangga University Press. Surabaya.
komposisi zat-zat yang terkandung di

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016


Analisa Asam Benzoat Dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu Sediaan Cair 59

11. SI Ker Nas. 2011. Asam Benzoat (Benzoic 14. Tan, H.T. & Rahardja, Kirana. 2002.
Acid). Badan Pengawas Obat dan Obat-Obat Penting; Khasiat, Penggunaan
Makanan RI. Jakarta. dan Efek-efek Sampingnya. PT. Elex
12. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Media Komputindo. Jakarta.
Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit 15. Weimao, Wang; Zhigang, Ruan. 2007.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Determination Of Phenol In Compound
13. Sulistyaningrum, S. Katon dkk. 2012. Menthol Spirit With UV
Penggunaan Asam Salisilat dalam Spectrophotometry. Zhoushan Institute for
Dermatologi. J Indon Med Assoc, Volum: Drug Control. Zhoushan.
62, Nomor: 7, Juli 2014.

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 2, April 2016

Anda mungkin juga menyukai