Anda di halaman 1dari 13

Antibiotik Penghambat Sintesis Protein

Penghambatan sintesis protein adalah berupa  penghambatan dari proses translasi dan
transkripsi material genetic mikroorganisme. Menghambat atau melambat sintesis protein
berarti mengurangi akumulasi protein salah dilipat dalam sel, yang mengurangi stres pada sel
dan memungkinkan sintesis protein untuk kembali normal. Sintesis protein dapat dihambat
oleh antibiotik seperti Klindamisin, Tetrasiklin, Spektinomisin, Khloramfenikol, Neomisin,
Streptomisin, Kanamisin, Eritromisin, Oleandomisin, Tilosin dan Linkomisin.

1. 1.            TETRASIKLIN

Struktur Protein Tetrasiklin

Tetrasiklin umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan bakteri yang berspektrum luas.
Antibioik ini memiliki mekanisme masuk ke dalam sel bakteri yang diperantai oleh transport
protein. Tetrasiklin dapat melakukan pengikatan ke subunit 30s ribosom dengan menghambat
amino asil-tRNA mRNA sehingga menghambat sintesis protein. Faktor penghambat
penyerapan tetrasiklin adalah Makanan (kecuali dosisiklin dan minosiklin), pH tinggi,
pembentukan kompleks dengan Ca+, Mg 2+, Fe2+, Al 3+ yang terdapat dalam susu dan
antacid. Golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin diisolasi dari
Streptomyces aureofaciens. Kemudian oksitetrasiklin berasal dari Streptomycesrimosus.
Tetrasiklin dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin. Golongan tetrasiklin termasuk
antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika
golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari spesies Streptomyces lain.

Mekanisme Kerja Tetrasiklin

1. Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja


dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi
aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka
antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya
komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino ribosome complex, sehingga
menghambat pembentukan sintesa protein dan bakteri tidak dapat berkembang biak.

Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap
kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika
Tetrasiklin. Spektrum Antibiotik Tetracyclines merupakan antibiotik spekturm luas.
Tetracyclines juga efektif terhadap organisme lain selain bakteri. Tetracyclines bersifat
bakteriostatik danmerupakan obat pilihan untuk infeksi yang disebabkan batang Gram (+)
(corinebacteriumacnes), batang Gram (-) (H.influenza, V. cholera), enterobacteriaceae,
chlamydia sp.,spirochaeta, mycoplasma pneumonia.C.

Resistensi

Resistensi yang meluas terhadap tetracylines membatasi penggunaan kliniknya.Organisme


yang resisten terhadap salah satu obat tetracyclines berarti resisten terhadap semua golongan
tetracyclines. Sebagian besar staphylococci penghasil penicillin sesekarang tidak sensitif
terhadap tetracyclines.

Efek samping obat

 Nyeri ulu hati, sering disebabkan iritasi mucosa gaster. Hal ini dapatdiatasi jika obat
dimakan dengan makanan.
 Klasifikasi jaringan ; penumpukan di tulang dan gigi primer terjadi saat proses
klasifikasi jaringan pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Halini menyebabkan
diskolorisasi dan hipoplasia gigi. Penggunaan padawanita hamil dan anak kurang dari
8 tahun harus dihindari.
 Hepatotoksik ; terjadi pada pemberian tetracyclines dengan dosis yangtinggi, terutama
jika terdapat riwayat pyelonephritis.
 Phototoxic ; terjadi ketika pasien yang menkonsumsi tetracyclines terpapar sinar
matahari atau sinar UV. Toksisitas ini sering ditemukan jikadikonsumsi dengan
doxycycline dan demeclocycline.

2.         KLORAMFENIKOL

      Struktur kimia kloramfenikol

Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan antibiotik berspektrum luas.


Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12Cl2N2O. Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 5Os dan menghambat asam
amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase.. Pada konsentrasi tinggi
kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Mekanisme antibiotik ini
adalah dengan menghambat sintesis protein kuman.
FARMAKODINAMIK

v  Mekanisme: menghambat sintesis protein kuman.

v  Kloramfenikol+ribosom sub unit 50s ≠enzim peptidiltransferase ≠ ikatan peptida pada


proses sintesisprotein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifatbakteriostatik.

v  masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi.

v  Kloramfenikol ikatan antara tRNA dengan acceptorsite dari sub unit ribosom 50S ≠
interaksi antara peptidyltransferase dengan substrat asam amino danpembentukan ikatan 
peptida≠sintesis protein danpertumbuhan bakteri.

1. A.     Mekanisme kerja

Chloramphenicol mengikat ribosom bakteri sub unit 50s dan menghambat sintesa protein
pada reaksi transferase peptidil.B.

1. B.      Spektrum Antibiotik

Chloramphenicol adalah antibiotik spektrum luas, yang aktif tidak hanya terhadap bakteri
tetapi juga terhadap microorganisme lain, seperti rickettsiae.

1. C.      Resistensi

Resistensi berhubungan dengan ketidakmampuan antibiotik untuk melakukan penetrasi ke


dalam tubuh organisme. Perubahan dalam permeabilitas ini menjadi dasar terjadinya
resistensi multidrug.

Mekanisme resistensi : inaktivasi obatoleh asetil trensferase yangdiperantarai oleh factor R.


Resistensiterhadap P. aeruginosa, Proteus dan Klebsiela terjadi karena
perubahanpermeabilitas membran yangmengurangi masuknya obat ke dalamsel bakteri.

Efek samping obat

1.Anemia; anemia hemolitik terjadi pada pasien-pasien dengan kadar enzim glukosa6-fosfat
dehidrogenase.2.Grey baby syndrome; efek samping ini terjadi pada neo-natus jika dosis
yangdiberikan berlebih. Ditandai dengan poor feeding yang dilanjutkan dengan terjadinya
cyanosis dan kematian.

3.         AMINOGLIKOSID
Semua anggota aminoglikosida diketahui menghambat sintesis protein bakteri dengan
mekanisme yang ditentukan untuk streptomisin. Aminoglikosid bersifat bakterisidal yang
terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik. Sedang aktifitas terhadap
mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali.

Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara:

1.      Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide

2.      Agen-agen ini menginduksi salah baca mRNA, yang mengakibatkan penggabungan


asam

amino yang salah ke dalam peptide, sehingga menyebabkan suatu keadaan nonfungsi atau

toksik protein

3.      Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi monosom


fungsional.

Termasuk golongan obat ini ialah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin,
tobramisin, netilmisin dan sebagainya. Pengaruhnya menghambat sintesis protein sel mikroba
dengan jalan menghambat fungsi ribosom. Pada umumnya obat golongan ini mempunyai
reaksi toksik berupa ototoksik dan nefrotoksik.

Berikut adalah golongan aminoglikolisid:

 Neomysin

Neomysin merupakan antibiotik berspektrum luas dan bersifat bakterisidal serta peka
terhadap bakteri gram negatif. Mikroorganisme yang rentan biasanya dihambat oleh
konsentrasi 5 hingga 10 µg/ml atau kurang. Spesies gram negatif yang sangat peka adalah
E.coli, Enterobacter erogenes dan Proteus vulgaris. Mikroorganisme gram positif yang dapat
dihambat meliputi S. aureus dan M. tuberculosis. Neomysin sulfat (MYCIFRADIN) tersedia
untuk penggunaan topikal dan oral.

 Kanamisin

Kanamisin dalam mekanismenya memiliki kepekaan terhadap bakteri gram negative.


Antibiotik ini hampir merupakan obat kuno yang indikasi penggunaannya sedikit, kanamisin
digunakan untuk mengobati tuberculosis dalam kombinasi dengan obat-obat efektif lainnya.
Karena terapi penyakit ini sangat lama dan melibatkan pemberian dosis obat total yang tinggi
disertai resiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas kanamisin digunakan hanya untuk mengobati
pasien yang terinfeksi mikroorganisme yang telah resisten terhadap obat-obat yang lazim
digunakan.

 Streptomysin

Streptomisin bersifat bakterisidal yang berikatan dengan komponen ribosom 30s dan
menyebabkan kode pada mRNA, dan salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein.
Antibiotik ini bersifat peka terhadap bakteri gram negatif. Akibatnya akan terbentuk protein
yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Streptomysin saat ini digunakan untuk
pengobatan infeksi yang tidak lazim, pada umumnya dalam bentuk kombinasi dengan
senyawa antimikroba yang lain. Streptomisin diperoleh dari streptomyces griseus oleh
Waksman (1943) dan digunakan untuk pengobatan tubercolosis.

1. A.     Mekanisme kerja

Semua obat golongan aminoglycosides dapat menghambat pembentukan protein bakteri.


Organisme yang rentan memiliki oxygen dependent system yang membawaantibiotik
melewati membran sel. Antibiotik diikat oleh 30S ribosomal sub unit yang berperan dalam
fungsi ribosome apparatus atau menyebabkan 30S sub unit ribosome salah membaca kode
genetik.B.

1. B.      Antebacterial Spectrum

Semua obat golongan aminoglycosides bersifat bactericidal. Obat golongan iniefektif


terhadap organisme aerobic. Kuman anaerob memiliki oxygen transport yang sedikit.
Streptomycin sering digunakan untuk M.tuberculosis, plaque, tularemi.Kombinasi dengan
penicillin digunakan untuk pengobatan endokarditis yang disebabkanoleh strep.viridae.
Empat jenis obat yang sering digunakan adalah amikacyn, gentamicin,trobramycin, dan
streptomycin untuk infeksi yang disebabkan oleh anterobacteriaceaedan basil Gram (-).C.

1. C.      Resistensi

Resistensi dapat terjadi karena tiga hal :1.Penurunan pengambilan; tidak adanya oxygen
dependent transport system untuk aminoglycosides.2.Kurangnya reseptor; ribosomal 30s sub
unit memiliki afinitas yang rendahterhadap aminoglycosides.3.Modifikasi enzim; plasmid
yang membawa R.factor yang mengkode pembentukan enzim (contoh: asetil transferase,
nucleotidyltransferase dan phosphotransferase) merubah dan menginaktifkan antibiotik
aminoglycosides.Setiap tipe enzim memiliki spesifikasi tersendiri terhadap substrat
antibiotik:netilmicin dan amikacin tidak terlalu rentan terhadap enzim in dibandingantibiotik
lain dalam group ini.

Efek samping obat

 ototoksik; berhubungan langsung dengan kadar dalam plasma yang tinggidan lama
terapi. Efek samping ini mungkin irreversible terutama jika pasien diberi obat lain
yang bersifat ototoksik seperti furosemid
 Nefrotoksik
 Paralisis Neuromuskuler; efek samping ini sering terjadi setelah pemberian
intraperitonial atau intrapleural dengan dosis tinggi.Kontraindikasi untuk pasien
dengan myasthenia gravis.-Reaksi alergi; dermatitis kontak sering terjadi akibat reaksi
tubuh terhadapneomycin topikal.

4.      ERITROMISIN

Struktur kimia eritromisin


Eritromisin yang bersifat bakteriostatik ini berikatan dengan ribosom 50s dan menghambat
tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Antibiotik ini memiliki sifat lebih
peka terhadap bakteri gram positif Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang
karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.
Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama mempunyai cincin
lakton yang besar dalam rimus molekulnya. Eritromisin efektif baik untuk kuman gram
positif maupun gram negatif. Antibiotika ini dihasilkan oleh Streptomyces erythreus dan
digunakan untuk pengobatan akne.

1. A.     Mekanisme Kerja

Sintesis protein bakteri dihentikan setelah erythromycin berikatan secarairreversible dengan


ribosom bakteri sub unit 50s. Hal ini menghambat translokasi sintesis protein. Erythromycin
bersifat bakterisid.B.

1. B.      Spektrum Antibiotik

Erythromycin efektif melawan organisme seperti halnya penicillin g.Erythromycin digunakan


pada pasien yang alergi terhadap penicillin.C.

1. C.      Resistensi

Resistensi terhadap erythromycin merupakan masalah klinis yang serius.Contohnya banyak


strain staphilococci dalam isolasi rumah sakit resisten terhadap obatini. Resistensi terjadi
karena ketidakmampuan organisme untuk menyerap antibiotik dan penurunan afinitas
ribosomal sub unit 50s untuk mengikat antibiotic.

Efek samping obat

 Nyeri ulu hati-Cholestatic jaudice-Ototoksik (penggunaan dalam dosis tinggi)


 Kontraindikasi; pasien-pasien dengan disfungsi hepar.
Antibiotik berasal dari dua kata Yunani, yaitu ‘anti’ yang berarti ‘melawan’ dan ‘bios’ yang
berarti ‘hidup’.

Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi.

Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan
manusia sejak tahun 1930-an.

Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus, seperti flu,
pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkhitis, dll.

Antibiotik yang dipergunakan untuk mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan
tubuh.

Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya,
terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik.

Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis
yang sama.

Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter
sebelum mengambil antibiotik.

Penisilin, sebagai antibiotik pertama, ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming
dari kultur jamur.

Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang digunakan dokter untuk menyembuhkan
infeksi ringan sampai parah.

Berbagai Jenis Antibiotik

Dari 100 zat antibiotik yang diproduksi secara alami dan sintetis, sangat sedikit yang telah
terbukti aman dan efektif.

Ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah satunya adalah dengan
mengklasifikasikan antibiotik berdasarkan efek pada bakteri.

Namun, dalam artikel ini kita akan melihat klasifikasi antibiotik berdasarkan pada struktur
kimianya.

Jenis ntibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut:

– Penisilin (Penicillins)
– Sefalosporin (Cephalosporins)
– Aminoglikosida (Aminoglycosides)
– Makrolid (Macrolides)
– Sulfonamida (Sulfonamides)
– Fluoroquinolones
– Tetrasiklin (Tetracyclines)
– Polipeptida (Polypeptides)

1. Penisilin (Penicillins)

Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri
saat bakteri sedang dalam proses reproduksi.

Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V,
ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin.

Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata,
telinga, saluran pernapasan, dll.

Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau
demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.

Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya.

2. Sefalosporin (Cephalosporins)

Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri
selama reproduksi.

Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati
dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.

Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan
sebagai alternatif.

Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan
besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga.

Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.

3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)

Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri.

Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara
lain untuk mengobati tifus dan pneumonia.

Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin
tahan terhadap antibiotik ini.

Aminoglikosida juga diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin.

Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi


melemahkan ginjal dan fungsi hati.
4. Makrolida (Macrolides)

Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri.

Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati
pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.

Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk
mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll.

Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida.

Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.

5. Sulfonamida (Sulfonamides)

Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada
ginjal.

Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah
satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.

6. Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan


sintesis DNA bakteri.

Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara
oral.

Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih dan saluran pernapasan.

Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini
tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak.

Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll

7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan polipeptida (polypeptides)

Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi
seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll.

Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat
memperburuk masalah.

Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja.

Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti
kerusakan ginjal dan saraf.[
Antibiotik: mekanisme cara kerja dan klasifikasinya
 24.September.undefined

Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen
penginfeksi.[1] Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi mengingat
kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya.[2] Namun pemilihan obat yang sesuai
dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan
menghindari timbulnya resistansi agen penginfeksi.[3]

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri.[4] Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang
bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri
dan fungi.[5] Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1.   Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2.   Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun
dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu
mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat
dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:[6]

1.      Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin,
Oxasilin.

a)      Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-
transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang
mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan
Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar
(outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu
menembus dinding peptidoglikan.[7]

b)      Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan


antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-
penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus.
Namun karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan
telah membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin
tetap digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
c)      Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding sel.
Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk
bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri
gram negatif.

d)     Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Normalnya
sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang akan berikatan
dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan peptidoglikan. Namun
keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya sehingga sintesis dinding
peptidoglikan menjadi terhambat.[8]

e)      Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding


peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan
gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga
membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram
negatif.[9]

f)       Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal
yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan
Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)
terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.

g)      Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih
luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.

2.      Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid, Lincosamides,
Metronidazole.

a)      Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri


dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga
dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.[10] Quinolone lazim
digunakan untuk infeksi traktus urinarius.

b)      Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara
berikatan dengan β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNA
dan pada akhirnya sintesis protein.[11] Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies
Mycobacterum.

c)      Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam
tipus.
d)     Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S  dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari
golongan Lincosamides adalah Clindamycin.

e)      Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek
menghambat sintesis DNA.

3.      Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin,
Oxytetracycline.

a)      Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan


bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan
menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini
bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal.
Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya
infeksi.[12] Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan
Haemophilus.

b)      Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan


antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis
protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.

c)      Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit


ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom,
sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein.[13] Namun antibiotik jenis ini
memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap
ginjal dan hati.

d)     Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein


dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.

4.      Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan
Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga
mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.[14]

5.      Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam golongan
ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.

a)      Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif
terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS).[15] Dengan dihambatnya enzim DHPS ini
menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri.[16] Tetrahidrofolat
merupakan bentuk aktif asam folat[17], di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran
biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein.
[18] Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis.
b)      Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan
metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan
menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah
dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).

c)      Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purin-


antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri dengan
cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu
pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.[19]

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta jenis antibiotik yang
diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis yang kurang efektif atau dosis
yang tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan mati melainkan mengalami
mutasi atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai