Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Aborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat dan menjadi
perbincangan di berbagai kalangan masyarakat, di banyak tempat dan di
berbagai negara, baik itu di dalam forum resmi maupun forum-forum non-
formal lainnya. Sebenarnya, masalah ini sudah banyak terjadi sejak zaman
dahulu, di mana dalam penanganan aborsi, cara-cara yang digunakan meliputi
cara-cara yang sesuai dengan protokol medis maupun cara-cara tradisional,
yang dilakukan oleh dokter, bidan maupun dukun beranak, baik di kota-kota
besar maupun di daerah terpencil.

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan


dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan
eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan
dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan
kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari
berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari Aborsi?
2. Apa saja macam dari Aborsi?
3. Bagaimana hukum abrosi dalam KUHP?
4. Bagaimana abortus dalam indikasi medic menurut UU No.36 Tahun 2009?
5. Bagaimana Pandangan Umum terhadap abortus ?
6. Bagaimana cara membedakan abortul legal dan illegal?
7. Bagaimana contoh studi kasus abortus?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Aborsi.
1
2

2. Untuk mengetahui macam dari Aborsi.


3. Untuk mengatahui hukum abrosi dalam KUHP.
4. Untuk mengetahui indikasi medis menurut UU No.36 tahun 2009.
5. Untuk mengetahui pandangan tentang abortus menurut umum.
6. Untuk mengetahui mana abortus legal dan abortus illegal.
7. Untuk mengetahui contoh studi kasus tentang abortus.
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal.
2. Memberikan wawasan atau pengetahuan baru serta menjadikan
acuan pembelajaran dalam lingkup mahasiswa.
3. Sebagai bahan diskusi dalam tugas mata kuliah.
4. Sebagai tambahan referensi bagi tugas-tugas yang berkaitan dengan
makalah ini.

1.4.2 Bagi Pembaca


Menjadikan sumber referensi bagi pembaca topik pembahasan
yang termuat dalam isi makalah.
3

BAB 2
ISI
2.1 Definisi Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah
20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Aborsi adalah tindakan untuk mengakhiri kehamilan dengan pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Itu merupakan
pengertian aborsi secara medis atau dalam ilmu kedokteran. Aborsi juga dalam
pengertian negatif didefinisikan sebagai pengguguran kandungan secara
sengaja karena tidak menginginkan janin tersebut (biasanya sering terjadi pada
wanita yang hamil diluar nikah).
Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu.
Menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.
Menurut Holmer, abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu
ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.
Dari beberapa defisini diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian aborsi
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup
di luar kandungan/kehamilan yang tidak dikehendaki atau diinginkan.
2.2 Macam-macam Aborsi
Di kalangan ahli kedokteran dikenal tiga macam abortus (keguguran
kandungan) yakni :
1)      Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
2)      Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
3)      Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

3
4

Aborsi spontan (Alamiah) berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan


disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dari istri ataupun sel
sperma dari suami. Sedangkan Aborsi buatan (Sengaja) merupakan
pengakhiran kehamilan sebagai suatu akibat dari tindakan yang disengaja dan
disadari oleh calon ibu ataupun si pelaksana aborsi (pelaksana dalam hal ini
dokter, bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik (Medis) adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang
parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
2.3 Pandangan umum tentang abortus buatan
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum,
sosial dan ekonomi memberikan pandangan yang berbeda terhadap
dilakukannya abortus buatan. Ahli agama melihatnya dari kaca dosa dan
mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan adalah perbuatan dosa.
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan
ekonomi tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya
pengguguran kandungan. Pada umumnya para ahli tersebut menentang
dilakukannya abortus buatan meskipun jika berhadapan dengan masalah
kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat memahami dilakukannya
abortus buatan.
Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya
setiap negara memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus
buatan meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak. Kita lihat saja
misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja
digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d
249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
5

upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu. Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan
abortus buatan dapat merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa
merupakan tindakan ilegal yang dibenarkan undang-undang.
2.4 Hukum Aborsi dalam KUHP
Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus
Provocatus Criminalis ”
Yang menerima hukuman adalah : 
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 
3. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah :
a. Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga milyar rupiah.
2.  Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga. 
3.  Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
b. Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
c. Pasal 342 
6

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
d. Pasal 343 
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
e. Pasal 346 
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun. 
f. Pasal 347 
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun. 
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
g.  Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan. 
2.  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
h. Pasal 349 
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
7

dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
2.5 Abortus dalam indikasi medis
Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia, No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
1. Pasal 75
dinyatakan sebagai berikut:
(1). Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2).  Larangan pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin yang menderita penyakit genetik
beratdan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan
(3)   Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dpt dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang
(4)   Tindakan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah
1. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan :
1. Sebelum kehamilan berumur 6 muinggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri
3. Dengan persetujuan ibu hamil yg bersangkutan
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan dan
5. Penyedia layanan kesehatan yg memenuhi syarat yg ditetapkan oleh
menteri
8

2. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pasal 194 (ketentuan pidana)
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) terpidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denta paling banyak
Rp1.000.000.000,00 ( satu milyar rupiah)

Aborsi Di Indonesia diatur oleh:


1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) – dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan
melanggar hukum.  Sampai saat ini masih diterapkan.
2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan – dalam
kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi).  Sampai
dengan saat ini masih diterapkan.

2.6 Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan Proses
Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara
abortus buatan legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan
yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15
UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yakni harus memenuhi anasir
sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan;
9

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau


keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika anasir-anasir tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka
abortus yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal.
Persoalannya adalah bagaimanakah membuktikan bahwa anasir-anasir
terpenuhi atau tidak? Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-
kasus abortus buatan yang sampai pada tahap penyidikan. Hal ini antara lain
disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun yang membantu
melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat) untuk
saling tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri
sendiri. Meskipun bukan delik aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat
penyidik sangat sulit untuk mengetahui adanya praktek abortus buatan
tersebut.
2.7 Studi Kasus
2.7.1 Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah
maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan.Akan tetapi alasan yang
paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi
buatan / sengaja).
1. Terlalu banyak anak
Yang berkeinginan untuk aborsi justru yang sudah menikah karena
sudah punya banyak anak.Yang anaknya banyak ini yang kita
perjuangkan.Kita akan memberikan konseling terlebih dahulu agar si ibu
mengerti dan tidak mencoba-coba aborsi yang tidak aman," jelas Inne.
2.      Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan
dilakukan abortus lagi penyebabnya yang  lainnya masih banyak, seperti calon
ibu yang memiliki penyakit berat hingga takut bila ia melahirkan anaknya,
anaknya akan tertular penyakit pula, ada juga masalah ekonomi  banyak anak
banyak pengeluaran dan lain sebagainya.
10

3.      Anak masih kecil


Wanita menikah juga banyak yang ingin menggugurkan kandungan
karena alasan anak masih kecil.Hal ini biasanya terjadi karena alat kontrasepsi
gagal berfungsi sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
4.      Hamil di umur yang terlalu tua
Kehamilan di usia tua sebenarnya dapat membahayakan nyawa si ibu,
bahkan kondisi ini turut menyumbang tingginya angka kematian ibu. Terlebih
lagi bila ibu yang usianya sudah tidak muda ingin melakukan aborsi dengan
cara yang tidak aman.
5.      Tidak siap jadi ibu
Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya informasi yang
didapatkan oleh remaja. Banyak remaja yang masih menganggap bahwa
melakukan hubungan seksual pertama kali tidak dapat menyebabkan
kehamilan. Akhirnya ketika kehamilan yang tidak diinginkan terjadi, ia tidak
siap untuk menjadi ibu.
6.      Masih sekolah
Sebenarnya menurut studi kami remaja itu tidak sampai 20 persen.Ada
yang alasannya karena masih sekolah, tapi tidak terlalu banyak dibandingkan
dengan wanita menikah yang karena kegagalan konstrasepsi," jelas Inne.
7.      Mementingkan karir
Terkadang karir juga menjadi alasan wanita menggugurkan
kandungan. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi alasan terikat
kontrak kerja, tidak ingin disibukkan dengan anak atau ingin meraih karir
yang tinggi juga menjadi alasan wanita melakukan aborsi.
Terdapat pula alasan lainnya yaitu medis, seperti:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Terjadi sebelum kehamilan 8
minggu. Penyebab kelainan ini : kealianan kromosom/genetika,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau
kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti
radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol dan infeksi virus.
11

b. kelainan pada plasenta. Berupa gangguan pembentukan pembuluh darah


pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
c. factor ibu berupa penyakit kronis seperti, radang paru, tifus, anemia
berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
d. kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada
mulut rahim, kelainan bentuk rahim. Mioma uteri dan kelainan bawaan
pada rahim.
2.7.2 Paparan Kasus
A. Contoh Kasus Aborsi
Mahasiswi Aborsi Memakai Pil Sakit Kepala
TERNATE, KOMPAS.com — Warga Kota Ternate Utara, Kamis
(3/5/2012), dibuat heboh dengan kasus aborsi yang dilakukan seorang
mahasiswi di salah satu Universitas ternama di Ternate berinisial IK. IK
diketahui merupakan anak seorang pegawai di Kementerian Agama
Kabupaten Pulau Morotai. IK diketahui hamil bersama kekasihnya J yang
juga sebagai salah satu mahasiswa di Universitas berbeda di Ternate.
Keduanya langsung dibekuk polisi ke Mapolres Ternate, Kamis. Di
hadapan penyidik, J mengisahkan, awalnya dia mengajak IK untuk
menikah lantaran mengetahui kekasihnya hamil dua bulan. Namun, IK
yang mengaku takut kepada keluarganya memilih menggugurkan
kandungan dengan meminum pil sakit kepala yang dicampur dengan
minuman bersoda. Namun, diduga IK tidak hanya mengaborsi sendiri
dengan cara meminum obat sakit kepala dicampur minuman bersoda.
“Waktu saya datang ke rumahnya, semua sudah bersih (sudah diaborsi),”
ungkap J. Karena takut, J lantas menguburkan ari-ari janinnya di belakang
rumah IK di Akehuda, Ternate Utara. Sepulang dari kampus, J lantas
mengambil janin yang masih di rumah IK, lalu dibawa ke Bula, Ternate
Utara, untuk dibuang ke pantai. Warga sekitar baru mengetahuinya pada
Selasa (1/5/2012), meski hanya segelintir orang. Warga makin heboh saat
aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. J dan IK bahkan sempat
12

menjadi amukan beberapa anggota keluarganya. Petugas polisi baru


mengetahuinya pada Kamis ini, dan langsung membekuk keduanya ke
Mapolres Ternate. “Kita belum bisa berikan keterangan karena masih
dalam penyelidikan,” ucap seorang penyidik. Untuk kepentingan
penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa ke rumah sakit guna menjalani
visum. “Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan itu janin atau ari-
ari,” tambah petugas penyidik tersebut.
B. Solusi Kasus Aborsi di Atas
1. Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan
atas dasar malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran
dokter karena janin memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si
ibu. Selain itu, proses aborsi yang dilakukan pun tidak sesuai bidang
kedokteran dengan meminum pil sakit kepala bercampur minuman
bersoda.
2. Berdasarkan asas etik kebidanan, kasus aborsi yang telah disebutkan di
atas diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang
dimiliki pelaku aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan
untuk melakukan aborsi tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah hak
dia. Tetapi, melanggar asas beneficience (berbuat baik / manfaat).
3. Karena kasus di atas bukanlah merupakan tindakan yang baik dan tidak
memberikan manfaat apa pun, sekalipun alasannya karena takut atau
malu atas janin yang dikandungnya pada keluarga dan orang lain.
4. Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi
kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan
pasangannya akan mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang
mendalam, dan/atau rasa bersalah (Perry&Potter, 2010).

C. Solusi Lain Dalam Kasus Aborsi


Selain solusi yang disebutkan diatas, berikut ini terdapat solusi lain
dalam beberapa kasus aborsi yang dapat dilakukan oleh masyarakat
maupun tenaga kesehatan:
13

1.        Dari pihak keluarga yang harusnya memperhatikan perkembangan


seorang anak dalam suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat
maupun di lingkungan sekolah.
2.        Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi
bagaimana agar para siswa mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang
menjurus ke sex bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah.
3.        Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan
suatu praktet untuk melakukan aborsi.
4.        Bidan harus menyampaikan informasi pelayanan yang akan dilakukan
secara lengkap kepada klien seperti prosedur, dampak dan akibat tindakan
yang dilakukan.
5.        Adanya rasa saling percaya antara bidan dengan klien.
6.        Dalam melakukan semua pelayanan bidan harus bekerja secara
kompeten dan sesuai dengan standar profesi.
7.        Bidan harus meningkatkan mutu pelayanan dengan cara mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
8.        Masyarakat harus bisa berfikir secara rasional dan mengkaji semua
pelayanan yang diberikan oleh bidan.
9.        Terjalinnya komunikasi yang baik antara bidan dengan klien.
10.    Keluarga harus berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan
tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
2.7.3 Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal Di Kalangan Tenaga
Kesehatan
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah
profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara
konsekuen dilakukan pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara
signifikan dapat dikurangi. Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang
pengguguran kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa moral dasar
yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter yang
berbunyi:
14

”Saya akan menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu
Abortus buatan dengan indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-
syarat berikut”:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin
disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi
profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di
instalasi
yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia
melakukan pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan
menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain
yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para
tenaga
kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya.
Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada
tuntunan agama.

BAB 3
PENUTUP
15

3.1 Simpulan
Aborsi dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja yang
saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Terdapat beberapa jenis
aborsi seperti aborsi spontan / alamiah, aborsi buatan/sengaja, dan aborsi
terapeutik/medis. Aborsi dapat terjadi karena beberapa alasan, yaitu: terlalu
banyak anak, riwayat kehamilan yang lalu, anak masih kecil, hamil di umur yang
terlalu tua, tidak siap jadi ibu, masih sekolah, mementingkan karir serta alasan
lainnya seperti kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta,
faktor ibu berupa penyakit kronis, kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu.
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil
pada kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada
kasus aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas
manfaat / berbuat baik) sebab aborsi ilegal bukan perbuatan baik dan dapat
membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut. Sehingga solusi yang dapat
dilakukan seperti bidan harus meningkatkan mutu pelayanan dengan cara
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan,
masyarakat harus bisa berfikir secara rasional dan mengkaji semua pelayanan
yang diberikan oleh bidan, terjalinnya komunikasi yang baik antara bidan dengan
klien, keluarga harus berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan tindakan
yang akan dilakukan oleh bidan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.

3.2 Saran
Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana yang dapat melakukan tindak
aborsi, dengan adanya kode etik diharapkan dalam melakukan setiap pelayanan
kepada klien yang ingin melakukan aborsi, sebaiknya tetap memperhatikan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta melihat dan
mempertimbangkan dalam memberikan tindakan aborsi tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai