AGAMA
TERHADAP
IBU NIFAS
DAN IBU
MENETEKI
Pengertian Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti
semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 – 8 minggu
atau dalam agama islam disebut 40 hari.(mochtar R, 1998 )
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
(Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122)
TUNTUNAN AGAMA terhadap ibu
nifas
1. Masalah Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena
melahirkan. Baik darah itu keluar bersamaan ketika proses
melahirkan, sesudah atau sebelum melahirkan, yang disertai
dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan. Jika
darah yang keluar tidak disertai rasa sakit, atau disertai rasa
sakit tapi tidak diikuti dengan proses kelahiran bayi, maka itu
bukan darah nifas. Selain itu, darah yang keluar dari rahim
baru disebut dengan nifas jika wanita tersebut melahirkan
bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang wanita
mengalami keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum
berwujud manusia, maka darah yang keluar itu bukan darah
nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit
(istihadhah) yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan
ibadah lainnya.
Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud
manusia adalah delapan puluh hari dimulai dari hari pertama
hamil. Dan sebagian pendapat mengatakan sembilan puluh
hari.Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud sradhiyallahu
‘anhu ,bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberitahukan kepada kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang benar dan yang mendapat berita yang
benar, “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah seperti itu pula, kemudian
menjadi mudhghah seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat
diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan
diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau
bahagianya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lanjutan...
Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang wanita
mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum masa
(minimal) itu, maka tidak dianggap sebagai nifas. Namun
jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan puasa.
Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan (bayi belum berbentuk manusia) maka ia
segera kembali mengerjakan kewajiban. Tetapi kalau
ternyata demikian (bayi sudah berbentuk manusia), tetap
berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu
kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab Syarhul Iqna’)
2. Persetubuhan (Jima’) Jima’ menurut bahasa adalah
mengumpulkan bilangan. Seperti ungkapan ungkapan
“mengumpulkan” perkara seperti ini, maksudnya telah
terkumpul bersamanya. Arti bahasa yang lain adalah
persetubuhan atau persenggamaan. ). Hukum persetubuhan
disaat sedang nifas adalah sebagai berikut : Suami haram
melakukan jima’ disaat istri sedang menstruasi atau nifas.
Ini sudah hukum dan ketentuan sah dari agama bahwa
wanita mengeluarkan darah menstruasi atau nifas tidak
boleh didekati dengan jima’. Firman Allah SWT: “Mereka
bertanya pada engkau (wahai Muhammad) mengenai
persoalan darah menstruasi, maka jawablah darah tersebut
merupakan kotoran, oleh karenanya hindarilah wanita-
wanita ketika dalam keadaan menstruasi, dan janganlah
kamu bersetubuh dengan mereka sampai mereka suci.
Lanjutan...
Manakala mereka sudah suci (kemudian melakukan mandi)
maka bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana
Allah memerintahkanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang ahli taubat dan ahli bersuci”. (QS. Al-
Baqarah: 222). Para ulama kemudian mengqiyaskan bahwa
tidak hanya mens saja melainkan wanita yang
mengeluarkan darah nifas yang keluar setelah melahirkan
juga wajib dijauhi seperti menjauhi tatkala mereka
menstruasi.
3.Kebersihan Mandi Setelah selesai nifas seorang
wanita diwajibkan untuk mandi wajib untuk
menghilangkan hadast besar (darah nifas)
tersebut dengan cara membasuh seluruh tubuh
mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki.
Fardhu Mandi
1. Niat : bersama-sama dengan mula-mula
membasuh tubuh. Lafadzh niat yang artinya : “Aku
niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast
besar fardhu karena Allah.”
2. Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni
meratakan air ke semua rambut dan kulit.
3. Menghilangkan najis.
Sunnat Mandi
1.Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh
tubuh.
2.Membaca basmallah pada permulaan mandi.
3.Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian
kanan daripada kiri.
4.Membasuh badan samapai tiga kali.
5.Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
6.Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi
disunnatkan berwudhu terlebih dahulu.
7.Ibadah Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat
fardhu maupun sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya
apabila suci. (Ibnu Hazm di dalam kitabnya al-Muhalla) Shalat
sebagaimana yang kita ketahui, sahnya juga suci dari hadast
besar. Cara menghilangkan hadast besar tersebut yaitu dengan
cara mandi wajib.
Pandangan Islam terhadap Makanan & Minuman
Termasuk ASI