Anda di halaman 1dari 9

AMONIUM SULFAT

AMMONIUM SULFATE

1. NAMA
Golongan
Garam anorganik

Sinonim / Nama Dagang (1,3,5)


Sulfuric acid diammonium salt (8CI,9CI); Actimaster AMS; Ammonium sulfate;
Ammoniumsulfate ((NH4)2SO4); Ammonium sulphate; Coaltrol LPA 40;
Diammonium sulfate; Diammonium sulphate; Dolamin; Liase; Nonnen R 999-10;
Para-Go; Sulfuric acid, diammonium salt; Tasker Clear; Actamaster; Mascagnite.

Nomor Identifikasi
Nomor CAS : 7783-20-2 (3,5,6,8)
Nomor RTECS : BS4500000 (4)
Nomor EC (EINECS) : 231-984-1(3)
UN : 1170 3/PG 3 (3)

2. Sifat Fisika Kimia


Nama Bahan
Amonium Sulfat
Deskripsi (1,3,5,7,8)
Kristal atau granula padat tidak berwarna hingga putih; Sedikit berbau amonia;
Rumus molekul (NH4)2SO4; Berat molekul 132,14; Titik didih 330oC pada 760
mmHg; Titik lebur 235-280 oC, 508-553 oK, 455-536 F (terdekomposisi); Kerapatan
1,77 pada 50oC (122F); Kelarutan dalam air 70,6 g/100 mL (0 oC), 74,4 g/100 mL
(20oC), 103,8 g/100 mL (100oC); Tidak larut dalam alkohol, aseton, dan amonia.
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya
Peringkat NFPA (Skala 0-4) (5) :
Kesehatan 2 = Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 0 = Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
Klasifikasi EC (3)
Xi = Iritan
Xn = Berbahaya
R 10 = Mudah menyala
R 22 = Berbahaya jika tertelan
R 36/37/38 = Iritasi pada mata, sistem pernafasan dan kulit
S 26 = Jika mengenai mata, bilas segera dengan sejumlah besar
air dan cari pertolongan medis

S 37/39 = Pakai/kenakan sarung tangan dan pelindung mata/wajah/


yang baik

3. Penggunaan (1,5,7,8)
Sebagai pupuk; untuk pengolahan air; desinfektan; bahan baku industri kimia,
industri tekstil, industri farmasi, industri kulit; reagen di laboratorium; untuk
pembuatan sutra; galvanisasi besi; digunakan pada fraksinasi protein; campuran
pembeku.

4. Identifikasi Bahaya
Resiko utama dan sasaran organ
Bahaya utama terhadap kesehatan: Menyebabkan iritasi mata, kulit, dan saluran
pernafasan (6).
Organ sasaran: Sistem pernafasan, mata, kulit (6).

Rute paparan
Paparan jangka pendek

Kontak dengan kulit (6)


Dapat berbahaya bila terabsorbsi melalui kulit. Menyebabkan iritasi kulit. Dapat
menyebabkan kemerahan pada kulit.
Kontak dengan mata (6)
Menyebabkan kemerahan, nyeri, dan iritasi mata.
Tertelan (6,8)
Dapat berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan nyeri kerongkongan, iritasi
gastrointestinal yang disertai mual, muntah dan diare.
Inhalasi (6)
Dapat berbahaya jika terhirup. Menyebabkan iritasi saluran pernafasan, kesulitan
bernafas, batuk, dan memicu serangan asma.

Paparan jangka panjang


Kontak dengan kulit (6)
Kontak berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis.
Kontak dengan mata (6)
Kontak berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan kerusakan mata
permanen.
Tertelan (10)
Berbahaya jika tertelan.
Inhalasi (6)
Kontak jangka panjang dapat menyebabkan kesulitan bernafas, batuk, dan
kerusakan paru-paru.

5. Stabilitas dan Reaktivitas


Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal (6).
Dijaga pada suhu di bawah 513oC (955F) (5)
Kondisi yang harus dihindarkan : Bahan tancampurkan, pembentukan debu,
pemanasan hingga terdekomposisi (6)
Tancampurkan : Klorat, nitrat, bahan pengoksidasi, basa,
logam alkali (6)
Bahaya dekomposisi (5,6) : Dapat menghasilkan oksida sulfur, nitrogen
(NOx), amonia (NH3), dan oksida karbon.
Polimerisasi : Tidak akan terpolimerisasi (6)
6. Penyimpanan (5,6,8,10)
 Simpan dalam wadah tertutup rapat
 Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi baik
 Hindarkan dari kerusakan fisik
 Hindarkan dari bahan-bahan tancampurkan
 Wadah bahan ini kemungkinan berbahaya ketika dikosongkan karena adanya
residu produk (debu, padatan)
 Perhatikan semua peringatan dan pencegahan yang tertera pada produk

7. Toksikologi
Toksisitas
Data pada hewan
(6) (6)
LD50 oral – tikus (mouse) 640 mg/kg ; LD50 oral – tikus (mouse) 4280 mg/kg ;
(6) (8)
LD50 oral – tikus (rat) 2840 mg/kg ; LD50 oral – tikus (rat) 3000 mg/kg ;
LD50 oral – tikus (rat) 4540 mg/kg (6)
Data karsinogenik
Tidak terdaftar oleh ACGIH, IARC, NTP, atau CA Prop 65 (6).
Data epidemiologi
Tidak tersedia informasi (6)
Data teratogenisitas
Tidak tersedia informasi (6)
Data reproduksi
Tidak tersedia informasi (6)
Data mutagenik
Tidak tersedia informasi (6)
Data neurotoksisitas
Tidak tersedia informasi (6)
Informasi Ekologi
Ekotoksisitas : LC50 kutu air (Daphnia magna) 423 mg/L selama 25 jam (6)
Lingkungan : Tidak tersedia informasi (6)
Fisik : Tidak tersedia informasi (6)
Lain-lain : Jangan dibuang ke saluran pembuangan air (6)

8. Efek Klinis
Keracunan akut
Kulit
Menyebabkan kemerahan dan iritasi pada kulit (6)
Mata
Menyebabkan kemerahan, nyeri, dan iritasi mata (6)
Tertelan
Menyebabkan iritasi gastrointestinal disertai mual, muntah, dan diare (6)
Inhalasi
Iritasi saluran pernapasan. Dapat memicu serangan asma (6)
Keracunan kronis
Kulit
Kontak berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis (6)
Mata
Kontak berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan kerusakan mata
permanen(6)
Tertelan
Berbahaya jika tertelan (10)
Inhalasi
Kontak jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (6)

9. Pertolongan Pertama
Kontak dengan kulit (6)
Segera basuh kulit dengan air yang banyak atau sekurangnya selama 15 menit.
Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cari pertolongan medis. Cuci
pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum digunakan
kembali.
Kontak dengan mata (6)
Segera basuh mata dengan air yang banyak minimal selama 15 menit dengan
sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah. Cari pertolongan medis.
Tertelan (6,10)
Jangan melakukan rangsang muntah. Jangan memberikan sesuatu melalui mulut
kepada orang yang tidak sadarkan diri. Cari pertolongan medis.
Terhirup(6)
Segera pindahkan pasien dari tempat paparan ke udara terbuka. Jika pasien tidak
bernafas, berikan pernafasan buatan. Jika mengalami kesulitan bernafas, berikan
oksigen. Cari pertolongan medis.

10. Penatalaksanaan (2)


Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin
pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan
cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit,
jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus
kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam.
Anak-anak: 200-300 µg/kg BB.

Dekontaminasi
a. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke
sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama
15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.

b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)


- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau
hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas
secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya
dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan
sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak
menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri


Batas paparan amonium sulfat belum terdaftar di ACGIH, NIOSH, dan OSHA –
Final PELS (6).
Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat untuk menjaga
paparan serendah mungkin. Dapat mengacu pada dokumen ACGIH,
Industrial Ventilation, A Manual of Recommended Practices yang
terbaru sebagai rincian (5).
Proteksi kulit: Gunakan pakaian pelindung termasuk sepatu bot, sarung tangan, jas
lab, dan pakaian kerja yang memadai, untuk mencegah paparan kulit
(5)
.
Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman dan/atau pelindung wajah penuh
untuk menghindari terkena debu atau percikan bahan. Sediakan
kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras
dekat dengan tempat kerja (5).
Respirator: Untuk kondisi penggunaan dimana terdapat paparan terhadap debu dan
kabut yang nyata serta bila teknik pengawasan tidak memadai,
dapat digunakan respirator partikulat (NIOSH tipe N95 atau
penyaring yang lebih baik). Jika terdapat partikulat minyak (misal
pelumas, cairan pemotong, gliserin, dll) dapat digunakan penyaring
NIOSH tipe R atau P. Untuk keadaan darurat dimana jumlah
paparan tidak diketahui, dapat digunakan respirator pemasok udara
yang dilengkapi masker wajah.
Peringatan: Respirator pemurni udara tidak melindungi pekerja
(5)
terhadap kondisi kekurangan oksigen di udara .

12. Manajemen Pemadam Kebakaran

Kebakaran: Tidak dianggap menimbulkan bahaya kebakaran. Gas amonia yang


mudah terbakar dapat dilepaskan dalam kebakaran (5).

Ledakan: Dapat meledak jika tercampur dengan bahan pengoksidasi, seperti kalium
nitrat, kalium nitrit, dan kalium klorat (5).

Media pemadam kebakaran: Gunakan bahan yang paling sesuai untuk


memadamkan kebakaran di sekitarnya. Semprotan air dapat digunakan untuk
(5)
menjaga wadah yang terbakar tetap dingin .

Informasi khusus: Pada kejadian kebakaran, gunakan pakaian pelindung lengkap


dan alat pernafasan mandiri yang direkomendasikan oleh NIOSH, yang dilengkapi
penutup wajah penuh yang dioperasikan dengan modus tekanan atau yang
memerlukan tekanan positif lain (5).

13. Manajemen Tumpahan


Tumpahan/kebocoran: Gunakan vacuum atau sapulah tumpahan bahan, lalu
tempatkan dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan. Hindarkan kondisi yang
memicu terbentuknya debu. Sediakan ventilasi. Hindarkan terjadinya pencemaran
lingkungan (6).

14. Daftar Pustaka


1. Susan Budavari. 1996. The Merck Index. 12th edition. Merck & Co, Inc. New
York. p. 94.
2. Sentra Informasi Keracunan. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
untuk Rumah Sakit. Jakarta. Hal. 21-22.
3. http://www.lookchem.com/cas-778/7783-20-2.html (Diunduh Maret 2011)
4. http://www.chemcas.org/chemical/msds/cas/6_9/61000-130.asp (Diunduh
Maret 2011)
5. http://www.hvchemical.com/msds/amsu.htm (Diunduh Maret 2011)
6. http://avogadro.chem.iastate.edu/MSDS/%28NH4%292SO4.html (Diunduh
Maret 2011)
7. http://shiliou01.en.made-in-china.com/product/xqkESPJjCvcX/China-
Ammonium-Sulfate-CAS-No-7783-20-2.html (Diunduh Maret 2011)
8. http://www.chemcas.com/material/cas/archive/7783-20-2_v3.asp (Diunduh
Maret 2011)
9. http://www.jtbaker.com/msds/englishhtml/a6192.htm (Diunduh Maret 2011)
10. http://www.sciencestuff.com/msds/C1254.html (Diunduh Maret 2011)

Disusun oleh:
Sentra Informasi Keracunan Nasional
Bidang Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan
Badan POM RI, Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai