Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

DENGAN MASALAH PERDARAHAN


POST PARTUM

DOSEN : Ns. TITI ASTUTI,S.Kep.,M.Kes.,Sp.Mat

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 15

SELVI ANDRIANI 1814401060


RINI PUTRI ANISA 1814401091

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan Kperawatan dengan judul “Post Partum
Dengan Masalah Perdarahan“ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin sebagaimna sesuai materi yang
terdapat dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas. Materi tersebut diambil dari berbagai
sumber referensi buku dari beberapa para ahli dalam bidang Keperawatan Maternitas dan
modul keperawatan.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya dan dapat membantu kita dalam memahami pembelajaran mengenai mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan
agar dalam pembuatan makalah berikutnya lebih baik.

Penulis

Kelompok 15

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah…................................................................................................... 1

1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi..........................................................................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................................................3
2.3 Manifestasi klinis...........................................................................................................5
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................5
2.5 Penatalaksanaan……………………………………………………………………….6
2.5 Gejala klinik..................................................................................................................7
2.6 Komplikasi.....................................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan diagnostik.................................................................................................9
2.8 Pemeriksaan fisik...........................................................................................................9
2.9 Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum……………………………………….10
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................16

3.2 SARAN ....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan
berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau
keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000
wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam
waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang
bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat
datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut
Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43%
dari angka tersebut disebabkan oleh  perdarahan post partum.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik.
Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi
traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun
terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post
partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus
genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian pada perdarahan post partum?
2. Bagaimana merumuskan masalah dan membuat diagnose keperawatan pada klien perdarahan post
partum?
3. Bagaimana perencanaan pada klien perdarahan post partum?
4. Bagaimana melaksanakan tindakan keperawatan dan bagaimana mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan pada klien perdarahan post partum?

1
C. Tujuan

1.   Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan post partum.
2.  Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien pendarahan post
partum.
3.   Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.
4.   Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500 ml atau lebih
sesudah anak lahir. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta,
retensio plasenta, inversio uteri dan laserasi jalan lahir .
Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu; ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan (perdarahan postpartum, plasenta previa, solution plaentae, kehamilan ektopik, abortus dan
ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum sangat mempengaruhi
morbiditas nifas karena anemia mengurangkan daya tahan tubuh. Perdarahan postpartum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu : 
a.       Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum
Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24
jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b.      Perdarahan Masa Nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca
Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik,
atau sisa plasenta yang tertinggal. 
Menurut Wiknjisastro H. (1960) post partum merupakan salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam
persalinan, maka harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post
partum yaitu :
a.       Penghentian perdarahan
b.      Jaga jangan sampai timbul syok
c.       Penggantian darah yang hilang

2.2 Etiologi
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan perdarahan post partum adalah sebagai berikut :
a.    Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus
dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh
darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal

3
dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas
keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting
dalam hal kontraksi untuk menghentikan pendarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua
buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus,
dengan adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah.
Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan terjadinya pendarahan pasca
persalinan. 
b.   Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat
terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

c.   Retensio plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan plasenta, antara lain : 
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya
kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. 
  Kelainan dari plasenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus.
  Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum
terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang
tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi
terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

d.   Inversio uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam
kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi diluar saat melahirkan
plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar
uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah. Inversio uteri dapat menyebabkan
pendarahan pasca persalinan segera, akan tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada
inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan
tekanan intraabdominal dengan mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan masuknya

4
fundus ke dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan yang dapat
menyebabkan inversio uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan
tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus.

2.3 Manifestasi klinis


Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan sehingga pengelolaannya
tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa
penyebab
         Uterus tidak berkontraksi dan
         Syok          Atonia uteri
lembek          Bekuan darah pada serviks
         Perdarahan segera setelah atau pada posisi terlentang
bayi lahir akan menghambat aliran darah
keluar
         Darah segar mengalir segera
         Pucat          Robekan jalan
setelah anak lahir          Lemah lahir
         Uterus berkontraksi dan keras         Mengigil
         Plasenta lengkap
         Plasenta belum lahir setelah
         Tali pusat putus          Retensio
30 menit          Inversio uteri plasenta
         Perdarahan segera,          Perdarahan lanjutan
uterus
berkontraksi dan keras
         Plasenta atau sebagian selaput
         Uterus berkontraksi tetapi
         Tertinggalnya
tidak lengkap tinggi fundus uteri tidak sebagian plasenta
         Perdarahan segera berkurang
         Uterus tidak teraba          Neurogenik syok,          Inversio uteri
pucat
         Lumen vagina terisi massa dan limbung

2.4 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan
plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis
ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan

5
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan.
Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan serviks, vagina dan perineum.

2.5 Penatalaksanaan
1)       Pencegahan:
a)    Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena
hal ini dapat  menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri
b)   Pemberian misoprostol peroral 2 – 3 tablet (800 – 1.000 g) segera setelah bayi
lahir (Prawirohardjo, 2011).
2)       Penanganan:
a)    Rangsangan taktil (pemijatan). Fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta
(maksimal 15 menit).
Pantau apakah uterus berkontraksi?
Jika Ya  evaluasi rutin. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa apakah
perineum, vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
Jika  tidak lanjutkan langkah berikutnya.
a)      Bersihkanlah bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
b)      Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.
Jika penuh atau dapat dipalpasi, kateterisasi kandung kemih menggunakan teknik aseptik.  Lakukan
kompresi bimanual internal (KB1) selama 5 menit dengan cara:
(1)     Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, lalu keringkan dengan handuk bersih.
(2)     Gunakan sarung tangan yang steril DTT.
(3)     Letakkan tangan kiri seperti di atas (menekan fundus uteri dan luar)
(4)     Masukkan tangan kanan dengan hati-hati ke dalam vagina dan buat kepalan tinju.
(5)     Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus.
(6)     Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan.
Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual agar terjadi hemostasis.
Pantau kembali apakah uterus herkoitr
JikaYa 
a)      Teruskan KB 1 selama 2 menit
b)      Keluarkan tangan perlahan - lahan.
c)      Pantau kala empat dengan ketat.
Jika Tidak  lanjutkan langkah berikutnya
1)      Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal dengan cara:

6
a)       Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas symphisis pubis.
b)       Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri),
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin).
c)      Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh
darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut. Ini
akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah.
2)      Keluarkan tangan perlahan - lahan.
3)      Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi).
4)      Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ini Ringer Laktat +20
unit oksitosin. Habiskan 500 ini pertama secepat mungkin.
5)      Ulangi KB 1.
Pantau kembali apakah uterus berkontraksi?
Jika Ya  pantau ibu dengan seksama selama kala empat persalinan.
Jika Tidak  lanjutkan langkah berikutnya
a)      Rujuk segera
b)      Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ini larutan dengan laju 500 mI/jam hingga
tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 1 infus. Kemudian berikan 125 mI/jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 ini kedua dengan perlahan dan berikan minuman untuk rehidrasi
(Prawirohardjo, 2007).

2.6 Gejala klinik


Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan sehingga pengelolaannya
tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b.  Perdarahan segera setelah bayi lahir
c.    Syok
d.    Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar
e.    Atonia uteri
f.    Darah segar mengalir segera setelah anak lahir
g.    Uterus berkontraksi dan keras
h.    Plasenta lengkap
i.     Pucat

7
j.     Lemah
k.    Mengigil
l.     Robekan jalan lahir
m.   Plasenta belum lahir setelah 30 menit
n.    Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
o. Tali pusat putus
p.    Inversio uteri
q.    Perdarahan lanjutan
r.    Retensio plasenta
s.     Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
t.      Perdarahan segera
u.    Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang
v.    Tertinggalnya sebagian plasenta
w.   Uterus tidak teraba
x.    Lumen vagina terisi massa
y.    Neurogenik syok, pucat dan limbung
z.    Inversio uteri

2.7 Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
a.       Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya
darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan
menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang
dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
b.      Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis dalam
darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani,
yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
c.       Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom ini
disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar
hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

8
2.8 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
a.  Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan.
b.  Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.
c.  Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi.
d.  Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih.
e.  Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi masa
tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.

2.9 Pemeriksaan fisik


a.Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih
(SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat
hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c.Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d.Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP),
penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

2.10 Asuhan Keperawatan

9
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah
akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan.
Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian terhadap klien post meliputi :


- Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain –
lain

- Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia,
trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi
lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan
pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.

- Riwayat obstetrik

a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan


waktu haid, HPHT

10
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan
serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat
maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan
pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan
sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk
.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

11
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau
kematian, respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh,
penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber
informasi

C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan

DO:
- Hipotensi
- Peningkatan nadi,
- Penurunan volume urin,
- Membran mukosa kering,
- Pelambatan pengisian kapiler
DS:
- Ibu mengatakan urin sedikit
- Ibu mengatakan pusing dan pucat
- Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik

Tujuan :
Volume cairan adekuat

Hasil yang diharapkan:


- TTV stabil

12
- Pengisian kapiler cepat
- Haluaran urine adekuat

Mandiri:
1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau
memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli
cairan amnion.

2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan
darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.

3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus
dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis

4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku,
membran mukosa dan bibir.
5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri
pulmonal, bila ada

6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien


7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
- Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan untuk memberikan kesempatan
mencegah terjadinya komplikasi
- Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena dan adanya bekuan-bekuan membantu
membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian (catatan : satu gram
peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1 ml kehilangan darah)
- Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas
miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simfisis pubis
mencegah kemungkinan inversi uterus selama messase

- Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada Tekanan

13
Darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia (rujuk pada DK : perfusi jaringan, perubahan)
- Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian
- Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi
adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar
- Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolic

2 . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia


DO:
- Penurunan pulsasi arteri,
- Ekstremitas dingin
- Perubahan tanda-tanda vital
- Pelambatan pengisian kapiler
- Penurunan produksi ASI
DS:
- Ibu mengatakan Asi sedikit
- Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin

Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan


Kriteria hasil :
· Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
· Ekstremitas hangat
· Kapiler refill <> 35 tahun
§ Paritas > 3 kali
§ Inaktivitas
§ Kelahiran cesar
§ Diabetes mellitus

D.       Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
·         Tanda vital dalam batas normal :

14
a. Tekanan darah          : 110/70-120/80 mmHg
b.  Denyut nadi             : 70-80 x/menit
c.  Pernafasan               : 20 – 24 x/menit
d. Suhu                         : 36 – 37 oc
·         Kadar Hb                      : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
·         Gas darah dalam batas normal
·         Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
pengobatan yang dilakukan
·         Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan
psikologis dan emosinya
·         Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
·         Klien tidak merasa nyeri
·         Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

BAB III
PENUTUP

15
A.   Kesimpulan
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun psikososial
terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna
dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :
Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post
partum period (minggu kedua sampai minggu ke enam). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada
immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada
late post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau
HPP (Haemorrhage Post Partum).

B.   Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para
tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan
perdarahan postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

16
Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot Company,
Philadelpia.
Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya
Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai