Anda di halaman 1dari 22

DASAR-DASAR KTI

“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Pneumonia di Ruang Anak RSUP M.Djamil
Padang”

RISKA OKTAVIANI
173110266

Dosen Pembimbing:
Ns. Zolla Amely Ildra, S.Kep.M.Kep

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Tajadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus biasa disebut broncho pneumonia (Misnadiarly,2008). Pneumonia merupakan
infeksi yang yang menyebabkan paru - paru meradang. Kantung-kantung udara dalam
paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang (Utama,2018). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus
maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia
kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan yaitu malnutrisi, gangguan imunologi (Profil Kesehatan Indonesia,2012).

World Health Organization (WHO) 2013 menyatakan perang melawan kematian akibat
pneumonia pada anak-anak bergantung pada triad pencegahan, perlindungan, dan
pengobatan yang ditata dalam Global Action Plan for the Prevention and Control of
Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD). GAPPD menyediakan fondasi untuk menjaga
anak-anak sehat dan bebas dari penyakit yaitu dengan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan pertama ketika bayi dilahirkan (tanpa makanan tambahan atau cairan, termasuk
air), pemberian makanan pelengkap yang memadai dan menyusui terus menerus, serta
memberi suplemen vitamin A. Pemberian ASI eksklusif dapat melindungi bayi dari
penyakit dan menjamin mereka mendapatkan sumber makanan yang aman, bersih,
mudah didapatkan, dan disesuaikan secara sempurna dengan kebutuhan bayi. Hampir
sepertiga dari semua infeksi saluran pernapasan dapat dicegah dengan meningkatkan
pemberian ASI dinegara berpenghasilan rendah dan menengah. Pemberian makanan
pelengkap yang memadai dan menyusui bayi secara berkala dapat mengakibatkan bayi
memperoleh zat gizi yang cukup, sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat dan
memberikan perlindungan dari penyakit. Makanan pendamping ASI yang sesuai pada
balita berusia 6 bulan hingga 2 tahun dapat mengurangi kematian yang disebabkan oleh
pneumonia. Suplemen vitamin A dosis tinggi pada anak dapat membantu menjaga sistem
kekebalan tubuh agar lebih kuat dan dapat mengurangi semua penyebab kematian.
(WHO & UNICEF, 2013).

Kematian tertinggi dikalangan anak-anak dari 15 negara disebabkan oleh pneumonia.


Indonesia termasuk dalam urutan ke 8 yaitu sebanyak 22.000 kematian. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kejadian pneumonia di
Indonesia adalah 4,5 persen, hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2018
sebanyak 4,0 persen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Balita di Kota Padang tahun 2017 jumlah sebanyak 81.736 orang. Diperkiraan derita ada
3.91% dari jumlah balita yaitu sebanyak 3.196 balita, sementara penderita yang ditemukan
dan ditangani sebanyak 2.719 (85.08 %). Kasus Pneumonia yang ditemukan dan ditangani
beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Ini dikarenakan kompetensi petugas
dalam penjaringan kasus sudah semakin membaik sehingga dapat mengidentifikasi kasus
pneumonia balita lebih banyak pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Namun pada
tahun 2017 jumlah penemuan kasus Pneumonia Balita di Kota Padang mengalami
penurunan. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2017)

Pneumonia berdasarkan gender, maka balita laki laki lebih banyak menderita Pneumonia
dibandingkan balita perempuan. Anak yang berjenis kelamin laki - laki menderita
pneumonia paling banyak (88 pasien) dengan kelompok usia <1 tahun (108 pasien). Nilai
rata-rata denyut nadi didapatkan 194,75 kali/menit, laju pernapasan 60,4/menit, dan suhu
badan 37,8 ºC. Sebagian besar kasus memperlihatkan retraksi di bagian subkostal (148
pasien), ronki (142 pasien), tanpa wheezing (147 pasien), gejala klinis sesak nafas (148
pasien), gambaran foto toraks adanya infiltrat (151 pasien). Pemeriksaan laboratorium
mendapatkan rata-rata nilai hemoglobin 11,3 g/dL, hematokrit 33,3%, hitung leukosit
45.293/mm3, dan hitung trombosit 364.437/mm3. (Kaunang, Runtunuwu,Wahani (2016).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia anak antara lain : hasil
analisis Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa status gizi (OR = 3,857; CI 95% 2,182-
6,818), pemberian ASI eksklusif (OR = 3,039; CI 95% 1,652-5,592) dan asupan vitamin
A (OR = 2,105; CI 95% 1,209-3,665), merupakan faktor risiko kejadian pneumonia.
Jenis kelamin (OR = 1,357; CI 95% 0,787- 2,339) tidak ada hubungan yang bermakna
(Frini,Rahman,Herman,2018).

Pneumonia pada anak dalam banyak penelitian disebabkan bahwa pneumonia pada anak
disebabkan oleh dua jenis bakteri, yaitu Heamophilus Influenza tipe B (Hib) dan
Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Pieter, 2017). Bakteri penyebab pneumonia
menyebar melalui saluran pernafasan dan masuk aliran darah. Pneumonia yang terjadi
pada bayi umur 3 minggu biasanya terinfeksi dari ibunya saat persalinan melalui jalan
lahir atau terkena cairan yang sudah terinfeksi bakteri. Bakteri tersebut akan berkembang
dengan pesat dan langsuang menyerang paru. Pneumonia juga dapat menyebar ke organ
tubuh lain. Jika bakeri meneyebar ke selaput otak dapat menyebabkan meningitis, jika
kuman menyebar ke perut dapat menyebabkan peritonitis dan jika kuman menyebar ke
jantung dapat menyebabkan endocarditis. Ketiga hal ini berbahaya, terutaman jika terjadi
pada bayi (Prihaningtyas,2014).

Penelitian Made dan I Gusti (2017) dengan judul Pola Pemberian Anibiotik untuk
Pasien Community Acquired Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD
Buleleng Tahun 2013. Dapat disimpulkan bahwa terapi pilihan utama pada pasien
community acquired pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Buleleng adalah
cefotaxine dengan frekuensi 2 kali sehari selama 5 hari atau lebih lewat intravena.

Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang di


bangsal anak bulan Mai 2019 pada beberapa balita yang terkena pnuemonia yang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti status imunisasi yang tidak lengkap, malnutrisis,
tidak mendapat ASI ekslusif. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk
meneliti tetang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak di
bangsal anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana Asuhan Keperawatan dengan masalah
kesehatan pneumonia pada anak di bangsal anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada
tahun 2019 ?

C. TUJUAN PENELITAIAN
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah pneumonia
di bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada anak dengan masalah pneumonia di
bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang tahun 2019
b. Mampu mendeskripsikan diagnose keperawatan pada anak dengan masalah
pneumonia di bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang tahun 2019
c. Mampu mendeskirpsikan rencana asuahan keperawatan pada anak dengan
masalah pneumonia di bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang tahun 2019
d. Mampu mendeskripsikan tindakan kepereawatan pada anak dengan masalah
pneumonia di bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang tahun 2019
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan masalah
pneumonia di bangsal anak RSUP.Dr.M. Djamil Padang tahun 2019

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Aplikatif
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia
serta dalam menulis karya tulis ilmuah.
2. Manfaat pengembangan keilmuan
a. Bagi institusi
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan dan pembelajaran di jurusan
keperawatan khususnya mengenai penerapan asuahan keperawatan pada anak
dengan pneumonia.
b. Bagi mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan atau apapun
pengaplikasian asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kasus Pneumonia pada Anak


1. Pengertian
Pneumonia merupakan suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak (suriadi & yuliani, 2010). Pneumunia merupakan penyakit pada
parenkim paru yang mengalami proses radang atau inflamasi. Mikroorganisme
virus, jamur atau bakteri dan beberapa hal lain seperti aspirasi dan radiasi adalah
penyebab terjadinya penyakit ini (Udin, 2019). Pneumonia merupakan suatu proses
peradangan di mana terdapat konsolidasi yang menyebabkan pengisisan rongga
alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas yang dapat berlangsuang pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal (Somantri,2012). Pneumonia merupakan
infeksi atau peradangan parenkim paru. Sebagaian besar serangan pneumonia pada
anak terjadi karena infeksi virus, sebagian kecil disebebkan oleh infeksi bakteri
(Bernstein, 2017). Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru
yang biasanya disebebkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia
adalah infeksi penyebab paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru
yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. (Utama,2018)

2. Etiologi
Menurut Astuti dan rahmat (2010), faktor penyebab terjadinya pneumonia yaitu
sebagai berikut :
a. Infeksi
1) Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu Mycoplasma
pneumonia yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah
dan anak yang lebih tua
2) Bakteri Steptococcus pneumonia, S.pyogenes dan Staphylococcus aureus
yang lazim terjadi pada anak normal
3) Heamophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak
muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif
rutin.
4) Virus non-respirasik, bakteri enteric gram negative, mikobaktria, Chlamydia
spp, Ricketsia spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan sejumlah jamur.
5) Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial
pernapasan (respiratory syncitial virus/ RSV), parainfeluenzae, influenza
dan adenovirus.
b. Non infeksi
1) Aspirasi makanan dan/atau asam lambung
2) Benda asing
3) Hidrokarbon dan bahan lipoid
4) Reaksi hipersensitifitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi
5) Penyebab pneumonia karena bakteri cenderung menimbulkan infeksi lebih
berat dari pada again non bakteri.
3. Klasifikasi
Menurut Astuti dan rahmat (2010), klasifikasi Pneumonia dibagi menjadi 2 yaitu
sebagai berikut :
a. Pneumonia digolongkan berdasarkan anatomi :
1) Lobar atau lobuler
2) Alveolar
3) Interstitial
b. Pneumonia infeksius berdasarkan etiologi dugaan atau terbukti :
1) Diagnostic
2) Terapuetik
4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung,
ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam (chest indrawing). Penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini
ditandai dengan ciri-ciri adanya demam batuk disertai nafas cepat (takipnea) atau
nafas cepat. Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status
imunologi, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala
umum infeksi (non spesifik), gejala pilmonal pleural dan ekstrapulmonal.
Gejala-gejal tersebut meliputi :
a. Demam
b. Mengigil
c. Sefalgia
d. Gelisah
e. Muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan gangguan gastrointestinal)
Wheezing (pneumonia mikoplasma)
f. Otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oleh streptococcus pneumonia
atau haemophillus influenza) (Utama,2018)

Menurut Astuti dan Rahmat (2010) ada beberapa gejala lain adalah sebagai berikut :
a. Demam
b. Dingin
c. Batuk produktif atau kering
d. Malaise
e. Nyeri pleural
f. Kadang dyspnea dan hemoptisis
g. Sel darah putih berubah (>10.000/mm3 atau <6.000/mm3)

5. Patofisiologi
Gejala dari infeksi disebebakan invasi pada peru-paru oleh mikroorganisme dan
respon system imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka
yang bertangguang jawab pada bagian besar kasus. Penyebab paling sering
pneumonia adalah virus dan bakter. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi
pneumonia ialah fungi dan parasit
a. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut
dan hidung setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini
sering menunjukan kematian sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang
disebut dengan apoptosis. Ketika system imun (DL leukosit meningkat)
merespon terhadap infeksi virus dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih
sebagai limfosit akan mengaktifkan sejenis sitokikn yang membuat cairan
masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam
alveoli mempengaruhi pengankutan oksigen ke dalam aliran darah (terjadi
penuruanan gas). Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru banyak virus
merusak organ lain. Dan kemudian menyebabkan funsi organ lain terganggu.
Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri untuk alsan ini,
pneumonia karena bakteri merupakan komplikasi dari pneumonia yang
disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti
virus influenza, virus syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan
metapneumovirus. Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia
kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada system imun juga
berisiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).
b. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berda diudara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah
ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh . banyak bakteri hidup pada
bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung mulut, dan sinus dan
dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli bakteri
mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung. Invasi ini mercu pada system imun untuk mengirim neutrophil
yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih, menuju paru. Neutrophil
menahan dan membunuh organism yang berlawanan dan mereka juga
melepaskan cytokine, menyebabkan demam, memgigil dan mual umumnya
pada pneumonia yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri dan
cariran dari seekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
tranprtasi oksigen bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menju aliran
darah yang menyebabkan penyakit yang serius atau bakan fatal seperti septic
syok dengan tekanan darah rendah dsn kerusakan pada bagian-bagian tubuh
seperti ota, ginjal, dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara
paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebakan komplikasi yang dinamakan
empyema. Penyebab paling umu dari pneumonia yang disebakan bakteri adalah
stepricoccus pneumonia, bakteri gram negative dan bakteri atipikal.
Penggunanan “Gram Positif” dan “Gram Negatif” merujuk pada warna bakteri
(ungu dan merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamai dengan
Gram. Istialah atipikal diguankan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumonia yang kurag
hebat dan berespon pada antibiotic yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe
dari bakteri gram positif yang menyebakan pneumonia pada hidung atau mulut
dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumonia, seing disebut
pneumococcus adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada
segala usia kecuali pada neonates. Gram positif lain penyebab dari pneumonia
adalah staphylococcus aureus. Bakteri gram negative penyebab pneumonia lebih
jarang dari pada bakteri gram negative. Beberapa bakteri gram negative yang
menyebabkan pneumonia termasuk haemopilus influenza, klebsiella
pneumonia, Escherichia coli, pseudomonas aeruginosa dan moraxella
catarrhalis.bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin
memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipical yang menyebabkan
pneumonia termasuk chamydophila pneumonia, mycoplasma pneumonia dan
legionella pneumophila (Utama,2018)

6. Web Of Causation (WOC)


7. Komplikasi
Menurut Udin (2019) Komplikasi pada anak yang sering meliputi :
a. Empiema (tersering pada tipe bakteri)
b. Pneumotorax
c. Perikarditis puluenta
d. Infeksi eksra paru bisa ke meningen.

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), Komplikasi lainnya pada anak adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas
b. Obstruksi jalan nafas
c. Gangguan pernafasan pleural effusion (bacterial pneumonia)

8. Pencegahan
Menurut Suryo, Joko.2010 cara mencegah terjadinya pneumonia adalah sebagai
berikut :
a. Hidup sehat dengan rutin berolahraga untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan
asupan nutrisi yang baik dengan mengonsumsi makanan yang tidak hanya
bergizi, tetapi juga sehat.
b. Kenali gejala dan tanda-tanda pneumonia
c. Untuk pencegahan pneumonia pada anak adalah dengan memberikan ASI
ekslusif dan imunisasi IPD dilakukan pada usia anak, sebanyak 4 kali., yaitu
pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

9. Penatalaksanaan
Menurut Utama 2018 penatalaksanaan pneumonia adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Masuk rumah sakit
1) Ada kesukaran nafas, tiksis
2) Sianosis
3) Umur kurang 6 bulan
4) Ada penyulit, misalnya : muntah-muntah, dehitrasi empiema
5) Diduga infeksi oleh stafilokokus
6) Immunikomromais
7) Perawatan dirumah kurang baik
8) Tidak respon dengan pemberian antibiotic oral
b. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor
dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi
mekanik
c. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
d. Pemberian cairandan kalori yang cukup (bila perlu cairan parental). Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
e. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral terhadap memulai selang
nasogastrik
f. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
g. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
h. Pemilihan antibiotic berdasrkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebab evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada
pemberian antibiotic sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian
antibiotic tergantung : kemajuan klinis penderita hasil laboratories, foto toraks
dan jenis kuman penyebab :
1) Stafilokokus : perlu 6 minggu parental
2) Heamophylus influenza/streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari

Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan,


gangguan neuromuscular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka
panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotic harus segera dimulai
saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotic : sefalosprorin
generasi 3.

Menurut Wijayaningsih (2013) penatalaksanaan yang lainnya adalah sebagai


berikut :
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tindak
adekuat. Vantilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA
tidak dapat dipertahanakan.
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspeirasi bersihan jalan napas yang tersumbat.
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan.
e. Terapi antimicrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas.
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesic untuk mengurangi nyeri pleuritik.

B. Konsep asuhan keperawatan pada kasus pneumonia


1. Pengkajian keperawatan
a. Biodata
Meliputi : nama, tanggal lahir, umur, pendidikan, agama, jenis kelamin,
pekerjaan, status perkawinan, alamat.
b. Keluhan utama
Sesak nafas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam (Muttaqin,2008)
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk rhinitis dan batuk,
serta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia bakteri. Pneumonia virus
tidak dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukuplasma.
2) Pneumonia bakteri
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam
beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami
kesulitan pernapasan (Nursalam,dkk.2008)
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.
2) Riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
(Nursalam,dkk.2008)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu alergi dan masalah
pernapasan (Mendri dan prayogi,2018)
f. Riwayat psikososial
Stress, latihan, kebiasaan, dan rutinitas, perawatan sebelumnya
(Mendri,dkk,2018)
g. Makanan atau cairan
Gejala :kehilangan nafsu makan, mual/muntah, dan riwayat diabetes
mellitus
Tanda :distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, dan penampilan kekeksia (malnutrisi)
h. Pola istirahat tidur
Gejala : kelemahan, kelelahan, dan Insomnia
Tanda : latergi dan penuruanan terhadap aktivitas.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan TTV pneumonia virus
a) Keadaan umum anak sering rewal.
b) Anak demam (suhu biasanya kurang dari 39⁰ C)
c) Kecepatan napas normal bervariasi, bergantung pada usia anak.
Neoatus : 30 dan 40 x/menit, Anak hingga usia 2 tahun : 25-35
x/menit, Anak usia 3-9 tahun : 20-25 x/menit, anak yang lebih dari 9
tahun : 16-20 x/menit.
2) Keadaan umum dan TTV pneumonia bakteri
a) Keadaan umum anak gelisah
b) Anak demam tinggi (suhu lebih dari 39⁰ C)

3) Respirasi
a) Peningkatan kecepatan respirasi
b) Retraksi
c) Nyeri dada
d) Krekel
e) Penurunan suara napas
f) Pelebaran nasal
g) Sianosis
h) Bentuk produktif
i) Ronchi
4) Kardiovaskuler
 Takikardi
5) Neurologi
a) Sakit kepala
b) Iritabilitas
c) Kesulitan tidur
6) Gastrointestinal
a) Penurunan nafsu makan
b) Nyeri abdomen
7) Musculoskeletal
a) Kegelisahan
b) Fatigue
8) Integument
a) Perubahan temperature tubuh
b) Sianosis sirkumoral

j. Pemerikasaan penunjang
Menurut Astuti & rahmat, 2010 pemeriksaan penunjang pneumonia adalah sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakan diagnose
b. Kultur darah
c. Sekresi respirasi
d. Radiologi dada menunjukkan infiltrasi mungkin lobus tunggal paru
(pneumonia lobae) atau mungkin difusi (bronkho pneumonia).
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak pneumonia menurut NANDA
Internasional (2015), adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan infeksi.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju mobilitas
c. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan kurang volume cairan
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
e. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

3. Intervensi keperawatan
No Diagnose keperawatan NOC NIC
1. Ketidak efektifan bersihan
jalan napas berhubungan
dengan infeksi
2. Hipertermia berhubungan
peningkatan laju mobilitas
3. Resiko ketidak seimbangan
elektrolit berhubungan
dengan kurang volume dari
cairan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian studi kasus yaitu rancangan penelitian
yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif. Studi kasus merupakan
jenis rancangan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang
terjadi di dalam masyarakat.Penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan bagaimana
asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit pneumonia di ruang bangsal anak RSUP
Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di bangsal anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Penelitian
dimulai dari bulan November 2019 samapai dengan Maret 2020. Waktu untuk
menetapkan asuhan keperawatan pada pasien minimal 5 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Popolasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian yang akan dikaji
karakteristiknya (Ariani,2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
dengan kasus pneumonia di Ruang bangsal anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi, atau sampel adalah elemen – elemen populasi yang
dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Kartika, 2017).
Kriteria dalam penelitian ini yaitu :
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,2011). Kriteria
insklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Bersedia menjadi partisipan
b. Partisipan dengan keadaan kooperatif
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab (Nursalam,2011).

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrument yang dipakai pada penelitian ini adalah format tahapan proses
asuhan keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Instrumen
pengumpulan data berupa format tahapan proses asuhan keperawatan anak mulai dari
pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa,pemeriksaan
fisik,observasi dan studi dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. APD (Alat Pelindung Diri)
2. Stetoskop
3. Tensi meter
4. Thermometer
5. Pita ukur ( pita LILA, dll )
6. Timbangan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian


keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
Keperawatan,dan evaluasi keperawatan sampai dengan dokumentasi keperawatan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama
yaitu dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono,2014)
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien,seperti keadaan umum anak, pernafasan.
2. Pengukuran
Yaitu melakukan pemantauan kondisi anak dengan metoda mengukur
dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,seperti melakukan pengukur
tanda-tanda vital, menimbang berat badan, mengukur tinggi badan,
mengukur lingkar lengan, mengukur lingkar dada,
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topic tertentu.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin (Format pengakajian yang
disediakan) pada ibu kondisi saat hamil. Wawancara jenis ini merupakan
kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin.Meskipun dapat unsure kebebasan,tapi ada pengarah pembicara
secara tegas dan mengarah sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas
dengan tegas.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa
berbentuk tulisan dan gambar. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan
dilakukan seperti hasil pemeriksaan labor dan rontgen torak.

F. Jenis-jenis Data
a. Data Primer
Adalah data yang dikumpulkan langsung dari partisipan dan keluarga berdasarkan
format pengkajian asuhan keperawatan anak. Data primer dari penelitian berikut
didapatkan dari hasil wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik
langsung pada responden.
b. Data Sekunder
Diperoleh dari laporan status pasien. Data yang diperoleh biasanya berupa data
penunjang dari laboratorium seperti hasil pemeriksaan darah lengkap dan
pemeriksaan kadar bilirubin.

G. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan direncanakan berdasarkan data
subyektif dan data obyektif, sehingga dapat dirumuskan diagnose keperawatan, kemudian
disusun rencana asuhan keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan. Analisis selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien kelolaan dengan criteria hasil dari NOC yang telah dibuat dan
membandingkannya dengan teori yang ada atau teori yang terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Hrwina Widya & Rahmat, Angga Saeful. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Trans Info Media

Frini,M, Rahman,N, Herman. (2018) Faktor Resiko Terjadi Pneumonia pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu. Jurnal Kesehatan Mayarakat

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional. Jakarta. Buku Kedokteran

Kaunang, T. C, Runtunuwu, A. L, Wahani, A. M. I(2016) Gambaran karakteristik pneumonia


pada anak yang dirawat diruang perawatan intensif anak RUSP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal e-Clinic
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riset kesehatan dasar 2018. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2018
Muttaqin, Arif. 2008. Bahan Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika
Nursalam,2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Pieter, Herri Zan.2017. Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta. Kencana

Prihaningtyas, Rendi Aji. 2014. Deteksi dan Cepat Obati 30+ Penyakit yang Sering Menyerang
Anak. Yogyakarta. Media Pressindo

Udin, Muhammad Fahrul. 2019. Penyakit Respirasi pada Anak. Malang. UB Press

Utama, Saktya Yudha Ardhi. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta. Deepublish

Somantri, Irman. 2012. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pernapasan.
Jakarta. Salemba Medika

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta. Sagung Seto
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan System Pernafasan. Yogyakarta. B First
WHO/UNICEF. (2013). Ending preventable child deaths from pneumonia and diarrhoea by
2025: the integrated global action plan for pneumonia and diarrhoea (GAPPD). World
Health Organization and The United Nations Children's Fund. USA.

Anda mungkin juga menyukai