Anda di halaman 1dari 9

Reaksi Pembakaran hidrokarbon

A. Kompetensi Inti
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minat-nya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.3 Memahami reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna
serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).
4.3 Menalar dampak pembakaran senyawa hidrokarbon terhadap lingkungan dan
kesehatan serta mengajukan gagasan cara mengatasinya.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dengan mandiri mampu membedakan antara reaksi pembakaran
hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna dengan tepat setelah melakukan
diskusi kelompok.
2. Peserta didik dengan mandiri mampu menjelaskan sifat zat hasil pembakaran
hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna dengan tepat setelah melakukan
diskusi kelompok.
3. Peserta didik dengan berpikir logis mampu memberi contoh bahan bakar alternatif
selain minyak bumi dan gas alam minimal 3 dengan tepat setelah membaca
literatur.
4. Peserta didik dengan berpikir logis mampu menjelaskan dampak pembakaran
hidrokarbon terhadap lingkungan dan kesehatan dengan tepat setalah melakukan
diskusi kelompok.
5. Peserta didik dengan berkelompok mampu mencari cara mengatasi dampak
pembakaran hidrokarbon terhadap lingkungan dan kesehatan minimal 3 dengan
tepat setelah melakukan diskusi kelompok.
6. Peserta didik dengan percaya diri mampu mempresentasikan hasil kerja kelompok
mengenai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan gas alam setelah
berdiskusi dengan jelas.
7. Peserta didik dengan percaya diri mampu mempresentasikan hasil kerja kelompok
mengenai cara mengatasi dampak pembakaran minyak bumi terhadap lingkungan
dan kesehatan setelah berdiskusi dengan jelas.

A. REAKSI PEMBAKARAN HIDROKARBON

Gambar 1. Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu
oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk
pendar atau api.
Reaksi pembakaran terjadi ketika zat bereaksi cepat dengan oksigen (O2).
Sebagai contoh, arang bergabung dengan oksigen. Reaksi kombusi yang biasa disebut
reaksi pembakaran, dan substansi yang terbakar biasanya disebut sebagai bahan bakar.
Produk dari reaksi pembakaran sempurna termasuk karbon dioksida (CO2) dan uap air
(H2O). Reaksi biasanya mengeluarkan panas dan cahaya juga.
Reaksi pembakaran selalu berupa reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang
menghasilkan kalor. Reaksi pembakaran biasanya memerlukan tiga hal yaitu : bahan
bakar (hidrokarbon), oksigen, dan percikan api untuk menyalakan bahan bakar.
Pembakaran hidrokarbon menjadi aktif bila hidrokarbon dipanaskan di atas
suhu penyalaannya dan tersedia cukup oksigen. Ikatan kimia hidrokarbon menjadi
terurai dan unsur-unsur, karbon dan hidrogen dalam hidrokarbon, bergabung dengan
oksigen untuk membentuk oksida: karbon dioksida dan air. Jumlah oksigen yang
dibutuhkan agar pembakaran tersebut sempurna tergantung pada rasio karbon –
hidrogen dalam hidrokarbon. Semakin tinggi jumlah karbon dalam bahan bakar,
semakin banyak oksigen diperlukan. Ketika ukuran molekul hidrokarbon bertambah,
molekul ini tidak mudah menguap dan lebih sulit untuk dinyalakan.

B. PEMBAKARAN SEMPURNA DAN TIDAK SEMPURNA


1. Pembakaran sempurna
Reaksi pembakaran sempurna terjadi ketika bahan bakar bereaksi secara
cepat dengan oksigen (O2) dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O).
Persamaan umum untuk reaksi pembakaran sempurna adalah: Bahan Bakar + O 2
→ CO2 + H2O. Bahan bakar yang membakar dalam reaksi pembakaran biasanya
terdiri dari hidrokarbon, yang hanya berisi karbon (C) dan hidrogen (H). Contoh
hidrokarbon adalah metana (CH4), komponen utama dari gas alam.
Pembakaran sempurna disebut juga pembakaran stoikiometri atau
pembakaran tanpa kelebihan udara. Jika bahan bakarnya mengandung sulfur
(belerang), maka terbentuk pula sulfur dioksida. Contoh:
● hidrokarbon: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + kalor
● alkohol: C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O + kalor
● karbohidrat: C6H12O6 + 6O 2 → 6CO2 + 6H2O + kalor

Jika bahan bakar mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, hasil


pembakaran sempurna selalu berupa CO2 dan H2O.

Gambar 2. Reaksi Sempurna Pembakaran Hidrokarbon

2. Pembakaran tidak sempurna


Reaksi pembakaran tidak sempurna yaitu Adanya kekurangan jumlah
oksigen dalam reaksi ini,memiliki Jumlah hidrokarbon berlebih. Selain CO2(g),
dihasilkan juga karbon monoksida CO(g), karbon (C(s)) yang biasanya berupa jelaga,
dan H2O (g) dan Hidrokarbon terbakar dengan nyala berasap atau berjelaga. Atom-
atom karbon yang berpijar mengubah nyala menjadi kuning.
Contoh:
CH4(g) + O2(g) → C(s) + 2H2O (g).
Ketika ikatan-ikatan dalam hidrokarbon terurai, mula-mula hidrogen
bergabung dengan oksigen untuk membentuk uap air, lalu karbon bergabung
dengan sisa oksigen. Karena itu, terbentuk entah karbon padat atau karbon
monoksida. CO adalah gas beracun takberwarna. Gas ini mampu mengikatkan diri
dengan hemoglobin darah kita sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen.
Karena itu, orang yang menghirup gas CO akan mati kehabisan napas.
Contoh lain hasil hasil pembakaran tidak semurna dapat menghasilkan
Polycyclic Aromatic Compounds Hydrocarbons (PAH) (Ahmad, 2012). PAH
adalah senyawa organik yang tersebar luas di alam, bentuknya terdiri dari beberapa
rantai siklik aromatik dan bersifat hidrofobik. Senyawa PAH mengandung dua atau
lebih cincin benzene, berasal dari pirolisis, pembakaran yang tidak sempurna
(pembakaran hutan, buangan motor, gunung api), proses pembakaran yang
menggunakan suhu tinggi pada pengolahan minyak bumi, proses industry dan
aktivitas manusia lainnya. PAH mengandung lebih dari 100 senyawa kimia
berbeda yang terbentuk selama pembakaran tidak sempurna dari batubara, minyak
dan gas, sampah, dan zat organik lainnya (McGrath et al., 2007).
Keberadaan PAH di alam dapat berasal dari dua sumber, yakni sumber
alami dan sumber antropogenik. Sumber alami meliputi; kebakaran hutan dan
padang rumput, rembesan minyak bumi, gunung berapi, tumbuhan yang
berklorofil, jamur dan bakteri, sedangkan sumber antropogenik meliputi; minyak
bumi, pembangkit tenaga listrik, insenerasi, pemanas rumah, batu bara, karbon
hitam, aspal dan mesin-mesin pembakaran (Lah, 2011). PAH yang berasal dari
proses alami umumnya lebih rendah dari sumber antropogenik (Hung et al., 2011).
C. KEGUNAAN HIDROKARBON DALAM KEHIDUPAN
a. Bidang Pangan
1) Propena dan butena digunakan dalam pemasakan buah – buahan.
2) Monoterpena : lemonena sebagai minyak jeruk dan metanol.
b. Bidang Sandang dan Pangan
1) Etuna digunakan sebagai bahan pembuat serat buatan, yaitu orlon dan vinil
sianida.
2) Polivinil klorida digunakan untuk membuat pipa, pelapis lantai yang
merupakan jenis plastik.
3) Polipropilen dan orlon digunakan sebagai benang untuk karpet, seprai, dan
baju.
c. Bidang Seni dan Estetika
1) Carbon black (C) atau arang aktif dalam keadaan halus untuk pewarna hitam
pada tinta, cat, dan karet.
2) Anthrasena digunakan sebagai zat warna.
3) Polietilen dugunakan untuk bahan pembuatan lembaran film.
d. Industri dan Perdagangan
1) Metana (CH4) pada umumnya digunakan sebagai zat bakar dan sintesis
pembuatan senyawa metil klorida CH3Cl dan metanol CH3OH.
2) Propana, butana , dan isobutana yang berasala dari gas alam atau minyak bumi
digunakan sebagai zat bakar yang dibentuk menjadi cair kemudian
dimasukkan ke dalam tabung (gas LPG).
3) Pentana, heksana, dan heptana digunakan untuk pelarut dan sintesis.

D. ZAT SISA HASIL PEMBAKARAN SENYAWA HIDROKARBON

Gambar 3. Asap Kendaraa Bermotor


a. Gas Karbondioksida (CO2)
Gas CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
(minyak bumi maupun batu bara). Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor
dan semakin banyak jumlah pabrik, akan meningkatkan jumlah atau kadar CO 2 di
udara.
Berlebihnya kandungan CO2 diudara menyebabkan sinar inframerah dari
matahari diseap oleh bumi dan benda – benda sekitarnya. Kelebihan sinar
inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh lapisan CO 2
yang ada diatmosfer. Akibatnya suhu dibumi menjadi semakin panas. Hal ini
menyebabkan suhu dibumi, baik siang maupun malam hari tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti atau bahkan dapat dikatakan sama. Akibat yang
ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai efek rumah
kaca atau green house effect.
Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara, perlu dilakukan berbagai upaya, yaitu
dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta
pengelolaan hutan dengan baik.
b. Gas Karbonmonoksida (CO)
Gas karbonmonolsida (CO) dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna
senyawa hidrokarbon. Misalnya pada pembakaran bensin, yakni pada
pembakaran yang terjadi di kendaraan bermotor, dapat menghasilkan pembakaran
tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut.
2C8H18(g) + 17O2(g) → 16CO(g) + 18H2O(g)
Gas karbonmonoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menyebabkan keberadaannya sulit
dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena pada kadar
rendah dapat menimbulkan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi
dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm dapat
menimbulkan kematian. Gas CO ini berbahaya karena dapat membentuk senyawa
dengan hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah.
Oleh karena yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya HbO
tetapi justru HbCO.
Keberadaan HbCO ini disebabkan karena persenyawaan HbCO lebih kuat
ikatannya dibandingkan dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan karena
afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit
melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami kekuranga oksigen.
Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menyebabkan terjadinya sesak
napas, pingsan, atau bahkan kematian.
Untuk mengurangi banyaknya gas CO, para ahli merancang alat yang
disebut catalytic converter, yang berfungsi mengubah gas pencemar udara seperti
CO dan NO menjadi gas – gas yang tidak berbahaya, dengan reaksi :
2CO(g) + O2(g) → Katalis (Ni) 2CO2(g)
2NO2(g) → Katalis (Ni) N2(g) + 2O2(g)
c. Partikulat
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna pada kendaraan bermotor
dan industri (asap pabrik) dapat menghasilkan partikulat karbon dan gas
karbonmonoksida (CO). Perhatikan reaksi berikut dengan cermat.
C8H18(g) + 8O2 → C(g) + 7CO(g) + 9H2O(g) + energi
Partikulat – partikulat karbon dapat mendorong tumbuhnya kanker. Jika
partikulat tersebut berlebih, dapat mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi. Hal tersebut dapat terjadi karena hamburan dan
adsorpsi cahaya oleh partikulat. Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan daya
penglihatan yang sangat membahayakan pilot peswat terbang.
d. Oksida Belerang (SO2)
Oksida belerang meliputi gas belerang dioksida (SO 2) dan gas belerang
trioksida (SO3). Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna,
tetapi berbau sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam
kadar rendah. Gas ini dihasilkan dari oksida atau pembakaran belerang yang
terlarut dalam pembakaran bahan bakar minyak bumi serta dari pembakaran
belerang yang terkandung dalam bijih logam yang diproses pada industri
pertambangan. Gas belerang dioksida (SO2) merupakan oksida asam yang dapat
merusak zat hijau daun (klorofil), sehingga mengganggu proses fotosintesis pada
pohon (Permana,2009). Penyebab terbesar berlebihnya kadar oksida belerang di
udara adalah pembakaran batu bara. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya
hujan asam.
Proses terjadinya hujan asam dapat dijelaskan dengan reaksi berikut.
1) Pembentukan sam sulfit diudara lembab
SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq)
2) Gas SO2 dapat bereaksi dengan oksigen diudara
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
3) Gas SO3 mudah larut dalam air, di udara lembab membentuk asam sulfat
yang lebih berbahaya daripada SO2 dan H2SO3.
2SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Hujan asam memiliki pH < 5, sehingga menyebabkan sangat korosif
terhadap logam dan berbahaya bagikesehatan. Selain menyebabkan hujan asam,
oksida belerang baik SO2 maupun SO3 yang terserap kedalam alat pernapasan
masuk ke paru – paru juga akan membentuk asam sulfit dan asam sulfat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan, khususnya paru – paru.
Untuk mencegah terjadinya hujan asam, dapat dilakukan dengan langkah
berikut.
1) Tidak berlebihan dalam menggunakan kendaraan yang mengeluarkan polusi.
2) Menyemprotkan kapur agar menetralkan hujan asam karena kapur bersifat
basa.
3) Tidak membuang sampah sembarangan dan menanam pohon (reboisasi).
e. Oksida Nitrogen (NOx)
Munculnya gas nitrogen monoksida di udara disebabkan karena gas
nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi.
Perhatikan reaksi berikut dengan cermat.
N2(g) + O2(g) → 2NO(g)
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi
tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Selain itu, gas oksida nitrogen juga
dapat menjadi penyebab hujan asam.
Pada saat bereaksi dengan udara, gas NO akan membentuk gas NO 2
dengan reaksi sebagai berikut.
2NO(g) + O2(g) → 2NO2 (g)
Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat,
dan berbau seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangasang. Gas
NO2 dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau
penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm, akan
dapat menyebabkan kematian.
Untuk mencegah timbulnya dampak negatif dari gas NO2, pada bagian
pembuangan asap yang terdapat di motor dan pabrik ditambahkan katalis logam
nikel yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip kerjanya adalah mengubah gas
buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi
berikut.
2NO2(g) → katalis (Ni) N2(g) + 2O2(g).
E. Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Bumi
Pengetahuan seputar energi alternatif pengganti minyak bumi harus kita miliki dalam
rangka mempersiapkan diri menghadapi kelangkaan bahan bakar fosil yang tak lama
lagi pasti akan terjadi. Adapun beberapa energi alternatif akan dijelaskan dibawah ini:
1. Etanol
Etanol adalah salah satu bahan yang dapat berguna sebagai sumber energi
alternatif minyak bumi yang ketersediaannya dapat terus diperbaharui. Bahan
bakar etanol merupakan produk yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat
secara anaerob. Padi, jagung, tebu, dan beberapa komoditas yang memiliki
kandungan karbohidrat tinggi adalah bahan baku produksi etanol sehingga
ketersediaan bahan bakar satu ini pasti dapat terus diperbaharui. Namun, terlepas
dari hal tersebut, penggunaan ethanol diyakini akan berpengaruh terhadap
peningkatan harga dan ketersediaan pangan dunia.
2. Gas Alam
Ketersediaan gas alam yang jauh lebih tinggi dibandingkan cadangan minyak
bumi dunia menyebabkan energi fosil ini menjadi salah satu alternatif utama
pengganti minyak bumi dalam waktu dekat. Emisi yang dikeluarkan dalam
pembakaran gas alam juga relatif lebih ramah lingkungan. Tak heran jika program
konversi minyak tanah ke gas yang dilakukan oleh mantan Wakil Presiden Jusuf
Kalla sempat mendapat apresiasi dari banyak penggiat kelestarian lingkungan
dunia.
3. Listrik
Energi alternatif pengganti minyak bumi selanjutnya adalah listrik. Ya, meski
listrik masih umum diproduksi melalui pembangkit tenaga uap dan batu bara,
namun penggunaannya secara luas diyakini dapat menekan kerusakan lingkungan.
Penggunaan listrik yang relatif mudah, dapat disimpan, dan dapat diisi ulang juga
menjadi kelebihan tersendiri.
4. Hidrogen
Hidrogen yang dicampur gas alam dapat menghasilkan bahan bakar yang efisien
untuk kendaraan. Bahan bakar ini juga dapat digunakan pada mesin berbahan
bakar listrik yang ramah lingkungan. Meski demikian, penggunaan bahan bakar
hidrogen saat ini masih belum populer, mengingat teknologi dan harga yang
dikeluarkan untuknya, tergolong masih sangat mahal. 
5. Biodiesel
Biodiesel adalah energi alternatif pengganti minyak bumi yang berasal dari
minyak tumbuhan atau lemak binatang. Beberapa tanaman yang memiliki
kandungan minyak tinggi seperti kelapa sawit, jarak pagar, dan kelapa merupakan
harapan terakhir di saat minyak bumi kelak sudah tak ada lagi. Mesin-mesin
kendaraan diesel yang menggunakan bahan bakar solar dapat menggunakan bahan
bakar ini. Selain ramah lingkungan karena jumlah karbon yang terlepas dari
pembakarannya, penggunaan biodiesel juga tak mengenal kata habis. Maksudnya
bahan bakar ini masih dapat terus diperbarui selama tanaman atau hewan
penghasil minyak masih bisa dibudidayakan.
6. Metanol
Metanol atau hidrokarbon rantai pendek yang dihasilkan dari proses fermentasi
karbohidrat ini juga dapat menjadi salah satu energi alternatif pengganti minyak
bumi yang cukup ramah lingkungan. Tak seperti bahan bakar yang berasal dari
beberapa fraksi minyak bumi dengan rantai hidrokarbon yang panjang, rantai
hidrokarbon yang pendek dari bahan bakar metanol membuat pembakarannya
pada mesin hanya akan melepaskan sedikit karbon ke udara sehingga kelestarian
lingkungan akan tetap terus terjaga.
7. P-Series
P-series adalah bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi yang merupakan
gabungan dari senyawa ethanol, gas alam, dan Metyhl Tetra Hydro Furan
(MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien bagi kerja mesin karena nilai oktan
yang dimilikinya cukup tinggi. Penggunaan bakar ini pun sangat mudah, akan
tetapi, hingga saat ini produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan
bahan bakar P-Series masih belum ada.
Daftar Pustaka

Ahmad, Fasmi. 2012. Kandungan Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) di Teluk
Jakarta. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 17 (4): 199-208.
Hung, Chang-Chin., Gwo-Ching Gong., Fung-Chi Ko., Hung-Jen Lee., Hung-Yu
Chen., Jian-Ming Wua., Min-Lan Hsu., Sen-Chueh Peng.,, FanHua Nan. & Peter H. Santschi.
2011. Polycyclic aromatic hydrocarbons in surface sediments of the East China Sea and
their relationship with carbonaceous materials. Mar. Poll. Bull. 63: 464–470
Lah, Katarina. 2011. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons. http://toxipedia.org/display/
toxipedia/ Polycyclic+Aromatic+Hydrocarbon s. Senin 15 July 2019
McGrath T. E., J. B. Wooten, C. W. Geoffrey, & M. R. Hajaligol. 2007. “Formation
of polycyclic aromatic hydrocarbons from tobacco: the link between low temperature
residual solid (char) and PAH formation, .Food and Chemical Toxicology, 45(6): 1039–
1050.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi. 2009. Memahami Kimia 1 SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai