Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN EFUSI PLEURA”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. AZ-ZUBAIR
2. BETRICKS DIANSARX MARAK
3. MEGA YESI MAGHRAPI P
4. SRI AGUSTIN BIRI
5. DELA WULANDARI
6. IRA RAHMAYANTI
7. REZKY RAHAYU DWI OKTAVIA
8. YUL DEVYA OKTAVIANI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN D III KEPERAWATAN

II A KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis diberi kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk menyelesaikan

makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang

berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFUSI PLEURA”

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan masih jauh dari kesempurnaan,

meskipun pada prinsipnya penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan modal

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mewujudkan penulisan ini. Harapan penulis

semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah sedikit wawasan kita semua, akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan makalah ini semoga bermanfaat.

Kendari, 9 september 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI EFUSI PLEURA.................................................................................................6

B. ETIOLOGI EFUSI PLEURA...............................................................................................6

C. MANIFESTASI KLINIK EFUSI PLEURA........................................................................7

D. PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA....................................................................................7

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG EFUSI PLEURA.............................................................8

F. TERAPI PENUNJANG EFUSI PLEURA...........................................................................9

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFUSI PLEURA..............................10

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................................................13

I. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................................14

J. EVALUASI KEPERAWATAN...........................................................................................14

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Efusi pleura merupakan penyakit sauran pernapasan. Penyakit ini bukan


merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang
dapat mengancam jiwa penderita (WHO).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).

Secara geografis penyakit ini tersdapat diseluruh dunia bahkan menjadi masalah
utama di negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit efusi pleura dapat ditemukan
sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering bersifat
epidemikk di suatu daerah.

Pengetahuan yang dalamtentang efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman


dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Disamping pemberian obat, penerapan
proses keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses
penyembuhan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat
efusi pleura.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Apa yang dimaksud dengan EFUSI PLEURA ?

2. Apa etiologi dari EFUSI PLEURA ?

3. Apa manifestasi klinik dari EFUSI PLEURA ?

4. Apa patofisiologi dari EFUSI PLEURA ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang EFUSI PLEURA ?

6. Bagaimana terapi pengobatan dari EFUSI PLEURA?

7. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien EFUSI PLEURA?

4
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan :
1. Definisi EFUSI PLEURA
2. Etiologi EFUSI PLEURA
3. Manifestasi klinik EFUSI PLEURA
4. Patofisiologi EFUSI PLEURA
5. Pemeriksaan penunjang EFUSI PLEURA
6. Terapi pengobatan EFUSI PLEURA
7. Pengkajian keperawatan pada pasien EFUSI PLEURA

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan pariental, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 185).

Efusi pleura juga didefinisikan sebagai akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan, atau keduanya(Morton
etall, 2013, hal. 727).

Efusi pleura didefinisikan sebagain penimbunan cairan yang berlebihan dalam rongga
pleura. Hal itu dapat disebabkan oleh peningkatan terbentuknya cairan dalam intestinal paru,
pleura perietalis atau rongga peritoneum atau oleh karena penurunan pembuangan cairan
pleura oleh limfatik parietalis(Saputra, 2013).

Jadi, efusi pleura merupakan penumpukan cairan yang abnormal pada rongga pleura yang
di akibatkan karena peningkatan atau penurunan produksi cairan, pengeluaran cairan, atau
keduanya.

B. ETIOLOGI

Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari
lima makanisme berikut:

 Peningkatan tekanan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik


 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negatif intrapleura
 Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab efusi pleura lain :

 Infeksi

1. Tuberculosis
2. Pneumonitis
3. Abses paru
4. Perforasi esophagus
5. Abses subfrenik

6
 Noninfeksi
1. Karsinoma paru
2. Karsinoma pleura: primer, sekunder

a. Karsinoma mediastinum
b. Tumor ovarium
c. Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
d. Gagal hati
e. Gagal jantung
f. Hipotiroidisme
g. Kilotoraks
h. Emboli paru

C. MANIFESTASI KLINIK

1) Ditemukannya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,


setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2) Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebris (tuberkulosis), banyak keringat, batuk,
banyak riak.
3) Deviasi trchea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlaianan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yag sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan
duduk permukaan cairan membentuk garis melegkung (garis Ellis Damoiseu).
5) Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang perkusi redup timpani di bagian atas garis
Ellis Damoiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinus ke sisi lain, pada askultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6) Pada awal dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D. PATOFISIOLOGI

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang disebabkan akibat peningkatan


kecepatan produksi cairan ataupun sebaliknya dan bisa juga keduanya. efusi pleura juga
merupakan suatu gejala komplikasi dari penyakit yang menyebabkan penumpukan cairan
itu sendiri di pleura.

Efusi dapat terjadi karena transudat dan eksudat. efusi pleura transudatif adalah
ultrafiltrasi plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak terkena penyakit.
akumulasi cairan ini disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan
absorbsi cairan pleura. penyebab tersering efusi pleura transudat adalah gagal

7
jantungkongestif, peningkatan tekanan vena pusat berpengaruh menyebabkan efusi
pleura. Penyebab lainnya yaitu ateleksis, yang menyebabkan akumulasi cairan pleura
karena penurunan tekanan pleura. Efusi pleura eksudatif terjadi karena kebocoran cairan
melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru yang dilapisi pleura
tersebut atau kedalam paru terdekat. cairan dengan kandungan protein tinggi bocor
melewati kapiler yang rusak.

Efusi pleura eksudatif juga dapat disebabkan oleh akumulasi cairan di


mediastinum, retroperitoneum, dan cairan tersebut dapat mengalir keruang rongga pleura
yang bertekanan rendah. efusi pleura eksudatif memiliki satu dari kriteria seperti, rasio
cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5, rasio cairan pleura dengan
dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6, LDH cairan pleura dua pertiga atas batas
normal LDH serum. pnumonia dalah penyebab tersering efusi pleura eksudatif, selain itu
penyakit metastasis juga menjdi penyebabnya. selain eksudat dan transudat efusi pleura
juga dapat disebabkan oleh infeksi yang menyebakan peradangan pada pleura dan lebih
sulit untuk diketahuinya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG EFUSI PLEURA

1. Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk


mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa


menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.

3. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang


jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan


biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar

8
20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang


terkumpul.

7. Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di


konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml.
Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak
tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan
pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan
cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

a. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase,


pH, dan glucose.

b. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan


terjadi infeksi bakteri

c. Pemeriksaan hitung sel

 
8. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan
apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif
disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis
hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif
biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan
keganasan.

F. TERAPI PENGOBATAN EFUSI PLEURA


1. Penanganan
1) Tabung torakotomi (tabung dada)
Sebuah sayatan kecil dibuat di dinding dada, dan sebuah tabung plastik
dimasukkan ke dalam rongga pleura. Tabung dada juga melekat pada alat hisap dan
sering disimpan di tempat selama beberapa hari dan akan menyedot kelebihan cairan
pada efusi pleura.

9
Zat yang mengiritasi (seperti bedak atau doxycycline) disuntikkan melalui
tabung dada, ke dalam rongga pleura. Zat ini menyebar di pleura dan dinding dada,
yang kemudian mengikat erat satu sama lain karena dapat memulihkan. Dalam
banyak kasus, pleurodesis efektif mencegah efusi pleura berulang.

2) Drainase pleura
Proses ini semacam proses menguras isi rongga pleura. Untuk efusi pleura
yang berulang kali kambuh, kateter jangka panjang dapat dimasukkan melalui kulit ke
dalam rongga pleura. Seseorang yang terpasang kateter pleura dapat melakukan
drainase efusi pleura secara berkala di rumah.
3) Dekortikasi pleura

Ahli bedah dapat beroperasi di dalam rongga pleura, mengambil jaringan yang
meradang dan jaringan yang tidak sehat. Dekortikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan sayatan kecil (thorakoskopi) atau satu besar (thorakotomi).

2. Pengobatan sederhana yang dapat dilakukan dirumah

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi efusi pleura:

1) Berhenti merokok
Apabila Anda aktif merokok, maka sebaiknya Anda berhenti sesegera mungkin.
Kandungan dan zat beracun dalam rokok hanya dapat mengakibatkan gejala-
gejala efusi pleura semakin parah.
2) Hindari minuman beralkohol
Alkohol dapat memengaruhi fungsi hati. Apabila hati mengalami kerusakan,
Anda dapat berisiko mengalami kondisi hepatic hydrothorax yang berpengaruh
pada penumpukan cairan di pleura.
Mengurangi, bahkan berhenti mengonsumsi alkohol sama sekali, adalah tindakan
dan pencegahan terbaik agar gejala efusi pleura tidak muncul lagi.
3) Tidak melakukan aktivitas berat
Jika Anda positif memiliki penumpukan cairan pada pleura, Anda harus
menghindari kegiatan-kegiatan yang terlalu ekstrim, seperti olahraga berat dan
mengangkat beban berlebih.
4) Istirahat yang cukup
Dengan mengambil waktu yang cukup untuk beristirahat di sela-sela kesibukan
Anda, Anda telah mengurangi kemungkinan munculnya gejala-gejala efusi pleura
di lain waktu.
5) Makan makanan yang sehat
Mengganti menu makanan Anda sehari-hari dengan bahan-bahan bergizi seperti
sayur dan buah-buahan akan memberikan perubahan yang signifikan pada
kesehatan paru-paru, khususnya pleura.

10
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian

a. Identitas Pasien Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan
adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca
paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
f. Riwayat Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adanya tindakan medis danperawatan
di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang
juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
2) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

h. Pola nutrisi dan metabolisme


1) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
2) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
3) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnyalemah.
i. Pola eliminasi
1) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS.
2) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
j. Pola aktivitas dan latihan
1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
11
2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada
4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
k. Pola tidur dan istirahat
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat.
2) Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana
penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
2) Sistem Respirasi
a. Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan
menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan
pasien biasanya dyspneu
b. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >
250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal pada dada yang sakit.
c. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya
tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan
berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam
posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas
di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
d. Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari
parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari
atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3) Sistem Cardiovasculer
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS –
5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.

12
d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah
murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) System pencernaan
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu
di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35kali per menit.
c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba.
d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
a) Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma
b) Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
c) Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
b) Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta
dengan pemerikasaan capillary refiltime.
c) Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
a) Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
b) Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,
demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang,

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN PASIEN EFUSI PLEURA


1. Pola nafas tidak efektif
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif

13
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

14
I. INTERVENSI KEPERAWATAN PASIEN EFUSI PLEURA
1. Pola Napas Tidak efektif
a. Tujuan ( SLKI )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam maka pola napas
membaik dengan kriteria hasil :
- Tekanan ekspirasi meningkat
- Tekanan inspirasi meningkat
- Penggunaan otot bantu napas menurun
- Frekuensi napas membaik
- Kedalaman napas membaik
- Ekskursi dada membaik
b. Intervensi ( SIKI )
Label : Manajemen Jalan Napas
- Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas )
 Monitor bunyi napas tambahan (misalnya gurgling, mengi, weezing,
ronchi kering )
 Monitor sputum ( jumlah, warna, dan aroma )
- Terapeutik
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Anjurkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Tujuan ( SLKI )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam maka bersihan jalan
napas meningkat dengan criteria hasil :
- Batuk efektif meningkat (5)
- Produksi sputum menurun (5)
- Gelisah menurun (5)
- Frekuensi napas membaik (5)
- Pola napas membaik (5)
b. Intervensi ( SIKI )
- Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Terapeutik
15
 Atur posisi semi fowler atau fowler
 Pasang perlak dan bengkok dipangkuan klien
 Buang secret pada tempat sputum
- Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam 3 kali
- Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika mau

J. EVALUASI PASIEN EFUSI PLEURA


1. Pasien menunjukan tidak adanya gangguan status pernapasan
2. Pernapasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
3. Tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Keluhan nyeri berkurang
5. Skala nyeri menurun
6. Wajah klien terlihat lebih tenang
7. Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
8. Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi  pleura bukanlah suatu disease
entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa
penderita.

Etiologi terhadap efusi pleura adalah pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat
disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan paru sendiri, misalnya
infeksi baik oleh bekteri atau virus.

Gejala klinis efusi pleura yaitu nyeri pada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi,
cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya eksudat. Gejala fisik
tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200 – 300 ml. Tanda – tanda yang sesuai dengan
efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi dan
berkurangnya suara napas.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34453161/LAPORAN_PENDAHULUAN_EFUSI_PLEURA
https://www.academia.edu/18370518/ASUHAN_KEPERAWATAN_efusi_pleura
https://hellosehat.com/penyakit/efusi-pleura/
https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/12/09/asuhan-keperawatan-dengan-efusi-
pleura/

18

Anda mungkin juga menyukai