Anda di halaman 1dari 58

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. J USIA 20 TAHUN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HUMAN IMMUNODEVICIENCY VIRUS DAN
MENINGITIS DIRUANG PERAWATAN NEUROLOGI
RSUD KOTA KENDARI

Disusun

ISMAIL M. TAKANAMA P00320018066

NURIZA FITRI SAHARANI P00320018036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV-AIDS

A. Defenisi HIV-AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia
retrovirus, sel sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang
terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem
imun (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang
diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem
imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun ( Daili,
F.S. , 2009)
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC)
merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)
dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering
digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”,
atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-
kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasif atau diseminasi dari
penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB
(Tubercolosis). (Doenges, 2000).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus
tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit
infeksi. (Nursalam, 2007).
B. Etiologi HIV-AIDS
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua
tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2.Infeksi yang terjadi sebagianbesar
disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat.
Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh
HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan masa inkubasisejak mulai infeksi
sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Martono, 2006).HIV yang
dahulu disebut virus limpotrofik sel T manusia atau virus
limfadenopati(LAV), adalah suatu retrovirusmanusia sitopatikdari famili
lentivirus. Retrovirusmengubah asamribonukleatnya(RNA) menjadi asam
deoksiribonukleat(DNA) setelahmasuk ke dalam sel penjamu. HIV-1 dan
HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,dengan HIV-1 menjadi penyebab utama
AIDS di seluruh dunia(Sylvia& Wilson, 2005).
Ciri khas morfologi yang unik dari virus HIV adalah adanya nukleoid
yang berbentuk silindr is dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen
yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam
pathogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein tat,
berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam
aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.Transaktivasi pada hiv
sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Proteinrev
dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu
keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein
nefmenginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).
Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang


merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam
kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS (Zuya Urahman, 2009).
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat
dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C.

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.


b. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang akut.

2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5° C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q. Pneumonia Pneumocystic Cranii
r. Pneumonia Rekuren
s. Leukoenselophaty multifokal progresiva
t. Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak
v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus
HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau
fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
Menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D. Manifestasi Klinik
Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala
mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-
tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti
demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar
getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita
HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun
atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran
sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala
yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan
gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi
klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di
jumpai pada laki -laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh
HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%)
dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak
merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari
ungutua, merah muda, sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan
berat badan, dan keringat malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer
mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,
kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering
nonproduktif, rasa lemah, dan sesak nafas.Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya
selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan
diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan di sertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta
wajah. Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis
menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas
atau dengan dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada daerah di mana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV,
penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan
tubuh lain (cerebrospinal fluid) penderita.
1. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)
ELISA digunakan untuk menemukan antibodi (Baratawidjaja).
Kelebihan teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100%
(Kresno). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. Tes
ELISA telah menggunakan antigen recombinan, yang sangat spesifik
terhadap envelope dan core (Hanum, 2009).
2. Western Blot
Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif
dari suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau
molekul lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran
adalah jenis antigen yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan
gp41 (Kresno, 2001).
Western blot mempunyai spesifisitas tinggi yaitu 99,6% - 100%.
Namun pemeriksaan cukup sulit, mahal membutuhkan waktu sekitar 24
jam (Hanum, 2009).
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat
antibodi maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan
secara serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab
sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno, 2001). Pemeriksaan CD4
dilakukan dengan melakukan imunophenotyping yaitu dengan flow
cytometry dan cell sorter. Prinsip flowcytometry dan cell sorting
(fluorescence activated cell sorter, FAST) adalah menggabungkan
kemampuan alat untuk mengidentifasi karakteristik permukaan setiap sel
dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam suatu suspensi
menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui suatu celah,
yang ditembus oleh seberkas sinar laser. Setiap sel yang melewati berkas
sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat oleh instrumen
sebagai karakteristik sel bersangkutan. Setiap karakteristik molekul pada
permukaan sel manapun yang terdapat di dalam sel dapat diidentifikasi
dengan menggunakan satu atau lebih probe yang sesuai. Dengan demikian,
alat itu dapat mengidentifikasi setiap jenis dan aktivitas sel dan
menghitung jumlah masing-masing dalam suatu populasi campuran
(Kresno, 2001).

E. Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
1. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah pemenuhan
kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek
perawatan fisik meliputi :
a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana
yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien
setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi
risiko penyebaran infeksi.Selama sakit, penerapan universal precautions
oleh perawat, keluraga, dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini di
tunjukkan untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV.
Prinsip-prinsip universal precautions meliputi:
1). Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila mengenai
cairan tubuh pasien menggunakan alat pelindung, seperti sarung
tangan, masker, kacamata pelindung, penutup kepala, apron dan
sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuakan dengan jenis
tindakan yang akan dilakukan.
2). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
3). Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4). Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai (tercemar).
5). Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara
benar dan aman.
b) Peran perawat dan pemberian ARV
1). Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
(a) Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi.
(b) Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila
timbul efek samping, bisa diganti dengan obat lainnya, dan bila
virus mulai rasisten terhadap obat yang sedang digunakan bisa
memakai kombinasi lain.
2). Efektivitas obat ARV kombinasi:
(a) AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat AVR yang
lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan satu jenis obat saja.
(b) Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien
lupa minum dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
(c) Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
c) Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV/ AIDS sangat membutuhkan vitamin dan mineral
dalam jumlah yang lebih banyak dari yang biasanya diperoleh dalam
makanan sehari- hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami defisiensi
vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan
nutrient. Hal ini berhubungan dengan menurunnya atau habisnya
cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Defisiensi vitamin dan
mineral pada ODHA dimulai sejak masih dalam stadium dini. Walaupun
jumlah makanan ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat,
tetapi akan tetap terjadi defisiensi vitamin dan mineral.
d) Aktivitas dan istirahat
(a) Manfaat olah raga terhadap imunitas tubuh
Hamper semua organ merespons stress olahraga. Pada keadaan
akut , olah raga akan berefek buruk pada kesehatan, olahraga yang
dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi organ tubuh yang
berefek menyehatkan
(b) Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh
(1) Perubahan system tubuh
Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 i/menit menjadi
20 1/menit pada orang dewasa sehat. Hal ini menyebabkan
peningkatan darah ke otot skelet dan jantung.
(2) Sistem pulmoner
Olahraga meningkatkan frekuensi nafas, meningkatkan
pertukaran gas serta pengangkutan oksigen, dan penggunaan
oksigen oleh otot.
(3) Metabolisme
Untuk melakukan olah raga, otot memerlukan energi. Pada
olah raga intensitas rendah sampai sedang, terjadi pemecahan
trigliserida dan jaringa adiposa menjadi glikogen dan FFA
(free fatty acid). Pada olahraga intensitas tinggi kebutuhan
energy meningkat, otot makin tergantung glikogen sehingga
metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob
2. Psikologis (strategi koping)
Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat. Belajar yang
dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada
pengaruh internal dan eksterna
3. Sosial
Dukungan social sangat diperlukan PHIV yang kondisinya sudah sangat
parah. Individu yang termasuk dalamdan memberikan dukungan social
meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman,
tim kesehatan, atasan, dan konselor.
F. Farmakologis :
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi
HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh
yang tercemar HIV.
a. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
< 3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : didanosine, ribavirin,
diedoxycytidine, dan recombinant CD 4 dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
1) Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun.
2) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel
T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
G. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
1. Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir
terdapat secara universal pada semua penderita AIDS serta
keadaan yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi ini umumnya
mendahului infeksi serius lainnya. Kandidiasi oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Tanda –
tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
yang sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri
retrosternal). Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang
mengalami ulserasi dan menjadi rentan terutama terhadap
penyebaran kandidiasis ke sistem tubuh yang lain.
2. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu kelainaan
malignitas yang berkaitan dengan HIV yang sering ditemukan ,
merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil pembuluh
darah dan limfe.
b. Neurologik
1. Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan,
kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
Sebagian basar penderita mula-mula mengeluh lambat berpikir
atau sulit berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Penyakit
ini dapat menuju dimensia sepenuhnya dengan kelumpuhan
pada stadium akhir. Tidak semua penderita mencapai stadium
akhir ini.
2. Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/
ensefalitis. Dengan efek sakit kepala, malaise, demam, paralise
total/ parsial.
Ensefalopati HIV. Disebut pula sebagai kompleks demensia
AIDS (ADC; AIDS dementia complex), ensefalopati HIV
terjadi sedikitnya pada dua pertiga pasien –pasien AIDS.
Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan motorik. Tanda –
tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit dibedakan
dengan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan
terhadap infeksi dan malignansi
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik, dan menarik endokarditis.
4. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV
dengan disertai rasa nyeri serta patirasa pada akstremitas,
kelemahan, penurunan refleks tendon yang dalam, hipotensi
orthostatik dan impotensi.
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma dan sarkoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik, demam atritik.
3. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloidiasis dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan gagal nafas.
e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
, reaksi otot, lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2.Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN HIV/AIDS

A. Identitas Klien
 Nama
 No RM
 Usia
 Jenis Kelamin
 Diagnosa
 Hari rawat
 Tanggal masuk rumah sakit
Pengkajian
 Keluhan masuk
Penyebab pasien dibawa ke rumah sakit apakah pasien mengalmai
penurunan kesadaran, sesak nafas, muntah darah, batuk dengan dahak
berdarah, demam atau nyeri pada kepala atau bagian tubuh lain
 Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak
berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-menerus yang
disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan,
pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi
menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot
menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas,
nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas
pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak
lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit
untuk melakukan hubungan seksual.
 Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple,
aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual,
penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah
kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-
obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani
transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi im
 Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang.

Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran umum/ kesadaran
 Tanda- tanda Vital (TTV)
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
 Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : simteris atau tidak, normochepal
b. Mata :konjungtiva anemis (+), sclera Ikterik (+)
c. Hidung : sekret(+)
d. Telinga : nyeri tekan, kesimetrisan
e. Mulut : mukosa mulut kering(-),
f. Kulit : turgor kulit jelek(-)
g. Paru-paru :I simetris atau tidak
P fremitus atau tidak
P redup/sonor
A bronkovesikuler, ronkhi, whezzing
h. Jantung :I Iktus terlihat atau tidak
P Iktus teraba atau tidak
P Batas jantung
A Irama jantung
i. Abdomen :I Membuncit atau tidak
P H/L teraba atau tidak
P tympani
A bunyi bising usus norma/tidak
j. Ekstremitas : edema, nyeri tekan
 Pemeriksaan
a. Aktivitas dan istirahat
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
dan pernafasan.
b. Sirkulasi
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume
nadi perifer, pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.
c. Integritas ego
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut,
perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata
kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
d. Eliminasi
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan
abdomen, lesi/abses rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai
mukus atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan
karakteristik urine.
e. Makanan/cairan
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan
kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk;
lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna;
kurangnya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal; edema.
f. Higiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun,
apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.Ide paranoid, ansietas
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul refleks
tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis,
hemiparase, kejangHemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas
adventisius, batuk (mulai sedang sampai parah)
produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
j. Keamanan
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah
terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rektum luka,
luka-luka perianal atau abses. Timbulnya nodul-nodul, pelebaran
kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha)
Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya
berjalan.
k. Seksualitas
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi social
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang
tak terorganisasi, perobahan penyusunan tujuan.
l Pola fungsi kesehatan (Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual)
a) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,
Keluarga mengatakan saat masuk RS px hanya mampu
menghabiskan ⅓ porsi makanan, Saat pengkajian keluarga
mengatakan px sedikit minum, sehingga diperlukan terapi cairan
intravena.
c) Pola eliminasi
Mengkaji pola BAK dan BAB px
d) Pola aktifitas dan latihan
Pasien terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik, tetapi
px mampu untuk duduk, berpindah, berdiri dan berjalan.
e) Pola istirahat
Px mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, pikiran kacau,
terus gelisah.
f) Pola kognitf dan perseptual (sensoris)
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit, px mampu memberikan
penjelasan tentang keadaan yang dialaminya.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Pola emosional px sedikit terganggu karena pikiran kacau dan sulit
tidur.
h) Peran dan tanggung jawab
Keluarga ikut berperan aktif dalam menjaga kesehatan fisik pasien.
i) Pola reproduksi dan sexual
Mengkaji perilaku dan pola seksual pada px
j) Pola penanggulangan stress
Stres timbul akibat pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya, px merasakan pikirannya kacau. Keluarga px cukup
perhatian selama pasien dirawat di rumah sakit.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu, dimana px dan keluarga percaya bahwa masalah px
murni masalah medis dan menyerahkan seluruh pengobatan pada
petugas kesehatan.

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
b. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx keperawatan Luaran Intervensi


1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedera tindakan
Observasi :
fisiologis keperawatan selama
1x24 jam maka 1. Identifikasi
lokasi,karakteristik,dura
tingkat nyeri
si,frekuensi,intensitas
menurun ,dengan
nyeri
kriteria hasil :
 Keluhan 2. Identifikasi skala nyeri

nyeri 3. Identifikasi respon nyeri


menurun non verbal
 Meringis
4. Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
 Gelisah
memperingan nyeri
menurun
Terapeutik :
 Frekuensi
nadi 1. Berikan teknik
membaik nonfarmakologis untuk
 Pola napas mengurangi rasa nyeri

membaik (Mis.Teknik
hipnotis,akupresur,terapi
 Tekanan
musik,terapi pijat)
darah
membaik 2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,ke
bisingan)

Edukasi :

1. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

4. Anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
analgetik,Jika diperlukan
2 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
kehilangan tindakan Observasi :

cairan aktif keperawatan selama • Periksa tanda dan gejala


hipovolemia (Mis.
2x24 jam maka
frekuensi nadi
status cairan
meningkat,nadi teraba
membaik dengan
lemah,tekanan darah
kriteria hasil :
menurun,tekanan nadi
• Turgor kulit
menyempit,turgor kulit
meningkat
memburuk,membran
• Output urine
mukosa kering,volume
meningkat
urine
• Kekuatan nadi
menurun,hematokrit
meningkat
Meningkat,haus dan
• Frekuensi nadi
lemah)
membaik
• Monitor intake dan
• Tekanan darah
output caira
membaik
• Membran mukosa
Terapeutik :
membaik
• Hitung kebutuhan cairan
• Kadar hematokrit • Berikan posisi modified
membaik trendelenburg
• Berikan asupan cairan
Oral
Edukasi :
• Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
• Anjurkan menghindari
perubahan posisi
secara mendadak

Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian
IV issotonis (mis
.cairan NaCl dan RL)
• Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis .glukosa 2,5%
NaCl 0,4%)
• Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis
.Albumin ,plasmanate)
• Kolaborasi pemberian
prodak darah

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


b/d tindakan Observasi :
ketidakmampua keperawatan selama • Identifikasi status
n mencerna 2x24 jam maka nutrisi
makanan Status nutrisi • Identifikasi alergi dan
membaik,dengan intoleransi makanan
kriteria hasil :  Monitor asupan
• Porsi makanan makanan
yang dihabiskan
meningkat Terapeutik :
• Kekuatan otot • Lakukan oralhygiene
pengunyah sebelum makan ,jika
meningkat perlu
• Kekuatan otot • Sajikan makanan
menelan secara menarik dan
meningkat suhu yang sesuai
• Nyeri abdomen
menurun Edukasi :
• Diare menurun • Anjurkan posisi duduk
• Berat badan ,jika mampu
membaik • Anjurkan diet yang
• Frekuensi makan diprogramkan
membaik
• Nafsu makan Kolaborasi :
membaik Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
kumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH II

Tanggal Pengkajian : 03 November 2020 No. Register : 28-11-20


I.Diagnosa
Biodata Medis : Human
ImmunodeviciencyVirus + Meningitis

A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Nn. J
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur/Tanggal Lahir : 20 Tahun/ 12 Oktober 2000
4. Status Perkawinan : belum kawin
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Tolaki
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : belum bekerja
9. Pendapatan : Rp. -
10. Tanggal Mrs : 30 November 2020

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Sarniatin
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Pns (Guru)
4. Hubungan Dengan Klien : Anak
5. Alamat : Jln. D.I Panjaitan BTN Bukit Lepo Indah
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :
Nn. J usia 20 tahun dirawat diruang neurologi Rsud kota kendari, saat ini
klien sering merasakan sakit kepala terutama pada malam hari, kepala
rasanya seperti tertusuk-tusuk yang dirasakan oleh klien, klien juga
mengatakan dirinya tidak berguna lagi setelah tervonis positif HIVdan
setiap malam dirinya selalu menangis.
B. Riwayat Keluhan :
1. klien mengatakan nyeri hebat pada kepala pada saat masuk rs
semenjak 2 minggu yang lalu.
2. Klien mengatakan sampai saat ini sering merasakan sakit kepala
ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
4. Klien mengatakan tiap malam selalu menangis
5. Klien mengatakan sering berkeringat dimalam hari
6. Klien mengatakan sering muntah 3-4 kali/hari
7. Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
8. Klien mengatakan mudah lelah, lemas dan tidak ada semangat
9. Klien mengatakan sudah tidak berguna lagi
10. Klien mengatakan tidak bisa tidur dan memikirkan kondisi nya
sekarang
11. Klien belum bisa menerima menerima ujian yang diberikan
kepadanya.
12. Klien mengatakan sudah merasa bersalah kepada dirinya sendiri
13. Klien mengatakan merasa malu terhadap keluarganya
14. Klien mengatakan merasa dirinya tertekan

a) Penyebab/Faktor Pencetus : patologis dari penyakit


b) Sifat Keluhan : rasa tertusuk-tusuk
c) Lokasi Dan Penyebarannya : pada seluruh kepala
d) Skala Keluhan :-
e) Mulai Dan Lamanya Keluhan : dirasakan setiap malam hari
f) Hal-Hal Yang Meringankan/Memperberat : memperberat ketika klien
ingin beraktivitas
Iii. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Apakah Menderita Penyakit Yang Sama: Tidak


b. Bila Pernah Dirawat Di Rs, Sakit Apa : Tidak Pernah
c. Pernah Mengalami Pembedahan : Ya/ Tidak, Penyakit: Tidak
Ada
d. Riwayat Alergi : Ya/Tidak, Terhadap Zat/
Obat/ Minuman/ Makanan : Tidak Ada
e. Kebiasaan/Ketergantungan Terhadap Zat:
1. Merokok (Berapa Batang Sehari):4 batang per hari
2. Minum Alkohol : Tidak Ada /Lamanya: -
3. Minum Kopi : Tidak Ada /Lamanya: -
4. Minum Obat-Obatan : Tidak Ada /Lamanya: -

IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (Diagram 3 Generasi)


a. Buat Genogram 3 Generasi ( Lembaran Sendiri )
b. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
1. Apakah Ada Anggota Keluarga Yang Menderita Penyakit Serupa :
Tidak ada
2. Apakah Ada Keluarga Yang Mempunyai Penyakit Menular Atau
Menurun :Tidak
V. Pemeriksaan Fisik
0. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 110/60 Mmhg
2. Pernapasan : 22 Kali / Menit, Irama : Reguler
3. Nadi : 110 Kali / Menit, Regular/Ireguler : Reguler
4. Suhu Badan : 38,5 0c
1. Berat Badan Dan Tinggi Badan
1. Berat Badan : 40 Kg
2. Tinggi Badan : 160 Cm
3. Imt : 15,62
2. Kepala :
1. Bentuk Kepala : Simetris
2. Keadaan Kulit Kepala : tidak ada lesi
3. Nyeri Kepala / Pusing : nyeri
4. Distribusi Rambut : Baik, Rambut Tebal, dan hitam
5. Rambut Mudah Tercabut : Tidak
6. Alopesia : Tidak Ada Tanda Kebotakan
7. Lain-Lain :

3. Mata
1. Kesimetrisan : Simetris
2. Edema Kelopak Mata : Tidak Ada Tanda Edema Atau
Pembengkakan
3. Ptosis : Normal, Tidak Ada Tanda Ptosis
4. Sklera : Normal, Putih
5. Konjungtiva : Normal, Non- Anemis
6. Ukuran Pupil : Normal, Isokor
7. Ketajaman Penglihatan : Normal, Visus 6/6
8. Pergerakan Bola Mata : Simetris
9. Lapang Pandang : normal
10. Diplopia : Tidak Ada Tanda Diplopia
11. Photohobia : Tidak Ada Trauma, Terhadap Rangsang
Cahaya
12. Nistagmus : Normal
13. Reflex Kornea : Isokor
14. Nyeri : Tidak Terdapat Nyeri
15. Lain – Lain : Tidak Ada
4. Telinga
1. Kesimetrisan : Simetris Kanan/Kiri
2. Sekret : Normal, Tidak Ada Sekret
3. Serumen : Normal, Tidak Ada Cairan Yang
Mengendap
4. Ketajaman Pendengaran : Baik
5. Tinnitus : Normal
6. Nyeri : nyeri pada saat ditekan
7. Lain – Lain : Tidak Ada
5. Hidung
1. Kesimetrisan : Simetris Kanan/Kiri
2. Perdarahan : Normal, Tidak Terdapat Perdarahan
3. Sekresi : Abnormal, Sekret (+)
4. Fungsi Penciuman : Normal, Bisa Mencium Berbagai Bau-
Bauan
5. Nyeri : tidak ada
6. Mulut
1. Fungsi Berbicara : Normal
2. Kelembaban Bibir : normal, lembab
3. Posisi Uvula : Normal
4. Mukosa : terdapat lesi
5. Keadaan Tonsil : Normal, Tidak Mengalami Pembengkakan
6. Stomatitis : Normal, Tidak Ada Luka Dan
Pembengkakan
7. Warna Lidah : Normal, Merah Muda
8. Tremor Pada Lidah : Normal, Tidak Ada Tanda Tremor Pada
Lidah
9. Kebersihan Lidah : Normal, Baik Dan Bersih
10. Bau Mulut : abnormal, bau
11. Kelengkapan Gigi : Lengkap
12. Kebersihan Gigi : kurang bersih
13. Karies : Tidak Ada Tanda Karies
14. Suara Parau : Tidak Ada Suara Parau
15. Kesulitan Menelan : Tidak
16. Nyeri Menelan : Tidak Ada
17. Kemampuan Mengunyah : Mampu
18. Fungsi Mengecap : Normal
7. Leher
1. Mobilitas Leher : Normal, Tidak Ada
2. Pembesaran Kel. Tiroid : Abnormal, Pembesaran Tiroid (+)
3. Pembesaran Kel. Limfe : Tidak Ada Pembesaran Limfe
4. Pelebaran Vena Jugularis : Normal, Tidak Lebih Dari 8 Cm
5. Trakhaea : Normal, Baik
6. Lain-Lain : Tidak Ada
8. Thoraks
Paru – Paru
1. Bentuk Dada : Barrel Chest
2. Pengembangan Dada : Simetrsi Kanan Dan Kiri
3. Retraksi Dinding Dada : Tidak Ada
4. Tanda Jejas : Tidak Ada Tanda Jejas
5. Taktil Fremitus : Normal, simetris
6. Massa : Tidak Terdapat Massa, Atau Penumpukan
Sekret
7. Dispnea : tidak
8. Ortopnea : Normal, Tidak Ada Gangguan Pernapasan
Pada Saat Tidur
9. Perkusi Thoraks : Normal, Sonor
10. Suara Nafas : Vesikuler
11. Bunyi Nafas Tambahan : Tidak Ada
12. Nyeri Dada : Ada
13. Lain-Lain : Tidak Ada
Jantung
1. Iktus Kordis : Tidak Tampak
2. Ukuran Jantung :-
3. Nyeri Dada : Tidak Ada
4. Palpitasi : Tidak Tanpak Terjadi Palpitasi
5. Bunyi Jantung : Normal, S1 dan S2
6. Lain-Lain : Tidak Ada
9. Abdomen
1. Warna Kulit : Sawo Matang
2. Distensi Abdomen : Tidak Terjadi Distensi
3. Ostomy : Tidak Ada Lubang Ostomy
4. Tanda Jejas : Tidak Tampak Jejas
5. Peristaltik : 39 x/i
6. Perkusi Abdomen : Timpani
7. Massa :Tidak Ada Lokasi : -
8. Nyeri Tekan : normal / Lokasi :
10. Payudara
A. Kesimetrisan : Simetris
B. Keadaan Puting Susu : Tidak Ada Lesi
C. Pengeluaran Dari Putting Susu : Tidak Ada
D. Massa : Tidak Ada Massa, Atau
Pembengkakan
E. Kulit Paeu D’orange : Baik
F. Nyeri : Tidak Ada Nyeri
G. Lesi : Tidak Ada Lesi
H. Lain – Lain : Tidak Ada
11. Genitalia
Pria
1. Keadaan Meatus Uretra Eksterna :
2. Lesi Pada Genital :
3. Scrotum :
4. Pembesaran Prostat :
5. Pendarahan :
6. Lain – Lain :
Wanita
1. Keadaan Meatus Uretra Eksterna: -
2. Leukorrhea :-
3. Perdarahan :-
4. Lesi Pada Genital :-
5. Lain - Lain :-
12. Pengkajian Sistem Saraf
1. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
2. Koordinasi : baik
3. Memori : baik
4. Orientasi : menurun
5. Konfusi : menurun
6. Keseimbangan : seimbang
7. Kelumpuhan : tidak ada
8. Gangguan Sensasi : Terganggu
9. Kejang-Kejang : Tidak Ada Tanda Kejang
10. Lain – Lain : Tidak Ada
11. Reflex :
a. Refleks Tendon
1. Biseps : Normal, Klien Rasakan Kontraksi
2. Trisep : Normal, Ekstensi Ringan Pada Siku
3. Lutut : normal,Adanya Ekstensi Kaki Atau Tendangan
Kaki kanan
4. Achiles : normal, Adanya Sentakan Bawah Pada Kaki
Kanan klien
b. Refleks Patologis
Babinski : Normal, Positif ( Ibu Jari Mengalami Fleksi )
Lain - Lain : Tidak Ada
c. Tanda Meningeal :
1. Kaku Kuduk/Kernig Sign: Negatif
2. Brudzinski : Normal
3. Brubzinski Ii : Normal
4. Lain - Lain : Normal
13. Anus Dan Perianal
1. Hemorrhoid : Normal, Tidak Ada Tanda Hemoroid
2. Lesi Perianal : Normal
3. Nyeri : tidak ada nyeri
4. Lain – Lain : Tidak Ada
14. Ekstremitas
1. Warna Kulit : Sawo Matang
2. Purpura / Ekimosis : Tidak Ada ekstravasasi darah / Lokasi : -
3. Atropi : Normal, Tidak Ada Pengecilan Otot
4. Hipertropi : Normal, Tidak Ada Pembesaran Otot
5. Lesi : Tidak ada
6. Pigmentasi : normal
7. Luka : tidak ada/ lokasi : ----Ukuran : ----
8. Deformitas Sendi : Tidak Ada
9. Deformitas Tulang : tidak ada
10. Tremor : Tidak Ada
11. Varises : Tidak Ada
12. Edema : Tidak Ada
13. Turgor Kulit : Menurun
14. Kelembaban Kulit : menurun
15. Capillary Tefilling Time (Crt) : 2 Dtk
16. Pergerakan : menurun
17. Kekakuan Sendi : Tidak Kaku
18. Kekuatan Otot : Lemah
19. Tonus Otot : Baik
20. Kekuatan Sendi : Baik
21. Nyeri : Ada
22. Diaphoresis : tidak ada
23. Lain – Lain : Baik

VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan Oksigenasi
A. Batuk : Tidak / Produktif / Tidak : -
B. Kemampuan Mengeluarkan Sputum : Mampu
C. Karakteristik Sputum : Normal/ Jumlah : -
D. Dispnea : Masalah
E. Ortopnea : Tidak Ada Masalah
F. Otot Bantu Pernafasan : tidak ada
G. Sianosis : Tidak Ada Tanda Sianosis
b. Kebutuhan Nutrisi

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi Makan Sehari 3x1 1x/hari
Waktu Makan Siang, Sore, Dan
Tidak menentu
Malam
Porsi Makan Yang Habiskan 1 Porsi Tidak habia
Penggunaan Alat Bantu Makan Tidak Ada Tidak Ada
Makanan Pantang/Yang Tidak
Tidak Ada Tidak Ada
Disukai
Makanan Yang Disukai bakso Tidak Ada
Pembatasan Makanan Tidak Ada Tidak Ada
Jenis Makanan Yang Dibatasi Tidak Ada Tidak Ada
Konsumsi Makanan Berserat :
Tidak Ada Tidak Ada
Jenis Dan Jumlah
Nafsu Makan Ada Menurun
Mual Tidak Ada Mual
Hipersalivasi Tidak Tidak
Sensasi Asam Pada Mulut Tidak Ada Keasaman
Muntah Tidak Ada Ada
Perasaan Cepat Kenyang
Tidak Ada Tidak Ada
Setelah Makan
Perasaan Kembung Tidak Ada Tidak Ada
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

c. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi Minum Sehari 4xsehari (250
Tidak Menentu
cc)
Jumlah Minum Yang
850 Cc 1000 Cc
Dikonsumsi Setiap Hari
Jenis Minuman Yang Tidak Tidak Ada Tidak Ada
Disukai
Jenis Minuman Yang Disukai Tidak Ada Tidak Ada
Perasaan Haus Tidak Ada Tidak Ada
Kelemahan Tidak Ada Tidak Ada
Program Pembatasan Cairan Tidak Ada Tidak Ada
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

Perhitungan Balans Cairan

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Intake Cairan
Minum
Makan
Cairan Intravena
Obat Cair
Lain – Lain
Total
Output Cairan
Sensible Water Loss (Swl)
Bak
Bab
Muntah
Cairan Stoma
Drainase
Insesible Water Loss (Iwl)
Pernafasan
Kulit
Peningkatak Suhu Tubuh
Lain – Lain
Total Output
Input – Output
d. Kebutuhan Eliminasi
Buang Air Kecil (Bak)
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekwensi Bak 3 X Sehari 4-5 Kali Sehari
Pancaran Baik baik
Jumlah 240 Cc 320 Cc
Warna Kuning Kuning pekak
Disuria Tidak Ada Tidak Ada
Nokturia Tidak Ada Tidak Ada
Perasaan Penuh Pada
Tidak Ada Ada
Kandung Kemih
Perasaan Setelah Bak Nyaman Nyaman
Kesulitan Memulai Berkemih Tidak Ada Tidak Ada
Dorongan Berkemih Tidak Ada Tidak Ada
Inkontinensia Urine Tidak Ada Tidak Ada
Total Produksi Urine Tidak Ada Tidak Ada
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

Buang Air Besar (Bab)


Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekwensi 1-2 X/Hari 5-7x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Tidak Ada Bau
ada bau khas
Khas
Warna Kuning, Kehijauan kecoklatan
Flatulans Ya Tidak
Nyeri Saat Defekasi Ya Tidak
Sensasi Penuh Pada Rektal Tidak Ada Tidak ada
Dorongan Kuat Untuk
Tidak ada Tidak ada
Defekasi
mampuan Menahan Defekasi Ada Ada
Mengejan Yang Kuat Saat
Tidak Ada Tidak Ada
Defekasi
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

e. Kebutuhan Istrahat Dan Tidur


Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Jumlah Jam Tidur Siang 2-3 Jam/Hari 1 Jam/Hari
Jumlah Jam Tidur Malam 4-8 Jam/Hari 1-3 Jam/Hari
Kebiasaan Konsumsi Obat
Tidak Ada Tidak Ada
Tidur/Stimulant/ Penenang
Kegiatan Pengantar Tidur Tidak Ada Tidak Ada
Perasaan Waktu Bagun Tidur Sering Tidak
Nyaman
Nyaman
Kesulitan Memulai Tidur Tidak Ada Ada
Mudah Terbagun Ya Ya
Penyebab Gangguan Tidur Tidak Ada Ada
Perasaan Mengantuk Sering Tidak ada
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

f. Kebutuhan Aktivitas
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Kegiatan Rutin Tidak Ada Tidak Ada
Waktu Senggang 2-3 Jam Tidak ada
Kemampuan Berjalan Mampu Mampu
Kemampuan Merubah Posisi
Mampu Mampu
Saat Berbaring
Kemampuan Berubah Posisi :
Mampu Mampu
Berbaring Ke Duduk
Kemampuan
Mempertahankan Posisi Mampu Mampu
Duduk
Kemampuan Berubah Posisi : Mampu Mampu
Duduk Ke Berdiri
Kemampuan
Mempertahankan Posisi Mampu
mampu
Berdiri
Kemampuan Berjalan Mampu tapi
Mampu
ditemani
Penggunaaan Alat Bantu
Mampu Ada
Dalam Pergerakan
Dispnea Setelah Beraktivitas Mampu Tidak Ada
Ketidaknyamanan Setelah
Mampu Tidak Ada
Beraktivitas
Pergerakan Lambat Mampu Ada

g. Kebutuhan Perawatan Diri


A. Mandi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi Dalam Perawatan Ada Ada
Diri Mandi, Mencuci Rambut
Dan Kebersihan Kuku
Frekwensi Mandi 2xhari 2x/ Hari
Kebersihan Kulit Baik Baik
Frekwensi Mencuci Rambut 1-2 / Mgg 1-2/Mgg
Kebersihan Rambut Bersih Bersih
Frekwensi Memotong Kuku Bersih Bersih
Kebersihan Kuku Bersih Bersih
Kemampuan Mengakses Bersih Bersih
Kamar Mandi
Kemampuan Mengambil Bersih Bersih
Perlengkapan Mandi
Kemampuan Membasuh Bersih Bersih
Tubuh Saat Mandi
Kemampuan Mengeringkan Bersih Bersih
Tubuh Saat Mandi

B. Berpakaian
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi Dalam Perawatan Ada Tidak Ada
Diri Mengganti Pakaian
Kebersihan Pakaian Bersih Bersih
Frekwensi Mengganti Pakaian Tiap Setelah Tiap Setalah
Mandi Mandi
Kemampuan Memilih Dan Mampu Mampu
Mengambil Pakaian
Kemampuan Mengenakan Mampu Mampu
Pakaian Pada Bagian Tubuh
Atas
Kemampuan Mengenakan Mampu Kurang Mampu
Pakaian Pada Bagian Tubuh
Bawah
Kemampuan Melepaskan Mampu Kurang mampu
Pakaian Pada Bagian Tubuh
Atas
Kemampuan Melepaskan Mampu Kurang Mampu
Pakaian Pada Bagian Tubuh
Bawah
Kemampuan Mengancing Mampu Mampu
Atau Menggunakan Resleting
Lain – Lain

C. Makan
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi Dalam Perawatan Ada Tidak ada
Diri Makan
Kemampuan Memasukkan Mampu Mampu
Makanan Ke Mulut
Kemampuan Mengunyah Mampu Mampu
Kemampuan Memegang Mampu Mampuu
Peralatan Makan
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

D. Eliminasi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi Dalam Perawatan Ada Ada
Diri Eliminasi Bak Dan Bab
Kemampuan Memanipulasi Ada Tidak ada
Pakaian Untuk Eliminasi
Kemampuan Mencapai Toilet Mampu Mampu
Kemampuan Naik Ke Toilet Mampu Mampu
Kemampuan Menyiram Toilet Mampu Mampu
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

h. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat Paparan Terhadap Kontaminan : Tidak Ada
2. Riwayat Perdarahan : Tidak Ada
3. Riwayat Pemeriksaan Dengan Media Kontras : Tidak Ada
4. Pemasangan Kateter Iv Dalam Waktu Lama : Tidak Ada
5. Penggunaan Larutan Iv Yang Mengiritasi : Tidak Ada
6. Penggunaan Larutan Iv Dengan Aliran Yang Cepat : Tidak Ada
7. Pemasangan Kateter Urine Dalam Waktu Lama : Tidak Ada
8. Imobilisasi : tidak ada
9. Luka Pada Kulit / Jaringan : tidak ada
10. Benda Asing Pada Luka : Tidak Ada
11. Riwayat Jatuh : tidak ada
12. Penyebab Jatuh : Tidak Ada
13. Kelemahan Umum : tidak ada
14. Lain – Lain : Tidak Ada
i. Kebutuhan Kenyamanan :
A. Keluhan Nyeri : / Lokasi :
B. Pencetus Nyeri :
C. Upaya Yang Meringankan Nyeri :
D. Karakteristik Nyeri :
E. Intensitas Nyeri :
F. Durasi Nyeri :
G. Dampak Nyeri Terhadap Aktivitas : -

j. Kebutuhan Seksualitas
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Perubahan Aktivitas Tidak Ada Ada
Seksual
Gangguan Kepuasan Tidak Ada Ada
Seksual
Penurunan Hasrat Seksual Tidak Ada Ada
Gangguan Yang Tidak Ada Ada
Mempengaruhi Hubungan
Seksual
Dispareunia Tidak Ada Tidak Ada
Lain – Lain Tidak Ada Tidak Ada

k. Kebutuhan Psikososial
A. Persepsi Terhadap Penyakit
: klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya ini, dan klien benar-
benar bersalah terhadap dirinya sendiri
B. Harapkan Klien Terhadap Kesehatannya
: keluarga Klien Berharap klien Bisa Sembuh Dengan Secepatnya
walaupun hidup dengan obat ARV
C. Pengaruh Penyakit Terhadap Pekerjaan
: belum bekerja
D. Pola Interaksi Dengan Orang Terdekat
: klien mengatakan tidak ingin bertemu siapapun, ia malu.
E. Sejauh Mana Keterlibatan Orang Terdekat Bila Klien Menghadapi
Masalah
: sebatas keluarga
F. Pola Pemecahan Klien Yang Digunakan Bila Mempunyai Masalah
: Berkomunikasi dan curhat Dengan Keluarga
G. Hubungan Dengan Orang Lain :
Tidak ada
H. Hubungan Klien Dengan Tenaga Kesehatan/Keperawatan Selama
Dirawat
: Tidak Ada

I. Organisasi Kemasyarakatan Yang Diikuti: - Sebagai Apa: -


J. Lain – Lain : -

l. Kebutuhan Spiritual
1. Kemampuan Menjalankan Ibadah
: mampu,dengan kondisi sholat dalam kondisi terbaring
2. Hambatan Mengikuti Ritual Keagamaan
:klien mengatakan kalau saya goyang kepala saya sakit
3. Perasaan Yang Dialami Terkait Aktivitas Keagamaan
: jiwa dan hati ikut tenang
4. Lain – Lain : -
Vii Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium :
1.Western blot
2.Enzym linked immunosorbent assay
3.Polymerase chain reaction

B. Studi Diagnostic :
VII. Tindakan Medik/Pengobatan

1.Infus RL 20 tpm
2.Terapi Azidotimidin
3.Terapi arv
4.Vaksin dan rekontruksi virus

Kendari, 29 November 2020


Mahasiswa

Ismail M. Takanama
KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif :
1. klien mengatakan nyeri hebat pada kepala pada saat masuk rs
semenjak 2 minggu yang lalu.
2. Klien mengatakan sampai saat ini sering merasakan sakit
kepala ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
4. Klien mengatakan tiap malam selalu menangis
5. Klien mengatakan sering berkeringat dimalam hari
6. Klien mengatakan sering muntah 3-4 kali/hari
7. Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
8. Klien mengatakan mudah lelah, lemas dan tidak ada semangat
9. Klien mengatakan sudah tidak berguna lagi
10. Klien mengatakan tidak bisa tidur dan memikirkan kondisi nya
sekarang
11. Klien belum bisa menerima menerima ujian yang diberikan
kepadanya.
12. Klien mengatakan sudah merasa bersalah kepada dirinya
sendiri
13. Klien mengatakan merasa malu terhadap keluarganya
14. Klien mengatakan merasa dirinya tertekan

Data Obyektif :
1. Nampak klien lemah
2. Nampak klien gelisah dan cemas
3. Nampak Nyeri tertusuk-tusuk pada kepala
4. Nyeri tekan pada telinga
5. Terdapat sekret di hidung
6. nampak klien bergantung pada orang sekitarnya
7. Mukosa kering dan terdapat luka, bibir sariawan
8. Pembesaran kelenjar tiroid
9. Porsi makan tidak dihabiskan
10. Turgor kulit jelek
11. pergerakan menurun
12. Nampak klien pucat
13. Jam tidur malam 1-3 jam saja
14. nampak klien mengalami gangguan psikosoial
15. Tanda- Tanda Vital
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Respirasi : 22 x/i
- Nadi : 110 x/i
- Temperatur : 38, 5 oc
- IMT : 15, 62
- Peristaltik : 39 x/i
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Human Defisit nutrisi
1. Klien mengatakan immunodeviciency
tidak ada nafsu virus
makan
2. Klien mengatakan Kerusakan sel T
cepat kenyang Helper + CD4 dalam
setelah makan jumalh yang besar
Do :
1. Mukosa kering Kegagalan stimulasi
dan terdapat luka, sel B
bibir sariawan
2. Porsi makan tidak Nafsu makan
dihabiskan menurun
3. Peristaltik: 39
Produksi antibodi
menurun

Penurunan imunitas
tubuh

Infeksi candidas
albicans pada oral,
sariawan

Malnutrisi
2. Ds : Replikasi Virus hiv hipertermi
1. Klien mengatakan dalam cairan tubuh
sering berkeringat meningkat
dimalam hari
Do : Risiko penularan
1. Nampak badan infeksi
klien terasa hangat
2. Nadi : 110 x/i Hiv menginfeksi sel
3. Temperatur : 38, 5 T + Sel CD4
o
c
Reaksi inflamasi
3. Ds : Hiv Resiko infeksi
1. Klien mengatakan
nafsu makannya Hiv menginfeksi sel
sejak 3 bulan tidak T + Helper + CD4
ada Yang lain
Do :
1. Nampak klien Aliran darah
gelisah dan cemas membawah hiv ke
2. Nampak badan dalam pembuluh
klien terasa hangat darah perifer
3. Nadi : 110 x/i lambung, usus kecil
Temperatur : 38, 5 oc dan usus besar.

Penurunan imunitas

Resiko inflamasi dan


mengalami
kerusakan fungsi
berbagai organ tubuh
4. Ds : Hiv Gangguan pola tidur
1. Klien mengatakan
tidak bisa tidur dan Merusak jaringan
memikirkan seluler
kondisi nya
sekarang Mnyerang sel T
2. Klien mengatakan limfosit sel saraf,
sulit memulai tidur makrofag, monosit,
3. Klien mengatakan limfosit B.
tidurnya tidak
cukup Immunocompromise
Do :
1. Jam tidur malam 1- Flora normal
3 jam saja patogen

Organ target

Manifestasi saraf

Kompleks demensia

Gastrointestinal

Hepatitis

Nutrisi kurang
5. Ds : Virus hiv positif Ketidakberdayaan
1. Klien mengatakan
merasa malu Reaksi psikologis,
terhadap pikiran, perilaku dan
keluarganya sosial terpengaruh
2. Klien mengatakan
merasa dirinya Perubahan diri
tertekan terhadap lingkungan,
Do : orang sekitar dan
1. Nampak klien menutup diri
menyendiri
2. nampak klien Ketidakberdayaan
bergantung pada
orang sekitarnya

Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsropsi nutrien dibuktikan dengan
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, bising usus
hiperaktif, sariawan, diare.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, takikardia, kulit terasa hangat.
3. Resiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (suhu
lingkungan), kurang kontrol tidur, restraint fisik dibuktikan dengan
mengeluh sulit tidur, mengeluh istirahat tidak cukup.
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan program/perawatan yang
kompleks atau jangka panjang dibuktikan dengan bergantung pada
orang lain, pengasingan.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1. 1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 A. Observasi
ketidakmampuan jam maka, status nutrisi - Identifikasi status
mencerna makanan, membaik dengan kriteria nutrisi
ketidakmampuan hasil : - Identifikasi
mengabsropsi nutrien 1. posi makan yang makanan yang
dibuktikan dengan berat dihabiskan disukai
badan menurun minimal meningkat - Identifikasi
10% dibawah rentang 2. Perasaan cepat kebutuhan kalori
ideal, bising usus kenyang menurun. dan jenis makan
hiperaktif, sariawan, 3. Diare menurun - Identifikasi
diare. 4. Berat badan perlunya
membaik penggunaan selang
5. Indeks masa tubuh nasogatrik
membaik B. Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, Jika perlu
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, Jika
perlu
C. Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
D. Kolaborasi
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. 1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 A. Observasi
proses penyakit (infeksi) jam maka, termoregulasi - Identifikasi
dibuktikan dengan suhu membaik dengan kriteria penyebab hipertemi
tubuh diatas nilai hasil : (mis. Dehidrasi,
normal, takikardia, kulit 1. Mennggigil terapar lingkungan
terasa hangat. menurun panas, pengguanaan
2. Takikardia inkubator
menurun - Monitor suhu tubuh
3. Suhu tubuh - Monitor kadar
membaik elektrolit
4. Tekanan darah - Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermi
B. Terapeutik
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Berikan cairan oral
C. Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
D. Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,ka perlu
3. Resiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
dengan malnutrisi, keperawatan selama 3x24 A. Observasi
peningkatan paparan jam maka, status imun - monitor tanda dan
organisme patogen membaik dengan kriteria gejala infeksi lokal
lingkungan hasil : dan sistemik
1. Tifer antibodi B. Terapeutik
meningkat - Batasi jumlah
2. Penurunan berat pengunjung
badan menurun - Cuci tangan
3. Suhu tubuh sebelum dan
membaik sesudah kontak
4. Sel darah putih dengan pasien dan
membaik lingkungan
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
C. Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan etika
batuk
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
D. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, Jika
perlu
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 A. Observasi
hambatan lingkungan jam maka pola tidur - Identifikasi pola
(suhu lingkungan), membaik dengan kriteria aktivitas dan tidur
kurang kontrol tidur, hasil : - Identifikasi faktor
restraint fisik dibuktikan 1. Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
dengan mengeluh sulit menurun B. Terapeutik
tidur, mengeluh istirahat 2. Keluhan tidak puas - Fasilitasi
tidak cukup tidur menurun menghilangkan
3. Keluhan istirahat stress sebelum
tidak cukup tidur
menurun - Tetapkan jadwal
tidur rutin
- Laukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
C. Edukasi
- Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur
5. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan Promosi Harapann
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 A. Observasi
program/perawatan yang jam maka dukungan - Identifikasi
kompleks atau jangka keluarga meningkat harapan pasien dan
panjang dibuktikan dengan kriteria hasil : keluarga dalam
dengan bergantung pada 1. Anggota keluarga pencapaian hidur
orang lain, pengasingan verbalisasi B. Terapeutik
keinginan untuk - Sadarkan bahwa
mendukung kondisi yang
anggota keluuarga dialami memiliki
yang sakit nilai penting
meningkat - Libatkan pasien
2. Mencari dukungan secara aktif dalam
sosial bagi anggota perawatan
keluarga yang sakit - Ciptakan
3. Mencari dukungan lingkungan yang
spiritual bagi memudahkan
anggota keluarga mempraktikkan
yang sakit kebutuhan spiritual
C. Edukasi
- Anjurkan
mempertahankan
hubungan
- Latih menyusun
tujuan yang sesuai
dengan harapan
DAFTAR PUSTAKA

Morhead, Sue., Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2007. Asuhan


Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, dkk. 2007. Jurnal Keperawatan Edisi Bulan November.
Surabaya;Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

NANDA International. 2009. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilsom, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Vol:2. Jakarta: EGC
Smelltzer, Suzane C., Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah.
Volume 1. Edisi 8. Jakarta: EGC

SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia 2016-2017. Edisi 1


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Jakarta

SLKI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia 2018-2019. Edisi 1 Tim


Pokja SLKI DPP PPNI. Jakarta

SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesi 2018. Edisi 1 Tim Pokja
SIKI DPP PPNI. Jakarta
Filename: STUDI KASUS HIV FIX_21417C2
Directory: C:\Windows\Temp
Template:
C:\Users\ismai_000\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Norm
al.dotm
Title:
Subject:
Author: ISMAIL M. TAKANAMA
Keywords: KASUS 4 5 KMB II
Comments:
Creation Date: 03/12/2020 15:27:00
Change Number: 3
Last Saved On: 03/12/2020 15:35:00
Last Saved By: ismailmtakanama
Total Editing Time: 1 Minute
Last Printed On: 03/12/2020 15:36:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 57
Number of Words: 8.683 (approx.)
Number of Characters: 51.317 (approx.)

Anda mungkin juga menyukai