Anda di halaman 1dari 20

“DECOMPENSASI

KORDIS”
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
KELOMPOK 6 :

1. RISNAYATI MUSURIA
2. RIVADON YOGA ANDARESTA
3. SARAH ARLIAN
4. UNI
5. YUL DEVYA OKTAVIANI
6. SRI AGUSTIN BIRI
7. LATFIA ARWANDA
DEFINISI
Decompensasi cordis atau gagal jantung
adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda
dan gejala) yang ditandai dengan sesak
nafas dan fatik saat istirahat atau saat
aktivitas yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi pada jantung (Nurarif
dan Kusuma, 2013).
 Gagal jantung adalah suatu kondisi
dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan
okseigen secara adekuat (Udjiati, 2013).
KLASIFIKASI
1. Decompensasi Cordis kiri
Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan
pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah
jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada akhir
diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.
2. Decompensasi Cordis kanan
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan
pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi
sekuncupnya menurun tanpa didahului adanya gagal
jantung kiri.
3. Decompensasi Cordis Congestif
Decompensasi Cordis congestif terjadi bila gangguan
jantung kiri dan kanan terjadi bersamaan dengan
ditandai adanya bendungan paru dan bendungan
sistemik pada saat yang sama.
ETIOLOGI
1. Kelainan mekanis
Peningkatan beban  tekanan
Peningkatan beban volume (regurgitasi
katup,peningkatan beban awal, dsb)
Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis
mitral atau trikuspidalis)
2. Kelainan Miokardium
Primer: Kardiomiopati, Miokarditis, Kelainan
metabolik, Toksisitas (alkohol dsb), Presbikardia
Sekunder : Kekurangan oksigen (penyakit
jantung koroner), Kelainan metabolik, Inflamasi,
Penyakit sistemik, Penyakit PPOM
LANJUTAN …
3.Berubahnya irama jantung atau
urutan konduksi
Henti jantung
Fibrilasi
Takhikardi atau bradikardi yang
berat
Gangguan konduksi
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi terjadinya
decompensasi cordis

Kebiasaan merokok
Hipertensi
Obesitas
Kolesteroltinggi
Diabetes Mellitus
Ketegangan jiwa atau stres
Keturunan
Kurang makan sayur dan buah
GEJALA
1. Decompensasi cordis kiri :
Dispnoe
Mudah lelah
Kegelisahan dan kecemasan
Batuk

2. Decompensasi Cordis kanan :


Kongestif jaringan perifer dan viseral.
Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya
edema pitting, penambahan berat badan.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
Anoreksia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan
statis vena dalam rongga abdomen.
Nokturia
Kelemahan.

3. Decompensasi Cordis Congestif


Gejalanya merupakan gabungan Dekompensasi Cordis kiri
dan kanan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG
Sonogram
Scan jantung
Kateterisasi jantung
Foto thorak
Elektrolit serum
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non medika mentosa
Dalam pengobatan non medikamentosa
yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja
jantung dalam keadaan dekompensasi harus
dikurangi benar–benar dengan tirah baring
(bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang
relatif meningkat.
2. Medika mentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa
masih digunakan diuretik oral maupun
parenteral yang masih merupakan ujung
tombak pengobatan gagal jantung, sampai
edema atau asites hilang (tercapai euvolemik).
ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah
euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta
LANJUTAN …
3.Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
Revaskularisasi (perkutan, bedah)
Operasi katup mitral
Aneurismektomi
Kardiomioplasti
External cardiac support
Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu
jantung biventricular
Implantable cardioverter defibrillators (ICD)
Heart transplantation, ventricular assist devices,
artificial heart
Ultrafiltrasi, hemodialisis
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kebiasaan
 Psikososial
4. Pengkajian primer
 A (Airway)
 B (Breathing)
 C (Circulation)
 D (Disability)
 E (Exposure)
LANJUTAN ….
5. Pengkajina sekunder
 Five intervensi atau full of vital sign
Pada pasien dengan decompensasi cordis
intervensi yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan EKG, dan pemesangan kateter
untuk mengetahui adanya kelebihan volume
cairan (Mediana, 2012).
 Give comfort
Pada pasien dengan decompensasi cordis
harus diberi posisi senyaman mungkin
untuk mengurangi rasa sesak pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Pemeriksaan fisik (B1-B6) :
◦ B1 (Breathing)
◦ B2 (Blood)
 Inspeksi
 Palpasi
 Auskultasi
 Perkusi
◦ B3 (Brain)
◦ B4 (Bladder)
◦ B5 (Bowel)
◦ B6 (Bone)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d
penurunan kontraktilitas ventrikel
kiri, peningkatan afterload dan
konduksi elektrikal.
2. Ketidakefetifan pola nafas b.d
pengembangan paru tidak
optimal, dan edema paru.
3. Kelebiham volume cairan b.d
retensi natrium dan air, serta
penurunan perfusi renal.
INTERVENSI (DIAGNOSA 1)
 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24
jam penurunan curah jantung dapat teratasi.
 Kriteria hasil :
 Pasien akan melaporkan penurunan episode sesak nafas
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Irama jantung teratur
 Intervensi :
a. Observasi tekanan darah
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Kaji bunyi jantung
d. Anjuran pasien untuk istirahat atau tirah baring optimal
e. Beri posisi semi fowler atau fowler
f. Berikan lingkungan yang tenang
g. Kolaborasi dengan dokter pemberian digoksin
INTERVENSI DIAGNOSA 2
Tujuan :
Setelah dilakuka tidakan keperawatan dalam waktu 3 x
24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas.
Kriteria hasil :
◦ Pasien tidak sesak nafas
◦ RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
◦ Respon batuk berkurang
Intervensi :
Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat pada pasien
Observasi tanda-tanda vital
Kaji bunyi nafas (cracles)
Beri posisi semi fowler atau fowler
Kolaborasi dengan dokter pemberian O 2
INTERVENSI DIAGNOSA 3
 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
waktu 3 X 24 jam tidak terjadi kelebihan volume
cairan sistemik.
 Kriteri hasil :
◦ Tidak terjadi edema ekstremitas
◦ Tidak terjadi pitting edema dan sesak nafas berkurang
◦ Produksi urine > 600 ml/hari
 Intervensi :
◦ Observasi TTV
◦ Kaji distensi vena jugularis
◦ Kaji intake dan output
◦ Batasi cairan sesuai indikasi
◦ Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai