Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA NY.

DENGAN KASUS ANSIETAS DAN BERDUKA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURIZA FITRI SAHARANI

NIM : P00320018036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

T.A 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah utama : kecemasan


2. Proses terjadinya masalah :
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang. Pengertian
lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam
beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan tidak berdaya.
(Kususmawati, 2010)
a. Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
1) Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan dengan
krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan maupun situasional
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Presiptasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri, meliputi :
a) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik jug dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
c. Perilaku (tanda dan gejala) :
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas, antara
lain sebagai berikut:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5) Gangguan konsntrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya
d. Sumber koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut dilingkungan.sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,kemampuan
penyelesaian masalah,dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengitegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress mengadopsi
strategi koping yang berhasil
e. Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakkan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis,ansietas tingkat
ringan sering ditanggulangi tanpa serius,tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas,yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistis tuntutan situasi stress
b. Mekanisme pertahanan ego ,membantu mengatasi ansietas ringandan sedang
,tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas,maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive
terhadap stress
f. Penatalaksanaan :
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak minum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate, dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yangbersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbaga problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

KASUS :

Ibu N 55 tahun ,bertempat tinggal disalah satu pemukiman padat dijakarta .ibu N sudah dua hari dirawat
dirs. Karena tidak bisa tidur ,sering menangis keras dan teriak-teriak “api..api..apii’ Menurut keterangan
tetangga yang membawa ibu N keRS ,kondisi ibu N yang labil tersebut mulai terlihat sejak kejadian
bencana kebakaran yang menimpa keluarganya 1 minggu lalu .bencana yang disebabkan korslet listrik
telah menewaskan suami dan anaknya,saat ini ibu N tampak lebih tenang,ia mengatakan setelah kejadian
tersebut ia selalu terkenang dengan suami dan anaknya,tidak mau melihat foto suami dan anaknya,sering
terbangun saat tidur malam hari,nafsu makan menjadi menurun . Malas melakukan aktivitas dan tampak
sering melamun
FORMAT PENGKAJIAN

PSIKOSOSIAL

A. IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny.N
2. Umur : 55 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Status perkawinan : Menikah
5. Orang yang berarti : suami dan anak
6. Pekerjaan : ibu rumah tangga
7. Pendidika : SMA
8. Tanggal masuk : 27 Oktober 2020
9. Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2020
10. Diagnose medik : -
11. Penampilan : kurang rapi
B. PERSEPSI DAN HARAPAN
1. Persepsi :
Klien mengatakan khawatir hidup tanpa suami dan anaknya
2. Harapan :
Klien berharap semuanya akan baik-baik saja dan kondisinya membaik

C. STATUS MENTAL
1. Emosi : klien Nampak sedih
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien mengatakan khawatir tidak bisa hidup tanpa suami dan anaknya
b. Identitas tubuh : klien menilai dirinya akan tidak bisa hidup bahagia
c. Peran : klien mengatakan tidak menjalankan perannya sebagai IRT
d. Harga diri : klien mengatakan merasa takut
3. Pola interaksi :Nampak klien pasif dalam berinteraksi
4. Gaya komunikasi :klien berbicara cepat dan kadang tidak jelas,klien juga kadang
menganggukan kepala dan menggerakkan tangan untuk berkomunikasi

D. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA


1. Pekerjaan :klien mengatakan hanya sebagai ibu rumah tangga
2. Hubungan sosial : klien mengatakan hubungan sosial dengan orang disekitarnya baik
3. Sosio budaya : klien mengatakan sering berkomunikasi dengan keluarganya
4. Gaya hidup : klien mengatakan memiliki gaya hidup yang biasa-biasa saja

E. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram
2. Masalah yang dihadapi keluarga :
Klien mengatakan masalah yang dialami terkait kondisi kesehatannya yaitu masalah
ekonomi
3. Interaksi dengan keluarga : klien mengatakan interaksi dengan keluarga meningkat
karena selalu membantu dan menanyakan kondisinya

F. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat penyakit : klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
2. Kebiasaan yang berhubungan dengan status kesehatan : klien mengatakan tidak memiliki
kebiasaan yang mengganggu kesehatannya
3. Merokok : klien mengatakan tidak merokok
4. Alcohol/obat-obattan : klien mengatakan tidak meminum alcohol dan obat-obattan
5. Istirahat dan tidur : klien mengatakan susah tidur
6. Nutrisi : klien mengatakan nafsu makan berkurang
7. Eliminasi : klien mengatakan bab dan bak normal
8. Orientasi : klien mengatakan tidak ada masalah orientasi
9. Aktivitas : klien mengatakan hanya melakukan aktivitas didalam rumah dan jarang keluar
rumah
10. Tingkat energi : klien mengatakan mudah lelah

ANALISA DATA
N DATA MASALAH
O
1 DS : Ansietas b.d krisis situasional
1. Klien mengatakan tidak bisa tidur
2. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur
dimalam hari
3. Klien mengatakan nafsu makan menurun
4. Klien mengatakan malas melakukan aktivitas

DO :
1. Nampak klien sering teriak-teriak
2. Nampak klien gelisah
3. Nampak klien lelah
4. Tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah)
meningkat
2 DS : Berduka b.d kematian keluarga
1. Klien mengatakan selalu terkenang suami dan atau orang yang berarti
anaknya
2. Klien mengatakan tidak mau melihat foto
suami dan anaknya

DO :
1. Nampak klien sering menangis
2. Nampak klien sering melamun
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DX KEP TUJUAN INTERVENSI


Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas :
situasional selama 1x24 jam maka tingkat ansietas Observasi
menurun ,dengan kriteria hasil :  Identifikasi saat tingkat
 Perilaku gelisah menurun ansietas berubah
 Perilaku tegang menurun (mis.kondisi,waktu,stres
 Frekuensi pernapasan menurun sor)
 Frekuensi nadi menurun  Monitor tanda ansietas
 Tekanan darah menurun (verbal dan nonverbal)
 Pola tidur membaik
Terapeutik
 Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yg akan
datang

Edukasi
 Jelaskan prosedur
,termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien ,jika perlu
 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas,jika
perlu
Berduka b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan proses berduka
kematian keluarga selama 1x24 jam maka tingkat berduka Observasi
atau orang yang membaik ,dengan kriteria hasil :  Identifikasi kehilangan
berarti  Verbalisasi menerima kehilangan yang dialami
mnurun  Identifikasi proses
 Verbalisasi perasaan sedih berduka yang dialami
menurun
 Menangis menurun Terapeutik
 Pola tidur membaik  Tunjukan sikap
 Konsentrasi membaik menerima dan empati
 Motivasi agar mau
mengungkapkan
perasaan kehilangan
 Motivasi untuk
menguatkan dukungan
keluarga atau orang
terdekat
 Identifikasi keterikatan
pada benda yang hilang
atau orang yang
meninggal
 Fasilitasi melakukan
kegiatan sesuai dengan
budaya,agama,dan
norma sosial

Edukasi
 Jelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa
sikap
mengingkari,marah,taw
ar menawar,sepresi dan
menerima adalah wajar
dalam menghadapi
kehilangan
 Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
 Anjurkan melewati
proses berduka secara
bertahap
EVALUASI KEPERAWATAN

N HR/TGGL IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1 Rabu  Mengidentifikasi saat tingkat S : Klien mengatakan tidak bisa
28/10/2020 ansietas berubah tidur
(mis.kondisi,waktu,stressor)
 Memonitor tanda ansietas (verbal O : Nampak klien gelisah
dan nonverbal)
 Menciptakan suasana terapeutik A : Masalah belum teratasi
untuk menumbuhkan kepercayaan
 Memahami situasi yang membuat P : Intervensi dilanjutkan
ansietas
 Mendiskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yg akan
datang
 Menjelaskan prosedur ,termasuk
sensasi yang mungkin dialami
 Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien ,jika perlu
 Melatih teknik relaksasi
 Berkolaborasi pemberian obat anti
ansietas,jika perlu

2 Rabu  Mengidentifikasi kehilangan yang S : Klien mengatakan selalu


28/10/2020 dialami terkenang suami dan anaknya
 Mengidentifikasi proses berduka
yang dialami O : Nampak klien sering
 Menunjukan sikap menerima dan melamun
empati
 Memotivasi agar mau A : Masalah belum teratasi
mengungkapkan perasaan
kehilangan P : Intervensi dilanjutkan
 Memotivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga atau orang
terdekat
 Mengidentifikasi keterikatan pada
benda yang hilang atau orang yang
meninggal
 Memfasilitasi melakukan kegiatan
sesuai dengan budaya,agama,dan
norma sosial
 Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari,marah,tawar
menawar,sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
 Menganjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada kehilangan
 Menganjurkan melewati proses
berduka secara bertahap
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS

SP1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan tidak bisa tidur
b. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur dimalam hari
c. Klien mengatakan nafsu makan menurun
d. Klien mengatakan malas melakukan aktivitas
Data objektif :
a. Nampak klien sering teriak-teriak
b. Nampak klien gelisah
c. Nampak klien lelah
d. Tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah) meningkat
2. Diagnosa keperawatan : Ansietas
3. Tujuan tindakan keperawatan
a. Tujuan umum : mengatasi gangguan ansietas klien
b. Tujuan khusus :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal ansietas
3) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi.Tindakan yang harus dilakukan dalam membina
hubungan saling percaya adalah
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu pasien
b. Membantu pasien mengenal ansietas :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
c. Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri : pengalihan situasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
b. “Assalamu’alaikum, Selamat pagi Bu! Saya perawat yang bertugas pada pagi
ini, nama saya NURIZA.   Saya adalah mahasiswa dari POLTEKKES KENDARI.
Nama Ibu siapa?”
c. “Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”
c. Kontrak
 Topik
“Bagaimana jika sekarang  kita berbincang-bincang tentang
kecemasan dan latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi”
 Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja”
 Tempat
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya
sudah, Bagaimana jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
 Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”

2. Fase kerja

“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Coba Ibu ceritakan pada saya”
Ouw jadi ibu merasa takut jika tetangga ibu melakukan tindakan kejahatan kepada ibu.   Jika
boleh saya tahu, bagaimana cara Ibu mengatasinya”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu. Setiap orang akan memiliki perasaan yang sama jika
diposisi Ibu. Tapi saya sangat kagum sama Ibu Karena Ibu mampu menahan semua cobaan ini.
Ibu adalah orang yang luar biasa. Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada pada
tingkat kecemasan yang sedang. Untuk itu, Ibu perlu melakukan terapi disaat ibu merasakan
perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan
Ibu.  Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu dengan latihan relaksasi
dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara  untuk mengurangi kecemasan
yang ibu rasakan”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya, lalu ibu bisa
mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan duduk dengan posisi
seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas
dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara
perlahan-lahan. Sekarang coba ibu praktikkan”
“Bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini selama 5
sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut untuk mengatasi
kecemasan ibu, ibu bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu dengan ibu melepas
kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan ibu disebuah kertas,bersantai
seperti jalan-jalan atau ibu juga bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan dan latihan relaksasi?
 Obyektif
Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.
b. Rencana tindak lanjut (RTL)
“Jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas,
ibu bisa langsung praktikkan cara ini”
c. Kontrak yang akan dating
 Topik
“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang
ibu rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok bu? Jangan lupa
ibu mencoba teknik yang lain untuk mengurangi kecemasan ibu ya”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini
besok, dengan jam yang sama seperti hari ini. Berapa lama ibu punya
waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau
20 menit saja”
 Tempat
“Dimana ibu akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana
kalau besok kita melakukannya disini saja”
SP2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan tidak bisa tidur
b. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur dimalam hari
c. Klien mengatakan nafsu makan menurun
d. Klien mengatakan malas melakukan aktivitas
Data objektif :
a. Nampak klien sering teriak-teriak
b. Nampak klien gelisah
c. Nampak klien lelah
d. Tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah) meningkat
2. Diagnosa keperawatan : Ansietas
3. Tujuan tindakan keperawatan
a. Tujuan umum : mengatasi gangguan ansietas klien
b. Tujuan khusus:
1) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik distraksi untuk
mengatasi ansietas
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik distraksi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik distraksi untuk
mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
a. Ajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi
ansietas :
1) Melakukan hal yang disukai
2) Menonton TV
3) Mendengarkan music yang disukai
4) Membaca koran, buku atau majalah
b. Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamu’alaikum, Selamat pagi ibu ! Saya perawat yang bertugas pada pagi ini,
saya  NURIZA, Ibu bisa memanggil saya Teguh.  Saya adalah mahasiswa
dari  POLTEKKES KENDARI. Nama ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara mengalihkan
situasi untuk menghilangkan kecemasan ibu?”
c. Kontrak
 Topik
“Baiklah ibu sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
 Waktu
” Berapa lama kita akan berlatih ibu? “Bagaimana jika 10 menit?”
 Tempat
“Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”
 Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar ibu dapat meningkatkan kontrol
kecemasan pada diri ibu dan ibu dapat mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari ibu.”
2. Fase kerja
“Ibu, kemarin waktu kita diskusi ibu mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh
badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan distraksi ini bermanfaat
untuk mengalihkan rasa cemas ibu sehingga membuat pikiran dan fisik ibu relak atau
santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membuat ibu relak
misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan ibu, membaca buku atau majalah
yang ibu suka, atau dengan mendengar music yang ibu sukai. Nah, sekarang ibu sudah
tau kan hal-hal apa saja yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi rasa cemas ibu.
Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibu bisa melakukan salah satu teknik distraksi
atau pengalihan yang saya beritahu tadi

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana apa ada yang ingin ibu tanyakan dari penjelasan saya
tadi?”
 Obyektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus sekali,
nanti jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi yang
tadi saya jelaskan ya.”
b. Rencana tindak lanjut (RTL)
“Kapan ibu akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah setiap ibu merasa
cemas, ibu bisa langsung mempraktikkan cara ini.”
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah, ibu, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan ibu yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau hipnotis
dengan 5 jari.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jam
yang sama seperti hari ini?”
 Tempat
“Mau latihan dimana kita bu? Bagaimana jika disini lagi ? Apa masih
ada yang mau ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.
Selamat siang.”

SP3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan tidak bisa tidur
b. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur dimalam hari
c. Klien mengatakan nafsu makan menurun
d. Klien mengatakan malas melakukan aktivitas
Data objektif :
a. Nampak klien sering teriak-teriak
b. Nampak klien gelisah
c. Nampak klien lelah
d. Tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah) meningkat
2. Diagnosa keperawatan : Ansietas
3. Tujuan tindakan keperawatan
a. Tujuan umum : mengatasi gangguan ansietas klien
b. Tujuan khusus :
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
untuk mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
c. Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan memasukkan
dalam jadwal
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah ibu masih gelisah dan tidak bisa tidur?
Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di praktekkan dalam jadwal harian ibu?
Nah kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus bu”
c. Kontrak
 Topik,waktu,tempat,tujuan
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
perasaan yang ibu rasakan? Dan saya akan mengajarkan ibu teknik
relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa gelisah ibu. Kita akan
berbincang-bincang selama 30 menit. Kita akan lakukan disini saja ya
bu.”
 Tujuan
“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar ibu mengetahui cara
untuk menghilangkan rasa gelisah ibu dengan teknik relaksasi hipnotis 5
jari dan ibu dapat mempraktekkan ketika rasa gelisah ibu datang
kembali.”
2. Fase kerja
“Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih lanjut
tentang perasaan ibu, kenapa ibu tidak bisa tidur, apa yang ibu pikirkan? Oh, jadi ibu
merasa takut jika dijahati oleh tetangga ibu, ouw. Dulu ibu pernah dihipnotis oleh
tetangga ibu dan tetangga ibu mengambil barang berharga ibu. Dan ibu takut jika
kejadian itu terulang lagi. Nah ibu, sekarang saya akan mengajarkan ibu teknik
relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya bu. Ibu pejamkan mata ibu, nah
sekarang sentuh jari telunjuk ibu dengan jempol ibu, sekarang bayangkan pada saat
ibu sedang bahagia. Sekarang sentuh jari tengah ibu, bayangkan saat ibu bersama
orang yang ibu sayangi/ cintai, sekarang sentuh jari manis ibu, bayangkan ketika ibu di
puji oleh seseorang, dan sekarang sentuh jari kelingking ibu, bayangkan tempat yang
paling indah yang pernah di kunjungi. Ibu, coba ulangi lagi cara teknik hipnotis 5 jari
yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal
harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa langsung praktikkan cara ini, dan
bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang bincang tentang
masalah yang ibu rasakan dan latihan mempaktekkan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari?”
 Obyektif
“Nah, coba ibu praktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan tadi.
Bagus, ternyata ibu masih ingat apa yang telah saya ajarkan.”
b. Rencana tindak lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada ibu, ibu dapat mempraktekkan
kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian yaitu
sekitar 2 kali dalam sehari ya bu.”
c. Kontrak yang akan dating
 Topik,waktu,dan tempat
“Ibu sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang. Latihan
relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan ibu, masih ada cara ke-4 yaitu dengan
melakukan pendekatan spiritual, bagaimana kalau kita latihan cara yang
ke 4 ini besok pagi, jam berapa bu? Seperti biasa jam 10 pagi ya dikamar
ibu? Masih ada yang mau ditanyakan atau tidak bu? Baiklah kalau tidak
ada saya pamit dulu. Terimakasih atas waktunya.”
STRATEGI TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BERDUKA

SP1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subyektif :
1. Klien mengatakan selalu terkenang suami dan anaknya
2. Klien mengatakan tidak mau melihat foto suami dan anaknya
Data obyektif :
1. Nampak klien sering menangis
2. Nampak klien sering melamun
2. Diagnosa keperawatan : berduka
3. TUK :
1) pasien dapat membina hubungan saling percaya
2) klien mampu mengungkapkan perasaan berduka
4. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan proses berduka
3. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian secara verbaldukung pasien,tapi jangan
dukung pengingkaran yg dilakukan
5. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
6. Perhatikan kebutuhan dasar pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
“selamat pagi bu ,saya perawat NURIZA dari POLTEKKES KENDARI,bagaimana
perasaan ibu sekarang?saya akan menemani ibu sampai ibu merasa lebih tenang ya
bu?”
2. Fase kerja
“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah bu saya paham dengan perasaan
ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih,tapi semua itu sudah kehendak
dari yang kuasa,kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua
ini,ibu mau minum?saya ambilkan ya,bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu
agar tidak lemas”

3. Tahap terminasi
“sekarang bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak sedih,saya akan kembali
keruangan dulu ya bu ,usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya nanti, sebentar
saya akan kembali lagi kesini,sampai jumpa bu”

SP2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subyektif :
1. Klien mengatakan selalu terkenang suami dan anaknya
2. Klien mengatakan tidak mau melihat foto suami dan anaknya
Data obyektif :
1. Nampak klien sering menangis
2. Nampak klien sering melamun
2. Diagnosa keperawatan : berduka
3. TUK :
1. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
2. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yg adaptif
4. Tindakan keperawatan
1. Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan
2. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yg normal
karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
3. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
4. Hindari menarik diri dan dendam karena pasien/keluarga bukan marah pada
perawat
5. Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahannya

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Tahap orentasi
“selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?saya perawat NURIZA dari
POLTEKKES KENDARI, yang kemarin kesini bu,tampaknya ibu sedang kesal ,saya
akan menemani ibu selama 20 menit ya,kita ngobrol-ngobrol disini saja bu?
dihalaman depan?oow baiklah kalau begitu”
2. Fase kerja
“apa yang membuat ibu kesal? Apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah
ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu? Baiklah bu,saya mengerti ada beberapa
cara untuk meredakan kekesalan ibu yaitu tarik nafas dalam,istighfar,berwudhu dan
shalat,bercakap-cakap dengan anggota keluarga ibu yang lain, ibu punya hobi
olahraga atau hobi yg lainnya?oya…kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk
mengatasi kekesalan ibu”
3. Tahap terminasi
“nah kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yg kita bahas tadi ya bu?
Mau coba yang mana?mau dijadwalkan? Baiklah besok kita ketemu lagi ya disini
membahan tentang perasaan ibu lebih lanjut bagaimana bu?,baiklah kalau begitu
saya mohon pamit dulu ya”

SP3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subyektif :
1. Klien mengatakan selalu terkenang suami dan anaknya
2. Klien mengatakan tidak mau melihat foto suami dan anaknya
Data obyektif :
1. Nampak klien sering menangis
2. Nampak klien sering melamun
2. Diagnosa keperawatan : berduka
3. TUK ;
1. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
4. Tindakan keperawatan
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
2. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yg tidak
rasional
4. Berikan dukungan spiritual

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Tahap orientasi
“selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan cara
yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan sedih ibu? Dapatkah kita bicara
tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit saja,dimana kita bicara bu?
Diruang ini saja ya bu “\

2. Tahap kerja
“saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan ibu.tidak
ada yang dapat kita salahkan bu saya mengerti ,sulit bagi ibu untuk menerima
kehilangan ini,bagus,ibu mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena
semua ini adalah kehendak Allah ,apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul
kembali ibu berzikir,shalat atau melakukan kegiatan ibadah yg lain,bagaimana bu?
Apakah ibu akan lakukan”
3. Tahap terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?iya bu ibu ters berdoa ya
bu,baiklah kalau begitu saya pamit dulu ya bu”

Anda mungkin juga menyukai