PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna.
Semua masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak
ada ketentuannya dalam Islam. Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber
ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad
sebagai sumber pelengkapnya. Untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan
memang dibutuhkan Waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang
mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat Islam yang
hanya menganut Islam secara formal saja dan sama sekali tidak mengetahui ajaran
Islam.
Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih luas, perlu dipahami dulu dasar-
dasar Islam atau yang sering disebut kerangka dasar ajaran Islam. Dengan memahami
kerangka dasar ini, seseorang dapat memahami gambaran ajaran Islam secara
keseluruhan.
B. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah adalah :
1. Agar mengetahui pengertian ilmu tauhid
2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran ilmu tauhid
3. Untuk mengetahui pengertian dalil aqli dan naqli
4. Untuk mengetahui dalil-dalil dalam ilmu tauhid
5. Untuk mengetahui ta’rif hukum dalam ilmu tauhid
6. Untuk mengetahui pengertian wajib dalam ilmu tauhid
7. Untuk mengetahui pengertian mustahil dalam ilmu tauhid
8. Untuk mengetahui pengertian jaiz dalam ilmu tauhid
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pembelajaran Ilmu Tauhid bertujuan untuk memantapkan keyakinan
seseorang hamba kepada Allah Swt. Dengan menggunakan dalil naqli (Al-Quran &
Hadits) dan dalil aqli (rasio).
Ilmu tauhid berusaha menghilangkan keragu-raguan terhadap Tuhan yang
melekat pada hati seseorang dengan godaan syetan baik dari golongan jin dan
manusia. Ia bersedia membela dan mempertahankan kepercayaan kita kepada Tuhan.
Dan juga ilmu tauhid meluruskan akidah-akidah yang menyeleweng dan keliruan
akibat kekacauan pada masa khulafaurrasyidun yang terakhir.
3
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami
maknanya dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang menjadi
pokok bahasan mantik. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan pembentukan
takrif, yaitu kulliyah al-Khams. Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif
atau definisi adalah teknik menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh
suatu pemahaman secara jelas dan terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun
lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa
Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan dan definisi.
Dari sudut istilah (terminologi) Telah dipahami bersama bahwa setiap cabang
ilmu pengetahuan itu telah mempunyai obyek dan tujuan tertentu. Karena itu setiap
cabang ilmu pengetahuan juga masing-masing mempunyai batasan-batasan tertentu
pula. Demi batasan-batasan tersebut pengaruhnya adalah sangat besar bagi para
ilmuan dan cendekiawan dalam membahas,mengkaji,dan menelaah obyek garapan
dari satu cabang ilmu pengetahuan.
Demikian juga halnya pada kajian ilmu tauhid yang telah dita’rifkan oleh para
ahli sebagai berikut:
1. Syekh Muhammad Abdullah mengatakan bahwa:
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud allah dan sifat-sifat yang
wajib ada pada-Nya, dan sifat yang ada pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada
pada-Nya (Mustahil), ia juga membahas tentang para rasul untuk menegas tugas
risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya boleh ada padanya (jaiz) dan
yang tidak boleh ada padanya (Mustahil)
2. Syekhhusainaaffandial-Jirsal-Tharblusymeta’rifkan sebagai berikut:
Ilmu Tauhud ialah yang membahas atau membicarakan bagaimana aqidah (agama
islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan
Dari kedua ta’rif ilmu tauhid tersebut itu dapatlah diambil suat pengertian
bahwa pada ta’rif pertama (Syekh Muhammad Abduh) lebih menitbaratkan pada
obyek formal ilmu tauhid yakni pembahasan tentang wujud allah dengan segala sifat
dan perbuatan-Nya serta membahas tentang rasul-Nya, sifa-sifat dengan segala
perbutannya. Sedangkan para ta’rif kedua (Syekh husainal-Jisr) menekankan pada
metode pembahasannya yakni dengan menggunaan dalil-dalil yang meyakinkan, dan
yang dimaksud di sini adalah dalil naqli maupun dalil aqli. Dengan demikian ilmu
tauhid adalah suatu cabang ilmu studi keislaman yang lebih memfocuskan pada
4
pembahasan Wujud Allah dengan segala sifatnya tentang para rasul-Nya, sifat dan
segala perbuatannya dengan berbagai penekatan.
WAJIB
Contoh yang ringan, uang seribu 1000 rupiah adalah lebih banyak dari 500
rupiah. Artinya akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 1000
rupiah itu lebih banyak dari 500 rupiah. Tidak boleh tidak, harus demikian hukumnya.
Contoh lainnya, seorang ayah usianya harus lebih tua dari usia anaknya. Artinya
secara akal bahwa si ayah wajib atau harus lebih tua dari si anak.
5
Ada lagi hukum wajib yang dapat ditentukan bukan dengan akal tapi harus
memerlukan penyelidikan yang rapi dan cukup cermat. Contohnya, Bumi itu bulat.
Sebelum akal dapat menentukan bahwa bumi itu bulat, maka wajib atau harus
diadakan dahulu penyelidikan dan mencari bukti bahwa bumi itu betul betul bulat.
Jadi akal tidak bisa menerima begitu saja tanpa penyelidikan lebih dahulu.
MUSTAHIL
Mustahil dalam ilmu tauhid adalah kebalikan dari wajib. Mustahil dalam ilmu
tauhid berarti akal mustahil bisa menentukan dan mustahil bisa menghukum bahwa
sesuatu itu harus demikian. Hukum mustahil dalam ilmu tauhid ini bisa ditentukan
oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.
Contohnya , uang 500 rupiah mustahil lebih banyak dari 1000 rupiah. Artinya
akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 500 rupiah itu
mustahil akan lebih banyak dari1000 rupiah. Contoh lainnya, usia seorang anak
mustahil lebih tua dari ayahnya. Artinya secara akal bahwa seorang anak mustahil
lebih tua dari ayahnya. Sebagaimana hukum wajib dalam Ilmu Tauhid, hukum
mustahil juga ada yang ditentukan dengan memerlukan penyelidikan yang rapi dan
cukup cermat. Contohnya: Mustahil bumi ini berbentuk tiga segi. Jadi sebelum akal
dapat menghukum bahwa mustahil bumi ini berbentuk segi tiga, perkara tersebut
harus diselidik dengan cermat yang bersenderkan kepada dalil kuat.
JAIZ (MUNGKIN)
Apa arti Jaiz (mungkin) dalam ilmu Tauhid? Jaiz (mungkin) dalam ilmu
tauhid ialah akal kita dapat menentukan atau menghukum bahwa sesuatu benda atau
sesuatu dzat itu boleh demikian keadaannya atau boleh juga tidak demikian. Atau
dalam arti lainya mungkin demikian atau mungkin tidak. Contohnya: penyakit
seseorang itu mungkin bisa sembuh atau mungkin saja tidak bisa sembuh. Seseorang
adalah dzat dan sembuh atau tidaknya adalah hukum jaiz (mungkin). Hukum jaiz
(Mungkin) disini, tidak memerlukan hujjah atau dalil.
Contoh lainya: bila langit mendung, mungkin akan turun hujan lebat, mungkin
turun hujan rintik rintik, atau mungkin tidak turun hujan sama sekali. Langit mendung
dan hujan adalah dzat, sementara lebat, rintik rintik atau tidak turun hujan adalah
Hukum jaiz (Mungkin).
6
Seperti hukum wajib dan mustahil, hukum jaiz (mungkin) juga kadang
kandang memerlukan bukti atau dalil. Contohnya manusia mungkin bisa hidup
ratusan tahun tanpa makan dan minum seperti terjadi pada kisah Ashabul Kahfi yang
tertera dalam surat al-Kahfi. Kejadian manusia bisa hidup ratusan tahun tanpa makan
dan minum mungkin terjadi tapi kita memerlukan dalil yang kuat diambil dari al-
Qur’an.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, baik sifat-sifat
yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat yang
sama sekali harus ditiadakan dari pada-Nya, serta tentang rasul-rasul-Nya untuk
menentukan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada dalam diri mereka, hal-hal
yang boleh dikaitkan (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal yang terlarang untuk
mengaitkannya kepada mereka.
Adapun pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan
keesaan (wahdah) Allah SWT dalam dzat-Nya. Dalam menerima peribadatan dari
mahluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan.
Kemudian mengenai materi yang terkandung dalam tauhid ada tiga macam, yaitu
tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan mulkiyyah dimana ketiganya saling terkait antara
satu sama lain.
B. Saran
Demikianlah makalah tentang Ilmu Tauhid (Materi dan Obyek Kajiannya)
yang kami buat. Semoga sedikit uraian kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis
dari pembaca yang budiman, guna melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan
makalah selanjutnya yang lebih baik.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah Ahmad, MA, Theologi Islam (Ilmu Kalam), 1990, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, 1963, Jakarta: Bulan Bintang
Syukur Amin, MA, Pengantar Studi Islam, 2000, Semarang: CV. Bima Sejati
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, 1996, Jakarta: Rineka Cipta.
Isma’il Raji Al-Faruqi. ”Tauhid”. 1995. Bandung: Pustaka.
Wihadi Admojo, dkk. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka;
1990.
Muhammad Hasby Ash Ashiddieqy. “Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam”. PT.
Pustaka Rizki Putra. Semarang. 1999.