Arti kata spiritual dalm kamus bahasa indonesia yaitu berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan
(rohani, batin).
Arti kata kemenangan merupakan isltilah yang diberikan kepada seseorang atau kelompok yang
berhasil dalam persaingan seperti perang atau ujian dan lainnya.
Kekuatan Spiritual Adalah Syarat Utama Untuk Meraih Kemuliaan dan kemenangan.
Ahmad bin Abi Al Hawari Ad Damsyiqi berkata:"Jika engkau merasakan kesesatan dalam hatimu,
maka duduklah dengan orang-orang yang berdzikir dan orang-orang zuhud (suatu sikap terpuji yang
disukai Allah SWT, dimana seseorang lebih mengutamakan cinta akhirat)."
Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, dan tunduklah kalian kepada Tuhan kalian.
Dan lakukanlah semua kebajikan, niscaya kalian kelak di Akhirat akan beruntung (QS. Al Hajj (22) :
77).
Dari taujih Allah di atas kita dapat memahami bahwa agar kita memiliki kekuatan dan kemudian
menjadi pemenang adalah dengan konsistensi amal shalih. .
Mari kita ingat betapa dahsyatnya perang badar. Kisah di zaman Rasulullah. Seberapa kekuatan
pasukan muslim jika dibandingkan dengan kaum Qurays? Namun kekuatan ruh yang luar biasa
mampu mengalahkan kaum kafir Qurays kala itu. Kisah spektakuler Badar tak lekang ditelan masa.
Allah memberi kemenangan, Allah karuniai kemuliaan bagi orang-orang beriman. Dahsyat kekuatan
maknawiyah telah terbukti, telah teruji, dan zaman pun menjadi saksi. Jika berbicara tentang
kekuatan sesungguhnya bukan pada besarnya jumlah pasukan yang kita miliki namun kekuatan kita
ada pada sejauh mana kekuatan maknawiyah kita. Allahu Akbar...
Ibnul Jauzi dalam bukunya, Shifatus Shafwah, dengan sangat baik hati menyebutkan kata Syumait
bin Ajlan yang menjadi bukti bahwa sejatinya kekuatan orang mukmin ada di hatinya, bukan pada
anggota badannya.
َّ َل َو7ْو ُم اللَّي7ْ ُوا ِجرَ َو َيق7َ 7 ْو ُم ْال َه7َص
ُّاب7الش ُ ِع ْي ًفا ي7ض َ أَاَل َترَ ْونَ أَنَّ ال َّشي،ِِن فِيْ َق ْل ِب ِه َولَ ْم َيجْ عَ ْلهَا فِيْ أَعْ ضَا ِئه
َ ُون7ْ ْخ َي ُك ِ إِنَّ هللاَ عَ َّز َوجَ َّل جَ عَ َل قُوَّ َة ْالم ُْؤم:َُيقُ ْول
َ َيعْ ِج ُز عَ نْ َذلِك.
Syumaith berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menjadikan kekuatan orang mukmin ada pada
hatinya, tidak pada anggota badannya. Tidakkah kalian melihat orang tua yang lemah, dia mampu
berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari sedangkan pemuda tidak bisa melakukannya.”
(Shifatus Shafwah : III/341).
Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga pernah berkata,
ابن تيمية----- الجسم ويضمن السعادة أكثر من إدامة النظر في كتاب هللا تعالى7ما رأيت شيئا يغذي العقل والروح ويحفظ
“Aku tidak melihat sesuatu yang bisa memberikan nutrisi kepada akal dan ruh, menjaga jasad dan
menjamin kebahagiaan melebihi memperbanyak mengkaji Al-Qur’an.” Wallahu a’lam.
Kunci kemenangan.
Setiap tujuan pasti ada jalannya dan setiap kemenangan pasti ada sebabnya. Kemenangan bukan
hanya dengan angan-angan dan khayalan tetapi dengan usaha dan jerih payah untuk menggapainya.
Hal ini menuntut kita untuk mengetahui lebih lanjut jalan menuju kemenangan. Berikut ini beberapa
kunci kemenangan semoga kita dapat memahami, mempraktekkan dan menyebarkannya.
1. Iman dan amal shaleh.
Inilah kunci utama kemenangan kaum muslimin. Tiada artinya di sisi Allah jumlah personel
pasukan yang terlatih dan kuat, senjata canggih dan tipu daya musuh bila angin iman sudah
berhembus di hati kaum muslimin karena Allah -Maha Mampu- telah berjanji pasti menolong
hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh:
الز َكا َة َوأَ َمرُوا ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َنه َْوا عَ ِن ْالمُن َك ِر ِ ْ الَّذِينَ إِن َّم َّك َّنا ُه ْم فِي ْاألَر ص ُرهُ إِنَّ هللاَ لَ َق ِويٌّ عَ ِزي ٌز
َّ ض أَ َقامُوا ال
َّ صالَ َة َوءَا َتوُ ا ُ َولَيَنصُرَ نَّ هللاُ مَن يَن
ُ
ِ َوهَّلِل ِ عَ اقِب َُة ْاألم
ُور
Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Alloh
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Alloh-lah
kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 40-41).
ى لَ ُه ْم7 ض َ َت ْخلَفَ الَّذِينَ مِن َق ْبل ِِه ْم َولَ ُي َم ِّك َننَّ لَ ُه ْم دِي َن ُه ُم الَّذِي ارْ َت7 َااس ِ ْ َت ْخلِ َف َّن ُه ْم فِي ْاألَر7 ت َلي َْس
ْ ض َكم ِ الِحَ ا7 الصَّ وا77ُوا مِن ُك ْم َوعَ مِل77 دَ هللاُ الَّذِينَ ءَا َم ُن7 ََوع
ََولَ ُي َب ِّدلَ َّنهُم مِّن َبعْ ِد َخ ْوف ِِه ْم أَمْ ًنا َيعْ ُبدُو َننِي الَ ُي ْش ِر ُكونَ ِبي َش ْي ًئا َومَن َك َفرَ َبعْ دَ َذلِكَ َفأ ُ ْوالَئِكَ ُه ُم ْال َفاسِ ُقون
Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-
orang yang fasik. (QS. An-Nur: 55)
ََو َكانَ حَ ًّقا عَ لَ ْي َنا َنصْ ُر ْالم ُْؤ ِمنِين
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. Ar-Rum: 47).
Sejarah menjadi saksi bagaimana Allah menolong Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada perang Badar, perang Ahzab dan perang-perang lainnya yang disaksikan dunia
dengan rasa heran. Demikian pula para salaf shaleh setelah Nabi, mereka meraih kemenangan
yang mengundang decak kekaguman sehingga agama Islam menyebar ke penjuru dunia.
Sayanganya, mengapa kaum muslimin sekarang selalu pulang dengan kegagalan dan
kekalahan? Apakah berarti Allah tidak menepati janji-Nya? Jangan salahkan Allah! Salahkan kita
sebagai hamba-Nya!
diceritakan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya “Ar-Radd ala Al-
Bakri”: “Tatkala pasukan Tartar hendak memasuki Damskus, para ulama tidak langsung bangkit
memerangi mereka karena melihat mayoritas pasukannya masih banyak yang bersandar kepada
sebuah kuburan, bahkan panglima mereka sendiri pernah mengatakan:
Wahai orang-orang yang takut pada pasukan Tartar berlindunglah ke kuburan Abu Umar niscaya
dia akan menyelamatkan kalian dari mara bahaya.
Kemudian para ulama bangkit mengajarkan aqidah kepada manusia. Akhirnya tatkala mereka
bertauhid, Allah memberikan kemenagan kepada mereka”.
Oleh karena kewajiban kaum muslimin saat ini di setiap jajaran, baik pemerintah, organisasi,
aktivis da’wah, umat dan semua kalangan adalah memperbaiki aqidah dan keimanan sehingga
mendapatkan kejayaan Islam sebagaimana diraih oleh para pendahulu kita. Inilah solusi utama
keterpurukan umat saat ini. Allah berfirman:
َابأَنفُسِ ِه ْم
ِ َاب َق ْو ٍم حَ َّتى يُغَ ِّيرُوا م
ِ هللا الَيُغَ ِّي ُر م
َ َّإِن
Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11).
ََّاب ِرين
ِ هللا َوهللا ُ مَعَ الص ِ ِبإِ ْذ ِن
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu,
orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk
melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Alloh, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Alloh. Dan Alloh beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 249).
ََوجَ عَ ْل َنا ِم ْن ُه ْم أَ ِئم ًَّة َي ْه ُدونَ ِبأَمْ ِر َنا لَمَّا صَ َبرُوا َو َكا ُنوا ِب َئايَا ِت َنا يُوقِ ُنون
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-
Sajadah: 24).
Inilah yang sering didengungkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ketika
menghadapi pasukan Tartar. Dikisahkan, Tatkala tersebar isu bahwa pasukan Tartar hendak
menuju Syam, maka rakyat saat itu sangat panik dan mereka bergegas hendak melarikan diri
ke Mesir, mereka menjual hewan ternak, barang-barang dan pakaian dengan harga yang sangat
relatif murah. Melihat keadaan seperti itu, Syeikh Ibnu Taimiyyah berkeliling bersama beberapa
rekannya menganjurkan setiap warga supaya tenang, mengajak jihad dan tidak mundur ke
belakang serta menganjurkan infaq untuk keperluan perang. Beliau juga menemui para
petinggi Syam dan memompa semangat mereka untuk mengahadapi pasukan Tartar dan
berjanji: Kita pasti menang! seraya membaca firman Allah:
َ ََّذلِكَ َو َمنْ عَ ا َقبَ ِبم ِْث ِل مَاعُوقِبَ ِب ِه ُث َّم ُبغِيَ عَ لَ ْي ِه لَيَنصُرَ َّن ُه هللا ُ إِن
هللا َلعَ فُوٌّ غَ فُو ٌر
Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita
kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Alloh akan menolongnya. Sesungguhnya Alloh benar-benar
Maha Pema’af lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Hajj: 60).
Para petinggi menegurnya: Katakanlah Insya Allah. Beliau menjawab: Insya Allah dengan penuh
keyakinan bukan ketergantungan. Akhirnya pertolongan Allah datang sehingga korban pasukan
Tartar yang meninggal dunia tak dapat terhitung jumlahnya. (Lihat Al-Bidayah wa Nihayah:
14/16-28 oleh Ibnu Katsir).
5. Persatuan.
Kita semua mesti faham slogan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Konon slogan ini pernah
terbukti ketika Indonesia menghadapi para penjajah negeri ini. Di saat para pejuang Indonesia
menghadapinya dengan per suku dan kelompok, kegagalan dan hambatan selalu menghampiri
mereka. Namun, tatkala mereka menghadapinya dengan persatuan maka musuhpun dengan mudah
terpukul mengundurkan diri dan angkat kaki. Allah berfirman:
هللا جَ مِيعً ا َوالَ َت َفرَّ قُوا
ِ َواعْ َتصِ مُوا ِبحَ ب ِْل
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai.
(QS. Ali-Imran: 103).
ََّاب ِرين َ َّازعُوا َف َت ْف َشلُوا َو َت ْذهَبَ ِري ُح ُك ْم َواصْ ِبرُوا إِن
ِ هللا مَعَ الص َ َوالَ َت َن
Dan ta’atlah kepada Alloh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh
beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هللا إِ ْخ َوا ًنا
ِ ََو ُك ْو ُن ْوا عِ بَاد
Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. (HR. Muslim no. 2564).
(Lihat Tulisan “Menuju Persatuan Umat” dalam Al-Furqon edisi 5/11 Dzulhijjah 1423H).
6. Keikhlasan.
Dalam kondisi perang, setiap orang hendaknya memusatkan kosentrasinya, janganlah fikiran kita
dikacaukan oleh bisikan syetan tentang masalah harta, keluarga dan sebagainya, ikhlaskan niatkan
kita hanya mengharapkan wajah Allah, syurga Allah dan keridhoan Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َقُ ْو َفهَا َوال7عْ ُس77 َولَ ْم َيرْ َف7ْن َوالَ أَحَ ٌد َب َنى أَحَ ٌد َب َنى ُبي ُْو ًتا َ
ِ الَ َي ْت َبعْ نِيْ رَ ُج ٌل َملَكَ بُضْ عَ امْ رَ أَ ٍة َوه َُو ي ُِر ْي ُد أَنْ َي ْبنِيَ ِبهَا َولَمَا َيب:ِغَ َزا َن ِبيٌّ مِنَ األ ْن ِبيَا ِء َف َقا َل لِ َق ْو ِمه
ت َوه َُو َي ْن َتظِ ُر ِوالَدَ هَاٍ أَحَ ٌد ا ْش َترَ ى غَ َنمًا أَ ْو َخلِ َفا
“Ada seorang Nabi (Yusa’ bin Nun) dari seorang nabi pernah berperang lalu dia berkata kepada
kaumnya: Janganlah ikut perang bersamaku seorang yang telah menikah dan ingin menggaulinya
tetapi belum terlaksana, dan seorang yang membangun rumah tetapi belum sempurna atapnya dan
juga seorang yang membeli kambing atau unta bunting yang dinanti beranaknya” (HR. Bukhari no.
3124, Ahmad (2/318) Lihat As-Shahihah no. 202).
Jadi, Nabi Yusa bin Nun ‘alaihissalaam terlebih dahulu ingin membersihkan hati para pasukannya
supaya benar-benar ke depan bukan ke belakang. Sebab, seorang prajurit perang apabila hatinya ke
depan, dia akan melawan musuh dengan jantan. Sebaliknya apabila hati mereka ke belakang,
seketika itu juga dia akan mundur dari lawan.
Abdullah bin Rowahah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan kepada pasukannya yang
berjumlah tiga ribupada perang Mu’tah ketika melawan Romawi yang berjumlah dua ratus ribu
pasukan,
“Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai dalam kepergian ini sebenarnya justru
merupakan sesuatu yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita tidak berperang dengan manusia karena
jumlah, kekuatan dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini,
yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka berangkatlah, karena di sana hanya ada salah satu
dari dua kebaikan, entah kemenangan entah mati syahid”. (Lihat Hilyatul Auliya’ : 1/119).
Sahabat Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah di hadapan pasukan
perang Yarmuk ketika melawan Romawi,
“Sesungguhnya hari ini termasuk hari-hari Allah, tidak sepantasnya ada kesombongan dan
kedhaliman di dalamnya. Ikhlaskanlah jihadkan kalian dan mengharaplah pahala Allah atas amal
kalian ini”.
Semoga kita mampu istiqamah menjalankan amanah, meski kadang merasa lelah, kadang tak lepas
dari keluh kesah. Tetapi semua dicitakan jihad fi sabilillah agar kelak raih syahadah.