muslimin, maka syariat-Nya akan tegak secara kaffah. Persatuan dan kekuatan
umat Islam akan terbentuk dengan sempurna, lalu mereka bisa leluasa
mengamalkan syariat Allah tanpa ada rasa takut terhadap siapapun. Orang-
orang kafir tidak berani menghalangi umat Islam untuk mengamalkan syariatnya.
Bahkan mereka menjadi putus asa ketika kekuatannya tidak mampu lagi
meruntuhkan kejayaan Islam.
Beginilah kondisi ideal yang diinginkan Allah Ta’ala ketika Dia hendak mengutus
Rasul-Nya Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tegaknya syariat Allah
secara kaffah di muka bumi ini. Gambaran kondisi ini diterangkan oleh Allah
ta’ala secara jelas dalam ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi sallallahu
‘alaihi wasallam. Firman-Nya:
Kemenangan itu merupakan janji Allah yang pasti dicapai oleh orang mukmin.
Banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang itu. Dari sekian banyak ayat
alquran, kemenangan dan umat Islam selalu disebutkan secara beriringan.
Seolah-olah keduanya memang memiliki ikatan yang kuat. Di antara ayat-ayat
tersebut adalah:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad; 7)
Dalam ayat yang lain, Allah mengingatkan bahwa kekuasaan di bumi ini
diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang ia berada di
tangan orang-orang mukmin, terkadang pula direbut oleh orang-orang kafir.
Namun pada akhirnya, akan dimiliki kembali oleh orang-orang yang bertaqwa.
ُورثُهَا َم ْن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َ ْال ُمو َسى لِقَ ْو ِم ِه ا ْستَ ِعينُوا بِاهَّلل ِ َواصْ بِرُوا إِ َّن األَر
ِ ض هَّلِل ِ ي َ َق
َ َِو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّق
ين
“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf; 128)
Perlu disadari bahwa kemenangan dan kekuasaan yang dijanjikan Allah, tidak
hadir begitu saja. Tapi kemenangan tersebut diliputi oleh beragam syarat, yaitu
sebuah syarat yang mampu menghilangkan ketakutan dan mewujudkan
kedamaian, syarat yang bisa melenyapkan kemiskinan dan menghadirkan
kemakmuran serta syarat yang sanggup menghadirkan kekuatan di tangan umat
Islam. Allah ta’ala berfirman:
فَ َض َك َما ا ْستَ ْخل ِ ْت لَيَ ْستَ ْخلِفَنَّهُ ْم فِي اأْل َر ِ ين آ َمنُوا ِمن ُك ْم َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا َ َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذ
ۚ ض ٰى لَهُ ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّهُم ِّمن بَ ْع ِد َخ ْوفِ ِه ْم أَ ْمنًا َ َين ِمن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَ َّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم الَّ ِذي ارْ ت َ الَّ ِذ
َ ُاسق
ون ِ َك هُ ُم ْالف َ ِك فَأُو ٰلَئَ ِون بِي َش ْيئًا ۚ َو َمن َكفَ َر بَ ْع َد ٰ َذل َ يَ ْعبُ ُدونَنِي اَل يُ ْش ِر ُك
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-
orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi
aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)
Bertolak dari ayat di atas, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengungkapkan
bahwa diantara syarat kemenangan yang digariskan dalam Al-Qur’an adalah:
Pertama: Iman dan amal shalih. Dua hal ini merupakan penunjang utama untuk
menjemput kemenangan. Di awal ayat QS. Annur ayat 55 di atas, Allah ta’ala
menyebut, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih..”
I’dad merupakan fase yang harus dilewati sebelum melawan orang-orang kafir.
Allah ta’ala berfirman:
I’dad mencakup segalanya, tidak cukup hanya persiapa alat perang semata.
Lebih dari itu, persiapan juga meliputi tentang bagaimana mengatur kemenangan
itu agar tetap eksis dan tidak gampang direbut oleh pihak yang lain. Karena itu,
I’dad itu merupakan syariat yang tidak boleh berhenti. Walaupun kemenangan
telah diraih, namun I’dad harus tetap diteruskan. I’dad untuk menyiapkan
kekuatan muslimin dalam setiap lini kehidupan. Persiapan untuk menguatkan
ilmu agama dan dunia, menanamkan moral dan akhak para prajurit, menyiapkan
sarana senjata, media dan sebagainya.
Karena itu, secara umum para ulama membagi i’dad menjadi dua; i’dad ma’nawi
dan i’dad maadi. I’dad ma’nawi adalah persiapan iman, mental dan keilmuan
para prajurit. Sementara I’dad maadi ialah persiapan materi sebagai sarana
untuk menghadapi lawan, seperti menyiapkan peralatan senjata dan sebagainya.
Ikhwah fillah...
Kebersamaan kita a dalah wujud kasih sayang dan cinta Allah kepada kita. Sangat mahal dan
istimewanya kebersamaan di jalan Allah ini hingga kadang kita harus menebusnya dengan
kelelahan dan kadang derai air mata.
Ikhwah fillah...
Umar bin khatab mengingatkan,"tidak ada karunia Allah yang lebih baik bagi seseorang setelah
masuk Islam, daripada karunia memiliki saudara yang shalih. Dan jika diantara kalian ada yang
merasa senang dengan saudaranya, hendaknya ia memegang saudaranya itu dengan kuat."
Ikhwah fillah....
Mari kita pelihara kebersamaan karena Allah ini hingga sampai pada ujung usia kita.
Jangan pernah bergeser sedikit pun dari komunitas kebaikan.
Semoga keistiqamahan senantiasa ada dalam diri kita.
Dan berharap Surga jadi tempat reuni akbar kita semua.
Aamiin
Mari kita ingat betapa dahsyatnya perang badar. Kisah yang menyejarah di jaman Rasulullah.
Seberapa kekuatan pasukan muslim jika dibandingkan dengan kaum Qurays? Namun kekuatan
ruh yang luar biasa mampu mengalahkan kaum kafir Qurays kala itu. Kisah spektakuler Badar
tak lekang dirtelan masa. Allah memberi kemenangan, Allah karuniai kemuliaa bagi orang-
orang beriman. Dahsyat kekuatan maknawiyah telah terbukti, telah teruji, dan zaman pun
menjadi saksi. Jika berbicara tentang kekuatan sesungguhnya bukan pada besarnya jumlah
pasukan yang kita miliki namun kekuatan kita ada pada sejauhmana kekuatan maknawiyah
kita. Allahu Akbar...
Ibnul Jauzi dalam bukunya, Shifatus Shafwah, dengan sangat baik hati menyebutkan kekata
Syumait bin Ajlan yang menjadi bukti bahwa sejatinya kekuatan orang mukmin ada di hatinya,
bukan pada anggota badannya.
أَاَل،ِا ِئهMض
َ ْ ِه َو َل ْم َيجْ َع ْل َها ِفيْ أَعMِن ِفيْ َق ْل ِب
ِ ؤمMْ Mوَّ َة ْال ُمMMُ َل قM َّل َج َعM َّز َو َجMهللا َع
َ َّ إِن:َيقُ ْو ُل
َ ِض ِع ْي ًفا َيص ُْو ُم ْال َه َوا ِج َر َو َيقُ ْو ُم اللَّ ْي َل َوال َّشابُّ َيعْ ِج ُز َعنْ َذل
ك َ ُ َت َر ْو َن أَنَّ ال َّش ْي َخ َي ُك ْون.
Syumaith berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menjadikan kekuatan orang mukmin ada
pada hatinya, tidak pada anggota badannya. Tidakkah kalian melihat orang tua yang lemah,
dia mampu berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari sedangkan pemuda tidak bisa
melakukannya.” (Shifatus Shafwah : III/341).
ثر من إدامةMMعادة أكMMما رأيت شيئا يغذي العقل والروح ويحفظ الجسم ويضمن الس
ابن تيمية----- النظر في كتاب هللا تعالى
“Aku tidak melihat sesuatu yang bisa memberikan nutrisi kepada akal dan ruh, menjaga jasad
dan menjamin kebahagiaan melebihi memperbanyak mengkaji Al-Qur’an.” Wallahu a’lam.
Ikhwah Fillah...
Ada beberapa syarat yang harus kita penuhi jika kita ingin meraih kemuliian layaknya
kemenangan perang Badar.
1. Harus memiliki kebersihan jiwa dan terhindar dari berbagai penyakit hati.
Kita diharapkan membersihkan hati agar hati kita tak merasa berat untuk mendorong gerak
fisik kita untuk berjuang menegakkan agama Nya. Perbanyak ibadah dan isi hari dengan
tilawah. Jauhi gunjing dan kepo
2. Keikhlasan yakni a'maalun muta'abadun ilallah yakni amal-amal yang kita gunakan sebagai
sarana ibadah kepada Allah.
Kita luruskan niat bahwa dengan amanah yang melekat dalam diri kita tak lain hanya karena
besarnya keinginan meninggikan kalimatullah di muka bumi ini. Dan ikhlaslah yang akan
menguatkan langkah kita.
Empat hal itu yang kita jadikan pegangan dalam mengemban amanah dakwah. Berharap
kekuatan jiwa yang kita miliki mampu mengajak siapa saja untuk bergabung dengan kita.
Namun jangan pernah lupa bahwa Allah yang berhak atas semuanya.
Semoga kita mampu istiqamah menjalankan amanah, meski kadang merasa lelah, kadang tak
lepas dari keluh kesah. Tetapi semua dicitakan jihad fi sabilillah agar kelak raih syahadah.
Wallahu musta'an
Jazakumullahu ahsanul jaza'