Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan Kata (Diksi)
7) Kata tugas
Kata tugas merupakan kata yang menyatakan hubungan 1'iiimatikal dalam kalimat,
klause taau frase yang tidak mengandung iiinkiia leksikal. Katatugas dibagi lagi
menjadi lima macam, yaitu:
a. Kata depan (preposisi),
b. Kata sambung (konjungsi),
c. Kata seru (interjeksi),
d. Kata sandang (artikula), dan
e. Kata partikel.
b. Makna kata
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek,
yaitu aspek bentuk atau aspek ekspresi, dan aspek isi makna.
Aspek bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera, yaitu
dengan cara mendengar atau melihat. Sedangkan aspek isi makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek
bentuk. Reaksi yang mungkin akan timbul tersebut dapat berupa pengertian dan juga
tindakan. Dalam berkomunikasi, kita tidak hanya berhadapan dengan kata saja,
melainkan dengan rangkaian kata yang memiliki amanat. Karena itulah maka terdapat
beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita, yaitu : pengertian, perasaan, nada,
dan tujuan.
1) Pengertian adalah landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada
pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu,
2) Perasaan adalah sebuah bentuk sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya. Hal
ini berkaitan dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis,
3) Nada lebih mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau
pembacanya, dan
4) Tujuan adalah efek yang iin diwujudkan oleh pembicara atau penulis.
Kembali pada unit terkecil dalam bahasa yaitu kata. Makna kata dapat dibatasi
sebagai hubungan antara bentuk dengan ha atau barang yang di wakilkannya. Pada
umumnya makna kata dibedakan atas makna yang bersifat denotatif ( tidak mengandung
makna atau perasaan tambahan ) biasanya disebut juga dengan istilah makna denotasial,
makna kognitif, makna ideasional,makna referensial atau makna ideasional, dan makna
yang bersifat konotatif ( mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa
tertentu di samping makna dasar yang umum ) yang disebut juga dengan istilah makna
konotasial, makna emotif, dan makna evaluatif.
2. Pilihan Kata (Diksi)
Pengertian pilihan kata atau diksi lebih luas dari pantulan kata- kata. Istilah ini tidak
hanya digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan
suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan.
Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokkan atau susunannya, atau
yang menyangkut cara-cara khusus yang herbentuk ungkapan-ungkapan, gaya bahasa sebagai
bagian dari diksi berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik,
atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu juga dapat diterima atau tidak merusk suasana
yang ada. Karena tidak semua kata yang dinyatakan untuk menyampaikan suatu maksud
tertentu dapat di terima oleh orang yang diajak bicara/lawan bicara. Dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata
yang tepat atau menggunakan ungkapan- ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam sebuah situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang mgin di sampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang nesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
memilki kelompok mnsyarakat pendengar. Pilihan kata atau diksi yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa itu. Maksud dari perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan
kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
2. Konteks nonlinguistik
Relasi yang pertama eratnya dengan konteks nonlinguistic. Konteks nonlinguistik mencakup
dua hal, yaitu hubungan antara kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan
masyarakat atau disebut juga konteks sosial. Konteks sosial ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam penggunan kata atau Bahasa. Walaupun ada ahli yang menolak konteks
nonlinguistik sebagai hal yang tidak berkaitan dengan bahasa, namun konteks sosial ini
merupakan bagian dari aparat linguistik.
Menurut Firth, seorang linguis Inggris, konteks sosial mencakup :
a. Ciri-ciri yang relevan dari partisipan; orang-orang yang terlibat dalam kegiatan berbicara,
ciri-ciri ini dapat berwujud :
1) Aksi verbal dari partisipan, yang berarti tiap orang yang terlibat akan
mempergunakan bahasa yang sesuai dengan situasi atau kedudukan sosialnya masing-
masing, dan
2) Aksi non-verbal dari partisipan, tingkah laku non-bahasa ( gerak-gerik, mimik ) yang
mengiringi bahasa yang digunakan, juga dipengaruhi oleh status sosial para
partisipan.
b. Obyek-obyek yang relevan; yang berarti bahwa pokok pembicaraan juga akan
mempengaruhi bahasa partisipan. Kalau objek pembicaraan adalah Tuhan, akan
dipergunakan kata-kata yang berkonotasi mulia, kalau obyeknya adalah kejahatan, akan
dipergunakan kata-kata yang berkonotasi jelek. Bidang ilmu akan mempergunakan kata-
kata ilmiah, bidang sastra menggunakan kata-kata khusus untuk kesusasteraan.
c. Efek dari aksi verbal; efek yang digunakan oleh partisipan juga akan mempengaruhi
pilihan kata.
Dengan demikian, bahasa yang digunakan bukan hanya semata- miita karena masalah
kebahasaan, melainkan juga karena masalah t rmasyarakatan, yang bersifat non-linguistis.
C. Struktur Leksikal (Dica)
1. Pengertian struktur leksikal
Struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi yang terdapat pada kata. Hubungan antar kata
itu dapat terwujud sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonim. Dari relasi antara kata
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
a. Relasi antara bentuk dengan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi;
1) Sinonimi ; lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna,
2) Polisemi ; bentuk yang sama memiliki lebih dari satu raakna.
b. Relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi :
1) Hiponimi ; cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain,
2) Antonimi ; posisi sebuah makna di luar sebuah makna yang lain.
c. Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu kepada
dua referen yang berlainan.
1) Sinonimi.
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai telaah mengenai bermacam-
macam kata yang memiliki makna yang sama, atau keadaan dimana dua kata atau
lebih memiliki makna yang sama. Sebaliknya, sinonim adalah kata-kata yang
memiliki makna yang sama. Dalam ilmu bahasa yang murni, sinonim-sinonim yang
ada tidak di akui. Namun karena setiap kata memiliki makna atau nuansa makna yang
berlainan, walaupun ada ketimpang-tindihan antara satu kata dengan kata yang lain.
Dan karena hal inilah sehingga orang-orang menerima konsep sinonimi atau sinonim.
Selain itu juga, konsep ini diterima untuk tujuan praktis, guna mempercepat
pemahaman makna sebuah kata yang baru, yang dikaitkan dengan kata-kata lama
yang sudah di kenal.
2) Polisemi dan Homonimi. Polisemi adalah salah satu bentuk kata yang sama, yang
memiliki makna yang mirip, sangat dekat dengan sebmili istilah lain yaitu homonim
yang berarti dua kata atnu lebih yang memiliki bentuk sama. Dalam polisemi kita
hanya mnghadapi satu kata saja, sedangkan dalam homonimi kita menghadapi dua
kata atau lebih.
3) Hiponimi.
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas - bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas atas yang
mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, dan ada sejumlah kelas bawah yang
merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang
berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat, dan kelas bawah yang di sebut
hiponim.
4) Antonimi.
Antonimi adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda dan
bertentangan. Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna, sedangkan
kata yang berlawanan disebut antonim. Meskipun kita menerima konsep antonimi
secara umum, namun terdapat perbedaan antara bermacam-macam kata yang
berantonim. Oposisi antar kata dapat berbentuk :
Oposisi kembar, oposisi yang mencakup dua anggota,
Oposisi majemuk, oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua
kata,
Oposisi gradual, oposisi antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat
sejumlah tingkatan antara,
Oposisi relasional (kebalikan), oposisi antara dua kata yang mengandung relasi
kebalikan,
Oposisi hirarkis, oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang
berlainan, dan
Oposisi inversi, oposisi yng terdapat pada pasangan kata.
DAFTAR RUJUKAN
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumadi. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Samin, Cah, 2015. Kata, (online). (http://wikipedia.co.id/Kata), diakses 1 Maret 2017