Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Fanny van Deyli

NIM : 0801172232

KELAS : 5IKM5

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Resume Surveilans Aktif, Pasif dan Terpadu

a. TB Paru
 Aktif

Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis Di Wilayah


Kerja Dinas Kesehatan Kota Tanggerang Selatan Tahun 2013

Kegiatan surveilens aktif yang dilakukan oleh Program Pengendalian Penyakit TB di


Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pencatatan
dan pelaporan, pengembangan sumber daya manusia, pemantapan mutu laboratorium,
pengelolaan logistik, monitoring dan evaluasi, serta kegiatan penunjang seperti promosi,
kemitraan, dan penelitian. Peneliti langsung turun ke daerah kota Tanggerang selatan
untuk mendapatkan data surveilens di daerah tersebut.

Pada tahun 2013, jumlah kasus penyakit TB mengalami penurunan walaupun tidak
terlalu drastis. Hal ini juga sama pada jumlah kematian akibat penyakit TB di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Jumlah kematian ini mengalami
kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Namun mengalami penurunan di
tahun 2013.

Jumlah kasus TB terbanyak di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang


Selatan tahun 2013 terdapat di RSUD Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 361 kasus.
Sedangkan di beberapa Rumah Sakit atau Klinik Swasta seperti RS Eka Hospital, RS
Sari Asih Ciputat, RS OMNI, RS Medika dan Klinik Rahma Medika, tidak ditemukan
kasus TB. Menurut hasil wawancara dengan wasor TB Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan, diketahui bahwa ada kendala dari pencatatan dan pelaporan kasus TB di Rumah
Sakit dan Klinik Swasta tersebut sehingga data kasus TB tidak terlaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
 Pasif

Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut orang pada Puskesmas Wajo.

Pengambilan data ini diperoleh dan diolah secara manual serta di analisis
menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang merupakan
saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita Penyakit
Tuberkulosis yang ada pada puskesmas wajo. Data surveilens ini juga diambil dari data –
data yang telah di rekap oleh puskesmas wajo.
Jumlah penderita tuberkulosis pada puskesmas wajo menurut jenis kelamin tertinggi
adalah laki-laki yaitu terdapat 64 penderita (53,78 %). Sedangkan penderita terendah
adalah perempuan yaitu terdapat 55 penderita (46,21 %).

Tetapi pada tahun 2006 – 2010 di ketahui bahwa penderita tuberkulosis tertinggi
terdapat di kelurahan Tanganapada jika di bandingkan dengan kelurah-kelurahan yang
lain. Karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggi akan penyakit TBC
sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah di periksa mereka mengidap
penyakit ini. Dan sebagian besar mereka yang datang memeriksakan diri berasal dari
kelurahan tanganapada. Sedangkan pada masyarakat kelurahan wajo dan lamangga lebih
memilih pengobatan ke tempat dokter praktek.

b. DBD

Pengembangan Model Surveilans Aktif Demam Berdarah Dengue Melalui Metode


Pelaporan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) di Kota Tasikmalaya
 Aktif

Model surveilans aktif ini menitikberatkan kepada indikator kualitas laporan KDRS
yaitu lengkap, akurat dan tepat waktu. Model ini juga telah disepakati dan telah
diterapkan oleh seluruh unit pelaksana dalam hal ini adalah 7 Rumah Sakit Umum di
Kota Tasikmalaya dan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Dari tiga bulan monitoring
awal dari penerapan model ini telah mampu meningkatkan kualitas pelaporan kasus
DBD di Kota Tasikmalaya dari setiap rumah sakit kepada Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya. Sedangkan untuk mengetahui efektifitas model ini terhadap penanganan
kasus DBD secara langsung di masyarakat perlu untuk dilakukan studi lebih lanjut.
Model ini akan menjadi suatu rekomendasi yang akan diajukan kepada unit pelaksana
yaitu Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan seluruh Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya
untuk dapat diterapkan secara berkelanjutan.

surveilans aktif DBD melalui sistem pelaporan KDRS. Pengembangan Model


Surveilans Aktif yang diterapkan dalam penelitian ini telah mampu meningkatkan
Kualitas Laporan KDRS DBD di Kota Tasikmalaya menjadi lebih baik.

Model Surveilans Aktif DBD melalui sistem pelaporan KDRS ini menjadi
rekomendasi untuk Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan seluruh RSU di Kota
Tasikmalaya agar dapat terus diterapkan secara berkesinambungan. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk mengetahui efektivitas model ini terhadap upaya penanganan
DBD secara langsung di masyarakat. Model ini diharapkan dapat diterapkan di
Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit lain di Indonesia yang memiliki masalah dengan
surveilans aktif DBD yang belum optimal sehingga mampu mendukung upaya
penanganan dan pengendalian penyakit DBD di masyarakat.

 Pasif

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design eksperimen semu dan
rancangan pre-test, intervensi dan pos-test dalam satu kelompok. Pendekatan kualitatif
ditambahkan untuk menggali informasi secara lebih mendalam. Responden berjumlah 11
orang yaitu 8 orang petugas surveilans dari 7 rumah sakit umum di Kota Tasikmalaya
dan 3 orang pengelola program DBD Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Wawancara
dilakukan untuk mengukur pengetahuan petugas, sikap petugas, sarana penunjang serta
kualitas laporan KDRS DBD dan ditambahkan dengan observasi untuk mengamati
kondisi sarana penunjang dan kualitas laporan KDRS DBD yang dijalankan.

resume surveilans terpadu

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI STUDI KASUS DI PUSKESMAS A DAN


PUSKESMAS B

Terdapat tiga variabel utama yang berkaitan dengan Orang (sifat-sifat yang
mengalami), Tempat (sifat-sifat tempat terjadi) dan Waktu (waktu, musim dan sifat-sifat
lain yang berkaitan dengan waktu kejadian). Bagian epidemiologi ini sering disebut
sebagai epidemiologi deskriftif. Dan hasilnya pada umumnya dapat dipakai menyusun
hipetesis dan hipotesis ini diuji dalam penelitian epidemiologi analitik.

Dari data per tahun didapatkan bahwa sebagian besar penyakit


yang dialami warga adalah diare, dimana angka diare mencapai 1000
keluhan untuk pertahunnya. Yang kemudian penyakit tifus ada di
nomor 2 lalu ada penyakit pneumonia. Data diatas diambil
berdasarkan dari sumber yang sudah menjadi pekerjaaan pendataan
wajib oleh pihak dinkes setempat.

ISPA dan Tifus merupakan penyakit yang mendominasi Puskesmas A dan


Puskesmas B fakor faktor yang mempengaaruhi antara lain daya tahan tubuh, PHBS
(Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Lingkungan. Pada Kota Banjarbaru total terbanyak
penyakit dari seluruh puskesmas adalah Diare, sekitar 1000 kasus keluhan tiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai