Anda di halaman 1dari 2

234 - 235

Secara khusus, keterpaduan antara tanaman dengan hewan, yang tercecer antara ilmu
argonomi dengan ilmu peternakan, meski yang tercecer antara ilmu agronomi dalam ilmu
peternakan, meskipun banyak sekali kaitan antara hewan sebagai tenaga penarik, limbah panen,
makanan ternak, pupuk kandang dan produksi tanaman (Mc Dowell dan Hildebrand, 1980).

Dalam bidang enersi, terdapat juga kesenjangan, terutama dalam pengembangan sumber
enersi dan teknologi baru. Ekologi energetik merupakan pendatang yang terlambat dan berjalan
pelan dalam pembangunan perdesaan, salah satu sebabnya karena spek penelitian yang bersifat
kuantitaif, menuntut banyak waktu dan tenaga.

Didang pengelolaan irigasi di Negara berkembang bagian Asia juga turut mengalami
kesenjangan yang sama antara disiplin ilmu, profesi dan instansi. Para insinyur sipil hanya
meminati bagian rancangan bangunan dan kostruksinya, sedangkan dalam segi pemeliharaan,
pengoperasian dan pengaturan pembagian air mereka sama sekali tidak tertarik dan belum
terlatih karena tidak dipelajari selama masa sekolah.

Peluang untuk meningkatkan pemerataan dan produktivitas sangatlah besar namun masih
belum dimanfaatkan yang disebabkan oleh prasangka para insinyur sipil yang tertanam selama
pendidikan dan terwujud pada rancangan pembangunan yang mereka buat.

Ketiadaan Wadah Disiplin Ilmu, Profesi Atau Instansi.

Kesenjangan lain terjadi karena disiplin ilmu, profesi dan institusi tidak ada atau sedikit
sekali yang memikirkan pembangunan perdesaan.dua buah contohnya menyangkut bidang
manajemen dan hukum.

Manajemen, termasuk disiplin ilmu yang masih bercorak kota, serta melayani masyarakat
industry dan perdagangan. Para ilmuan mencoba memasuki bidang manajemen perdesaan
melalui teori – teori ilmu pemerintahan, walaupun masih disertai keseganan untuk melihat segi
praktis dari asa dan prinsip yang dikembangkan. Hukum, seperti halnya manajemen, termasuk
profesi yang amat kuat mengancu pada masyarakat kota, industri dan perdagangan.
Model analisis yang terlupakan.

Disini dapat ditambahkan dua hal lagi yang menyentuh kepentingan krisis masyarakat
desa yang miskin :

1. Analisa menurut muslim


Musim penghujan merupakan masa senggang. Kaum professional yang bertempat tinggl
di kota, umunya berkunjung ke daerah perdesaan pada musim kering, pda waktu jalan –
jalan mudah dilalui kendaraan dan perjalanan dapat dilakukan dengan lancer dan cepat,
ketika rakyat desa tampak lebih sehat dan cukup pangan.
Jarang sekali mereka melakukan kunjungan pada musim hujan, sehingga pendapatan
masyarakat desa menjadi terhenti saat musim hujan. Padahal banyak sekali peluang yang
bisa digunakan selama masa ini. Upaya – upaya kearah ini memang sudah ada, tetapi
masih sangat langka.
2. Membalikan cara menganalisa “dari atas ke bawah “ menjadi “dari bawah keatas”.
Pendekatan pertama dimulai dari spesialisasi bidang ilmu dan menggunakan pirantinya
untuk mengkaji situasi perdesaan. Pendekatan ini memungkinkan pengungkapan
kebutuhan dan kesenjangan, yang melalui interaksi dengan spesialisasi keilmuan, dapat
membuka peluang baru.

Kesimpulan : kesenjangan sebagai inti permasalahan.

Bagi golongan miskin, kesenjangan merupakan inti permasalahan lahan. Sumber daya
dan pengembangan yang menjadi perhatian utama disiplin ilmu, kaum professional dan instansi
yang sudah mapan, umumnya terkait dan terampas oleh kepentingan komersial dan orang –
orang yang lebih mampu.

Profesionalisme baru yang diinginkan adalah profesionalisme yang mampu membalikkan


kecendeungan kea rah meningkatkan dan menyempitkan bidang spesialisasi. Sudah tentu akan
tetap diperluaskan kecakapan professional yang tinggi dan kegiatan penelitian yang ketat. Tidak
ada sedikitpun maksud untuk merendahkan nilai professionalism tersebut.

Anda mungkin juga menyukai