Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah
mengapur, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada
komunikasi melalui kanalikuli (L.canalis, saluran), yang merupakan celah-celah
silindris halus, yang menerobos matriks.
Karena keras, tulang sukar dipotong dengan mikrotom, dan diperlukan teknik
khusus untuk mempelajarinya. Salah satu teknik umum yang memungkinkan
pengamatan terhadap sel-sel dan matriks organiknya didasarkan pada dekalsifikasi
tulang yang di awetkan dengan bahan fiksasi standar. Mineralnya dihilangkan dengan
perendaman tulang dalam larutan yang mengandung zat pengikat kalsium (misalnya
asam etilendiamintetraaseta[EDTA]). Jaringan dekalsifikasi tersebut kemudian
dipendam, dipotong, dan dipulas.
Komponen Tulang
SEL TULANG
1. Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks
tulang (kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen
anorganik dari tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas
hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip
epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki
bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas
sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada
sitoplasmanya akan berkurang.
Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru
terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang
disebut lakuna. Lakuna dihuni osteosit beserta juluran-julurannya, bersama
sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur.
Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra
sel yang secara
aktif menyintesis
protein untuk
dikeluarkan.
Osteoblas
merupakan
sel yang
terpolarisasi.
Komponen
matriks disekresi
pada permukaan
sel, yang
berkontak
dengan matriks tulang yang lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks
baru (namun belum berkapur) yang disebut osteoid, diantara lapisan osteoblas
dan tulang yang baru dibentuk. Proses ini, yaitu aposisi tulang, dituntaskan
dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru
terbentuk.
2. Osteosit
3. Osteoklas
MATRIKS TULANG
Kira-kira 50% dari berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang
teristimewa banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat, sitrat,
magnesium, kalium dan natrium juga ditemukan. Studi difraksi sinar x
memperlihatkan bahwa kalsium dan fosfor membentuk kristal hidroksiapatit dengan
komposisi Ca10(PO4)6(OH)2. Meskipun begitu,kristal-kristal ini menunjukan
ketidaksempurnaan dan tidak identik dengan hidroksiapatit yang ditemukan dalam
mineral karang. Kalsium amorf(non kristal) juga banyak dijumpai. Pada mikrograf
elektron,kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai lempengan yang terletak
disamping serabut kolagen, namun dikelilingi oleh substansi dasar. Ion permukaan
hidroksiapatit berhidrasi dan selapis air dan ion terbentuk disekitar kristal. Lapisan
ini, yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara kristal dan cairan tubuh.
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar,
yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik.
Glikoprotein tulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks
tulang. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan
tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi,
matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen.
Lapisan Tulang
PERIOSTEUM & ENDOSTEUM
Permukaan luar dan dalam dari tulang ditutupi lapisan sel-sel pembentuk-
tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum teridiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat
kolagen periosteum, yang disebut serat Sharpey, memasuki matriks tulang dan
mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak
mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip-fibroblas yang disebut sel osteoprogenitor,
yang berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Studi
autoradiografi memperlihatkan bahwa sel-sel ini menangkap timidin- 3H, yang
kemudian ditemukan di dalam osteoblas. Sel osteoprogenitor berperan penting pada
pertmbuhan dan perbaikan tulang.