DISUSUN OLEH :
LABARTA NAIBAHO
(3183131025)
PENDIDIKAN GEOGRAFI
TA.2020.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dihaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan mohon dimaklumi
apabila dalam makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang salah atau kurang tepat bagi
para pembaca makalah ini.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih pada
pihak yang membantu dan semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya agar makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui pentingnya peran nila-nilai Pancasila pada generasi muda di era
modern guna membangun rasa nasionalisme ;
2. Mengetahui cara-cara pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada generasi muda
guna membangun rasa nasionalisme ;
1.4 Manfaat.
1. Mengetahui solusi penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi muda Indonesia
guna membangun rasa nasionalisme bangsa di era modern ;
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila pada generasi
muda Indonesia di era modern ;
3. Mengetahui pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi muda di
era modern
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam susunan konsep pada Piagam Jakarta tersebut yang menyerupai pada sila Pancasila
kini. Namun sebelum ditetapkan dan disahkan ada perubahan pada sila pertama dengan
menghapuskan kata-kata “…, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pmeluknya” sehingga tinggal kata-kata “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” saja . Perubahan itu
terjadi karena adanya reaksi dari Indonesia Timur, dimana disana agama Nasrani berkembang
cukup luas, Indonesia memiliki berbagai keyakinan, tidak hanya Islam meskipun mayoritas.
Mengingat pula agama Hindu dan Budha pernah tersebar luas dengan dibuktikan adanya
kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, seperti
tersebut diatas bersidang dan mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia, yang meliputi
Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan tentang pokok-pokok pikiran di dalamnya . Di
dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum bunyi sila-sila Pancasila pada alinea ke IV, yakni :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sejarah lahirnya pancasila tentu terdapat pula peran para generasi muda. Seperti
tercantum pada latar belakang makalah. Generasi muda Indonesia telah memikirkan perlunya
dasar negara yang harus dibudayakan, dihayati, dan diamalkan pada kehidupan yang nyata.
Sehubung dengan kekhasan jiwa pemuda yang setiap langkah lakunya dilakukan dengan
kenyataan ayng ada di sekitarnya, dan kemurnian serta keberanian dalam menyerap nilai-nilai
dan gagasan baru (H. Muzayin Ar, M.Ed, 1990 : 3)
Perjalanan panjang melahirkan kembali Pancasila oleh para pendiri bangsa tentu tidaklah
mudah, banyak berbagai macam hambatan di dalamnya. Hambatan itu pula tidak terjadi saat
proses dirumuskan hingga disahkannya Pancasila, namun hambatan itu selalu ada dalam
setiap zaman dan memiliki hambatan yang berbeda-beda. Hambatan ini merupakan tugas dari
segala lapisan masyarakat, utamanya generasi muda. Perlunya penhayatan dan pengamalan
kembali nilai-nilai Pancasila pada generasi muda sangatlah perlu guna menghargai jasa para
pendiri bangsa dan juga perlu guna menumbuhkan rasa nasionalisme dalam jiwa generasi
muda kini.
Dalam proses pembentukan identitas dan nasionalisme di Indonesia di awali dengan masa
perjuangan bangsa melawan penjajah Belanda. Perjuangan tersebut dahulu dilakukan secara
kedaerahan atau melakukan gerakan perlawanan secara lokal, seperti : Pangeran Diponegoro,
Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, dan lain-lain. Perlawanan semacam ini dinilai banyak
mengalami kegagalan dan bangsa Indonesia banyak mengalami merugikan.
Pada permulaan tahun 1900-an, mulailah muncul gerakan nasional
yang diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi politik. Organisasi ini juga dipelopori
oleh para generasi muda yang telah mendapatkan pendidikan tinggi, antara lain pendidikan
Kedokteran, sekolah dokter terkenal adalah STOVIA yang bertepat di Jakarta. Para pelajar di
STOVIA sering bertukar pikiran dengan pelajar lain mengenai penderitaan rakyat oleh
penjajahan Belanda.
Dengan pertukaran pikiran itu para pelajar Indonesia mulai muncul pemikiran, gagasan,
dan cita-cita untuk melakukan perjuangan. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Dr.
Sutomo, bersama Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tanggal 20 Mei 1908 mendirikan Budi
Utomo, organisasi modern pertama yang ada di Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah untuk
memajukan pengajaran dan kebudayaan di Indonesia, dan hal ini mengawali kebangkitan
nasional.
Pada Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa (Nation) Indonesia, yang ada baru
idea, gagasan, cita-cita untuk membentuk suatu bangsa yang bersatu dalam suatu wilayah
tertentu dengan cita-cita yang sama. ( Edi Purwinarto, 2008 : 44)
Gagasan itu barulah terwujud pada tahun 1928, dimana para organisasi pemuda dari suku
dan daerah yang berbeda-beda, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong Ambon
dan yang lainnya. Organisasi itu berkumpul dan melakukan kongres pertama yang bersifat
Nasional dan menyerukan dan bersumpah bahwa hanya ada satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia, satu bahasa yaitu bahsa Indonesia, dan satu tanah air yaitu Indonesia. Dalam
kongres ini pula pertama kalinya dinyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, yang
diciptakan oleh W.R Supratman.
Mengenai kongres pemuda yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Pemuda”, Edi
Purwinarto (2008 : 44-45) mengatakan sebagai berikut :
Meskipun Sumpah Pemuda telah menjadi pondasi awal terbentuknya suatu bangsa,
namun secara de jure dan de facto, bangsa Indonesia dengan suatu Negara yang merdeka
belum ada, masyarakat Indonesia masih merupakan rakyat yang terjajah dengan status
Nederlands Onderdaan (kaula budak kerajaan Belanda), karena pihak penjajah tidak
menginginkan adanya persatuan dan pembentukan suatu bangsa di wilayah jajahannya,
mereka tetap memandang persatuan para pemuda sebagai kelompok-kelompok etnis, yang
satu dengan lainnya diadu domba, dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil, namun
ikrar bersama para pemuda ini amat besar artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia sebagai
pembangkit semangat dan mendorong untuk secepatnya merealisasikan cita-cita merdeka
yang dirintis sejak tahun 1908.
Dilanjutkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang mana juga
terdapat peran generasi muda. Terdapat perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda
saat itu. Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, dan golongan muda terdiri dari
Syahrir, Sukarni dan lainnya. Pada akhirnya perbedaan pendapat itu memunculkan peristiwa
penculikan Sukarno dan Hatta ke daerah Rengasdengklok. Maksud dari penculikan ini
adalah, generasi muda menginginkan agar proklamasi segera terlaksana, dan agar terbebas
dari pengaruh Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, generasi muda juga memegang peranan penting dalam
proses revolusi di Indonesia. Pada masa akhir orde lama kepemimpinan Sukarno, pergerakan
mahasiswa dikenal dengan mahasiswa angkatan ‘66 dan bekerjasama dengan berbagai
organisasi pergerakan lainnya berhasil menggulingkan rezim Sukarno, dengan tuntutan
TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi : turunkan harga, bubarkan PKI,dan rombakan
kabinet.
Keberhasilan para generasi muda itu kembali ada pada akhir orde baru menuju Reformasi
tepatnya pada tahun 1998 yang kemudian dijuluki dengan angkatan ’98 . Para generasi muda
melakukan beberapa aksi yaitu penumpasan KKN sekaligus penggulingan presiden Suharto.
Saat peristiwa ini juga terdapat kejadian dimana ada penembakan pada mahasiswa
Universitas Trisakti saat melakukan demonstrasi.
Dengan rentetan peristiwa perjuangan bangsa serta peran penting generasi muda di
dalamnya, semangat nasionalisme pula telah tercermin dalam generasi muda terdahulu.
Semangat generasi muda terdahulu sangat erat dengan semangat nasionalisme.
Kaitan erat semangat generasi muda dengan smangat nasionalisme, seperti yang
dituliskan I Basis Susilo ( 2008 : 84), dalam buku Pemuda dan Nasionalisme bahwa, “
mengaitkan kebangsaan dengan kaum muda memang pada tempatnya, karena sejarah bangsa
kita dan bangsa-bangsa lain telah menunjukan betapa erat hubungannya antara kaum muda
dengan kebangsaan. Ukuran tinggi rendahnya kadar kebangsaan masyarakat umumnya ada
pada diri kaum mudanya !”.
Meyakini dengan benar bahwa Tuhan YME adalah pencipta alam semesta beserta
isinya, termasuk manusia,
Iman (percaya) dan taqwa dengan keyakinan yang dipilih, dan dimplementasikan
dalam perbuatan sehari-hari yang berupa ibadah dan berupa amalan-amalan baik
kepada sesama,
Berupaya untuk selalu mempelajari ajaran Tuhan pada kitabNya guna memperluas
pemahaman tentang ajaran agama,
Berlaku hormat terhadap pemeluk agama lain dengan cara tidak merendahkan dan
menilai salah terhadap ajaran agama lain,
Berupaya untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama selaku warganegara
yang sama yaitu warganegara Indonesia,
Memberikan kebebasan kepada orang lain tentang hak memilih agama yang
diyakinininya,
Berupaya membangun kerjasama dengan umat beragama lain dalam bidang-bidang
sosial dan pembangunan nasional.
Menjauhi segala ideologi yang mengatas namakan agama juga dirasa perlu. Di
era modern kini ideology dari bangsa manapun dapat dengan mudah masuk kedalam
Bangsa Indonesia. Dengan penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan para
generasi muda dapat memfilter ideologi yang tidak sesuai itu.
Di era modern ini, Pancasila mampu menjadi pedoman, utamanya bagi para generasi
muda untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan, sesuai dengan sila ke-2. Diharapkan pula pada
penanaman nilai Pancasila dengan upayanya, menghapuskan permasalahan-permasalahan
dengan latar belakang kemanusiaan.
c. Persatuan Indonesia
Mengacu pada semboyan Bangsa Indonesia “ Bhineka Tunggal Ika”, yang berasal dari
bahasa Sansekerta dengan mengutip dari kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular. Semboyan
itu berarti “berbeda-beda tapi tetap satu jua”, mencerminkan bahwa Bangsa Indonesia adalah
bangsa kepulauan dengan berbagai kemajemukan di dalamnya dan dapat bersatu.
Bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang dimiliki oleh suatu etnis tertentu saja,
Bangsa Indonesia adalah milik bersama. Dalam memersatukan Indonesia peran generasi
muda juga berpengaruh, pada Kongres Sumpah Pemuda para pemuda dari berbagai etnis
bersepakat untuk bersatu, dan peristiwa itu menjadi landasan awal terwujudnya persatuan
Indonesia.
Pada Sila ini dapat ditanamkan nilai-nilai kesatuan dalam berbangsa. Dimana kesatuan itu
meliputi : Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Bangsa Indonesia juga merupakan
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain dan memiliki kekhasan sendiri. Tercermin dari
bersatunya Indonesia dengan perbedaan- perbedaan yang ada. Dalam hal ini pula rasa
nasionalisme sangat diperlukan guna memperkokoh persatuan Indonesia.
Upaya yang dapat diamalkan para generasi muda saat ini dapat dilakukan dalam
berkehidupan berbangsa dan bertanah air, diantara lain :
Memiliki kebanggaan berbangsa dan bertanah air Indonesia,
Ikut serta dalam upaya bela negara,
Berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional,
Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi atau golongan,
Mengikuti jejak-jejak para pahlawan bangsa yang telah berjasa membela tannah air
dengan berbagai kegiatan,
Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Pada era modern ini, penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda adalah faktor
terpenting guna mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat dari pembahasan
sisi historis diatas, bahwa tekad untuk memersatukan Indonesia dan rasa nasionalisme para
generasi muda terdahulu dapat dijadikan sumber inspirasi dan motivasi guna membangun
rasa nasionalisme.
Oleh karenanya, generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa yang besar
terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan jiwa persatuan tersebut disertai dengan
sikap rela berkorban untuk kepentingan nasional serta memupuk rasa kebangsaan sbagai
bangsa Indonesia dimanapun ia berada (H.Muzayin Ar, 1990 : 27).
Pada era modern kini, kecenderungan generasi muda untuk tidak memusyawarahkan
setiap masalah sangat tinggi. Dengan kemajuan teknologi para generasi muda termanjakan
dengan proses instant dalam bertindak dan dalam beraktivitas. Generasi Muda juga akan
tertanam rasa nasionalisme jika mewujudkan sila ini. Sifat musyawarah dan gotong royong
yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia, dan jika setiap permasalahan di selesaikan
dengan musyawarah maka akan tergerus konflik-konflik atas nama individu.
Berusaha menghindarkan segala bentuk permusuhan dan perpecahan serta sikap hidup
yang mementingkan diri sendiri,
Menumbuhkan rasa suka bekerja keras,
Menanamkan sikap suka rela membantu orang lain dalam masyarakat,
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum,
Melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum,
Menjauhi sikap hidup konsumtif dan mewah dan senantiasa untuk hidup sederhana.
Dengan pengamalan sila ke lima ini oleh berbagai pihak maka akan terminimalisir
terjadinya kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan di Indonesia, terjadinya banyak
eksploitasi di Indonesia juga karena kurangnya pengamalan sila keadilan. Keadilan juga
merupakan watak khas kehidupan bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia dan harus dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda guna mmbangun
rasa nasionalisme.
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya karena merupakan satu kebulatan yang utuh. Tidak akan dirasakan kegunaannya
dalam masyarakat apabila tidak dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara
sungguh-sungguh dan dilandasi dengan komitmen.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila ini juga merupakan tugas bersama. Namun agar tetap
lestari dan dapat dikembangkan, peran generasi muda sangat penting. Pada era modern kini
tidak ada yang memfilter segala budaya modern yang masuk kedalam bangsa Indonesia
kecuali Pancasila. Hanya dengan pengamalan dan peghayatan Pancasilalah yang dapat
membangun jiwa nasionalisme dan patriotisme pada generasi muda.
3.2 Saran
Sebagian besar generasi muda Indonesia sejatinya masih memiliki hati yang murni dan
kemauan kuat untuk memperjuangkan bangsa Indonesia kedepan. Kaum muda selalu
memberikan harapan. Dari harapan itulah mereka berjuang (Hariyono 2014 : 207). Semoga
para generasi muda Indonesia tidak ditidurkan dengan segala kemegahan era modern kini,
namun tetap menjadi generasi muda yang berjiwa Pancasila dan nasionalis selalu berpikiran
optimis untuk menggapai cita-cita luhur bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ar, Muzayin. 1990. Ideologi Pancasila Bimbingan Ke Arah Penghayatan dan Pengamalan Bagi
Remaja. Jakarta : Golden Terayon Press