Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK

Penatalaksanaan Diet pada Pasien Obs. Hematemesis melena susp.


Rupture Varises Esofagus pada Cirrhosis Hepatitis Child B, Hepatitis B

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK/SHIFT : 5/1
NAMA:
Rania Mardhyana (13/353281/KU/16130)
Rizky Nabila Diani (13/345759/KU/15670)
Annisa Nurlatifa F. (13/348699/KU/15911)
Lindi Yonika (13/348792/KU/15926)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
ASSESSMENT

A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S No RM : 01.45.97.49
Umur : 50 tahun Ruang : Bougenvil 4
Sex : Laki-laki Tanggal Masuk : 29 September 2015
Pekerjaan : Petani Tanggal Kasus : 02 Oktober 2015
Pendidikan : SD Alamat : Klaten
Agama : Islam Diagnosis Medis : Obs. Hematemesis melena
susp. Rupture Varises
Esofagus pada Cirrhosis
Hepatitis Child B, Hepatitis B

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Keluhan Utama Muntah darah dan BAB Hitam
Riwayat Penyakit 1 HSMRS pasien mengeluh muntah darah (+) 3x @1
Sekarang gelas belimbing, BAB hitam 1x (+), demam (-), lemas
(+)
HMRS : sulit menelan (+)
Riwayat Penyakit Hepatitis B sejak 2 tahun yang lalu
Dahulu
Riwayat Penyakit Kakak kandung meninggal karena penyakit liver
Keluarga

3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi


Data Sosio Ekonomi Penghasilan : -
Jumlah anggota keluarga : 4 orang
Suku :Jawa
Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja : 12 jam
Jumlah tidur sehari : 6-8 jam
Jenis olahraga : -
Frekuensi olahraga : -
Alergi makanan Makanan :tidakadaalergimakanan
Penyebab : -
Jenis diet khusus : -
Alasan : -
Yang menganjurkan : -
Masalah Nyeri ulu hati (-), Mual (+), muntah (+), diare (+),
Gastrointestinal Konstipasi (-), anoreksia (+), Perubahan
pengecapan/penciuman (-)
Penyakit kronik Hepatitis B
Kesehatan mulut Sulit menelan (+), sulit mengunyaj (-), stomatitis (-),
gigi lengkap (+)
Pengobatan -
Perubahan berat Berkurang 2 kg, lamanya 1 bulan terakhir dan tidak
badan disengaja
Mempersiapkan Makanan dipersiapkan oleh istri
makanan
Riwayat/ pola makan Pasien biasa makan teratur 3x/hari, makan selingan
3x
Makanan pokok :
Nasi 3x/hari @ 2 centong
Lauk hewani :
Ayam, telur, ikan asin (goreng) (2-3x/minggu) @ 1
butir/ 1 ekor
Lauk nabati :
Tahu dan tempe 2-3/xhari 1 potong sdg
Sayur :
Sawi, bayam, kangkung, wortel (ditumis) sehari 3x @
½ sendok sayur
Buah :
Pisang 2x/minggu 1 buah; apel 2x/bulan @1 buah;
pepaya 1x/minggu 1 ptg sdg; jeruk 1x/minggu 1 buah

Minuman :
Air putih, teh manis

Sejak sakit pasien menghindari makanan


berkolesterol tinggi.

Pembahasan dan kesimpulan :


Dilihat dari riwayat penyakit diketahui bahwa pasien S menderita sirosis
hati akibat hepatitis B disertai dengan hematemesis melena dan varises
esophagus. Pasien juga mengalami muntah darah dan didapati BAB berwarna
hitam. Pasien S memiliki riwayat penyakit hepatitis B dua tahun yang lalu dan
mengalami penurunan berat bedan sebesar 2 kg selama 1 bulan terakhir yang
merupakan salah satu gejala dari sirosis hati yang diawali dengan rasa fatigue
dan kelelahan lalu diikuti oleh mual, muntah, diare, dan anoreksia sehingga
nafsu makan berkurang (Lee, 2015).
Jika dilihat dari kebiasaan makan pasien S, beliau memiliki frekuensi
makan 3 kali sehari dengan 3 kali selingan. Makanan yang sering dikonsumsi
adalah sumber karbohidrat berupa nasi, bermacam-macam lauk hewani berupa
ayam, telur, ikan asin, lauk nabati berupa tahu tempe, bermacam sayuran seperti
sawi, bayam, kangkung, wortel yang diolah dengan ditumis. Bermacam-macam
buah disukai oleh pasien S walaupun tidak setiap hari dikonsumsi seperti pisang,
apel, pepaya, dan jeruk.

B. ANTROPOMETRI
TB Berat Badan LLA
155 cm 47 kg 27 cm

Pembahasan dan kesimpulan :


IMT = BB (kg)/ TB2(m) = 47/2,40
= 19,6
LLAAktual
Persentil LLA = x 100%
LLAPersentil
27
= x 100% = 83,8 %
32.2
Berdasarkan hasil perhitungan IMT sebesar 19,6 dan perhitungan persentil LLA
sebesar 83,8 maka status gizi pasien tergolong normal

C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Satuan/ Nilai Awal Masuk RS Keterangan
urin/ Darah Normal
HGB 12-16 g/dL 6,2 Rendah
Alb 3,5-5 g/dL 3,41 Rendah
BUN 7-20 mg/dL 32,5 Tinggi
SGOT 15-46 U/L 24,5 Normal
SGPT 11-66 U/L 16 Normal (batas
bawah)
Cholesterol 2,50-8,60 mg/dL 4,8
Normal
Total
Cholin 5,9 – 12,2 U/mL 4,8
Rendah
Esterase
Protein Total 6,3-8,2 g/dL 6,25 Rendah
T Bil 0,1 – 1 g/dL 0,36 Normal
D Bil 0 – 0,25 0,1 Normal

Pembahasan dan kesimpulan :


Berdasarkan hasil laboratorium, diketahui terjadi penurunan kadar
hemoglobin, albumin, cholin esterase, dan protein total. Sedangkan BUN
mengalami kenaikan. Pemeriksaan laboratorium lain berupa SGOT, SGPT, total
kolesterol, total bilirubin, dan direct (conjugated) bilirubin berada dalam range
normal. Hemoglobin pada pasien S mengalami penurunan dikarenakan pasien S
mengalami pendarahan di saluran gastrointestinal sehingga terjadi hematemesis
melena yang keluar melalui muntah dan BAB (Lee, 2015). Kadar albumin, protein
total, dan cholin esterase juga mengalami penurunan dikarenakan menurunnya
parenkim hati yang berguna untuk mensintesis albumin. Begitu pula dengan
cholinesterase yang disintesis di retikulum endoplasma di hati akan menurun
diakibatkan terjadinya kerusakan hati (Kuntz, 2009). BUN mengalami kenaikan
dikarenakan kondisi pendarahan pada gastrointestinal atas mengakibatkan
terjadinya hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal dan GFR akan menurun.
Penurunan GFR mengakibatkan BUN meningkat. (Pollak, 2011)

D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK


1. Kesan Umum : sedang, compos mentis, lemah, mual, anemis
2. Vital Sign :
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Awal Masuk RS Awal Kasus
Tekanan Darah
120/80 130/80 110/70
(mmHg)
Nadi (x/menit) 80-100 84 64
Respirasi (x/menit) 20-40 20 20
Suhu 36-37 Afebris Afebris
3. Kepala/abdomen/extremitas,dll:
 Kepala : CA +/+, SI -/-
 N Leher : supraxmn+vb
 Pulmo : 24 jam cardiomegaly (+)
 Abdomen : NTE (+)

Pembahasan dan kesimpulan :


Secara umum, pasien terlihat dalam kondisi compos mentis namun
lemah, mual, dan anemis yang dikarenakan kondisi hematemesis melena.
Terdapat perubahan hasil pemeriksaan vital sign dimana tekanan darah dan
denyut nadi menurun, namun masih berada di batas normal bawah. Respirasi
pasien juga masih normal dan tidak adanya kenaikan suhu tubuh.
Pasien mengalami conjungtiva anemis dikarenakan kondisi anemis
namun tidak terjadi sklera ikterik (kuning). Pasien S juga mengalami
mononuclear pada bagian leher yang menunjukkan terjadinya varises esophagus
serta mengalami pembesaran jantung dan terdapat adanya nyeri di sekitar
abdomen yang dapat disebabkan oleh kondisi gangguan fungsi hati di wilayah
abdomen dextra.

E. ASUPAN ZAT GIZI


Hasil Recall 24 jam diet : Rumah Sakit
Tanggal : 1 Oktober 2015
Diet RS : Zonde DH II
Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan Oral 1246,6 69,9 34,3 163,2
Kebutuhan 1902,5 56,9 51,2 312,6
% Asupan 65,5 122,8 66,9 52,2

Pembahasan dan kesimpulan :


Asupan energi, lemak, dan karbohidrat pasien S inadekuat karena <80%
(Ariningsih, 2008) dimana asupan energi hanya memenuhi 65,5 %, lemak hanya
66,9%, dan karbohidrat 52,2%. Sedangkan asupan protein berlebih.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : SR HR 90x/menit
Rothory : pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal
Endoscopy : 23 Maret 2007
Esofagus : tampak VE grade 3 dengan RCS (+) dengan ancaman
perdarahan segar
Gaster : mukosa tampak sembab dan multiple erosi dengan GK ++
Duodenum : mukosa bulbus dan pars asenden dan desenden (N), tak
Nampak ulkus
Pembahasan dan kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien S memiliki denyut nadi normal dan
tidak ada kelainan pada paru-paru dan jantung. Namun dari pemeriksaan
endoscopy, pasien S mengalami varises esophagus grade 3 yang sudah disertai
warna kemerahan (RCS) dan berisiko terjadi perdarahan segar akibat varises
tersebut. Pada gaster juga terjadi erosi (nekrosis) tingkat sedang dan bagian
duodenum tidak mengalami kelainan apapun (normal).

G. TERAPI MEDIS
Jenis Obat/ Fungsi Interaksi dengan Solusi
Tindakan Zat Gizi
Collistin 3xII tab Antibiotik dari strain Diminum
Paenibacillus setelah makan
polymyxa yang
digunakan untuk
melawan bakteri
Gram negatif
Lactulac syr 3xCI Asam organik hasil - Diminum pada
hidrolisis di kolon waktu makan
akan menaikkan pagi untuk
tekanan osmosis mencegah
dan suasana asam rasa tidak
sehingga feses nyaman di
menjadi lunak. gastrointestinal
Diberikan pada
kondisi pre-koma
hepatik dan koma
hepatik
Lavemen Merangsang - -
peristaltik kolon
untuk buang air
besar sebagai
persiapan
pemeriksaan operasi
yang diberikan
melalui anus dan
langsung ke rectum
hingga kolon
Taxegram 1g/12 Antibiotik yang - -
jam diberikan dalam
kondisi infeksi yang
bersifat bakterisidal
dengan
menghambat
sintesis dinding sel
Cefotaxim 1g/12 Antibiotik yang - -
jam melawan bakteri
Gram negatif dan
Gram positif dengan
menghambat
sintesis dinding sel
bakteri
Vit K 1A/8 jam Mengandung vitamin - Pemberian
K1 dan K2 utnuk setiap 8 jam
membantu proses
pembekuan darah
dan menghentikan
pendarahan
NaCl 0,9% Larutan elektrolit - -
yang diberikan
melalui intravena
untuk memenuhi
kebutuhan normal
akan cairan dan
elektrolit, untuk
pasien yang mual,
muntah, diare, dan
tidak dapat
memenuhi
kebutuhannya
melalui mulut

BAB II
DIAGNOSIS GIZI

1. (NI-2.1) Asupan makan inadekuat berkaitan dengan masalah


gastrointestinal dan kondisi sirosis hati dibuktikan oleh mual, muntah,
diare, anorexia, hasil recall dibawah 80% dan kondisi hematemesis
melena, varises esophagus dan hasil pemeriksaan biokimia kadar albumin
dan protein total rendah.
BAB III
INTERVENSI GIZI

1. Tujuan Diet
a. Mencegah kerusakan hati lebih lanjut yang progresif
b. Memberi makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi, sesuai
kemampuan saluran cerna dan daya terima
2. Syarat/Prinsip Diet
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
b. Lemak cukup, yaitu 25% dari kebutuhan energi total
c. Protein cukup, yaitu 1 g/kg BB
d. Karbohidrat 60-70% atau sesuai kebutuhan
e. Makanan diberikan dalam bentuk cair

3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


a. Energi
TEE = 35 kkal x 47 kg = 1645 kkal

b. Protein
Protein = 1 g x 47 kg = 47 gram = 188 kkal

c. Lemak
Lemak = 25% x 1645 kkal = 411,25 kkal = 45,7 gram

d. Karbohidrat
Karbohidrat = 1645 – 188 – 411,25 = 1045,75 kkal = 261,4 gram

4. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian


Terapi Diet : Diet Hati II
Bentuk Makanan : Cair Kental
Cara Pemberian : Enteral (NGT)
5. Rekomendasi Diet
Waktu Makan Menu Bahan Makanan Jumlah
Pagi Formula Pagi Tepung beras 45 gram
Telur ayam 55 gram
Bayam 75 gram
Minyak goreng 5 gram
Gula pasir 10 gram
Tempe 25 gram
Air putih 407 ml
Selingan pagi Jus Semangka Semangka 180 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 96 ml
Siang Formula Siang Tepung maizena 45 gram
Daging ayam 40 gram
Tempe 25 gram
Kangkung 75 gram
Minyak goring 10 gram
Air putih 432 ml
Jus Pepaya Pepaya 100 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 77 ml
Selingan sore Jus Jambu Jambu biji 100 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 89 ml
Malam Formula Malam Tepung hunkwee 45 gram
Daging ayam 40 gram
Buncis 75 gram
Minyak goring 5 gram
Air putih 354 ml
Jus pepaya Pepaya 100 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 77 ml
Selingan malam Jus Melon Melon 190 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 111 ml
Implementasi Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
Rekomendasi 1647 51,4 47,6 260,2
Kebutuhan 1645 47 45,7 261,4
%Asupan 100% 109% 104% 99%

6. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target
Antropometri BB Seminggu sekali Tetap/Naik
Biokimia Hemoglobin, Menyesuaikan Normal
albumin, ureum, dokter
cholin esterase,
protein total
Fisik klinik  Vital sign Menyesuaikan  Normal
(TD, RR, dokter  Conjungtiva
suhu, nadi) anemis (-)
 Conjungtiva  Varises
anemis esophagus
 Varises berkurang
esophagus  Nyeri perut
 Nyeri perut berkurang
Asupan zat gizi Asupan energi, Setiap hari Minimal
protein, lemak, memenuhi
karbohidrat kebutuhan basal

7. Rencana Konsultasi Gizi


Tujuan Materi
Masalah Gizi Keterangan
Konseling Gizi Konseling
Asupan makan Memberi Bentuk makanan Konseling gizi
inadekuat makanan sesuai sesuai daya diberikan kepada
kemampuan terima saluran pasien dan
saluran cerna cerna keluarga pasien
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pemeriksaan antropometri dari indeks massa tubuh (IMT) dan
LLA, status gizi pasien termasuk normal.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, nilai HGB, albumin, cholin
esterase dan protein total rendah. Sementara itu, nilai BUN tergolong
tinggi. Sedangkan, SGOT, SGPT, kolesterol total, T Bil dan D Bil tergolong
normal.
3. Hasil pemeriksaan fisik klinis pasien menunjukkan bahwa pasien dalam
kondisi compos mentis namun lemah, mual, dan anemis. Terdapat
perubahan hasil pemeriksaan vital sign dimana tekanan darah dan denyut
nadi menurun, namun masih berada di batas normal bawah. Respirasi
pasien tergolong normal dan tidak ada kenaikan suhu tubuh.
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan energi, lemak, dan karbohidrat
pasien tergolong inadekuat karena <80% dimana asupan energi hanya
memenuhi 65,5 %, lemak hanya 66,9%, dan karbohidrat 52,2%.
Sedangkan asupan protein berlebih sebesar 122,8%.

B. SARAN
1. Untuk Pasien
Sebaiknya pasien memperbaiki asupan makan yang adekuat dengan
memperhatikan daya terimanya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh
dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut yang progresif
2. Untuk Keluarga Pasien
Sebaiknya pihak keluarga senantiasa memotivasi pasien untuk melakukan
pola makan yang benar agar kebutuhan zat gizi tercukupi.
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan


karena virus Hepatitis B, dimana termasuk dalam keluarga hepadnavirus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang berlanjut
menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus Hepatitis B merupakan virus DNA
yang berkulit ganda dan berukuran 42 nm. Infeksi virus hepatitis B sendiri
merupakan infeksi sistemik yang dapat menimbulkan peradangan dan
nekrosis sel hati sehingga mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan
klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.
Menurut Mustofa & Kurniawaty (2013), Hepatitis B akut terjadi jika
perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan, sedangkan Hepatitis B kronis terjadi
jika penyakit tidak sembuh atau berlanjut lebih dari 6 bulan sejak timbul
keluhan dan gejala penyakit. Gejala klinis hepatitis B akut dapat dilihat dari
tahap-tahap yang ditimbulkan yang diakibatkan karena peradangan hati
yaitu :
1. Masa Inkubasi
2. Fase Prodromal
3. Fase Ikterus
4. Fase Penyembuhan

Perjalanan dari hepatitis B kronis dapat dibagi menjadi fase :


1. Fase Imunotoleransi
2. Fase Imunoaktif
3. Fase Residual

Penularan virus Hepatitis B biasanya melalui perenteral dan


menembus mukosa, trutama hubungan seksual (Price & Wilson, 2012).
Menurut Thedja (2012), penanda HBsAg diidentifikasi hamper di setiap
cairan tubuh pada orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis B yakni air
mata, asites, air liur, cairan seminal, cairan serebrospinal dan ASI. Untuk di
negara Indonesia sendiri jalur penularan infeksi yang terbanyak dengan
melalui parenteral yakni transmisi maternal-neonatal atau secara seksual,
iatrogenic, dan penggunaan jarum suntik bersamaan.
Individu-individu yang beresiko terinfeksi virus hepatitis B ini yakni :
1. Pasangan seks orang yang terinfeksi
2. Pengguna narkoba suntik
3. Bayi yang dilahirkan wanita yang terinfeksi
4. Orang yang mempunyai banyak pasangan seks
5. Pria yang berhubungan kelamin dengan pria
6. Pasien hemodialysis
7. Petugas pelayanan kesehatan
8. Anak orang yang lahir di negara dengan angka tinggi infeksi
hepatitis B
9. Kontak di rumah dengan orang yang terinfeksi hepatitis B

B. HEMATEMESIS MELENA

Hematemesis merupakan muntah darah segar (biasanya berwarna


merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang mengindikasikan
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum
Treitz. (DU, 2013). Warna yang dihasilkan pada penderita hematemesis
tergantung pada lamanya kontak antara darah dengan asam lambung dan
besar kecilnya perdarahan. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA),
terutama dari duodenum juga dapat bermanifestasi dalam bentuk melena.
Melena merupakan kondisi dimana keluarnya tinja yang lengket dan
hitam dimana menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna hitam atau merah gelap yang
dihasilkan merupakan akibat dari hasil konversi Hb menjadi hematin oleh
bakteri setelah 14 jam (Sylvia, 2005). Kejadian melena sendiri dapat
dijumpai bersamaan dengan hematemesis atau tersendiri, untuk
hematemesis biasanya terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum. Kedua penyakit ini merupakan suatu penyakit yang cukup serius
sehingga sangat memerlukan perawatan segera (Ponijan, 2012).
Etiologi kejadian hematemesis melena dapat dibagi menjadi : (Ponijan,
2012)
1. Kelainan di esophagus
a) Varises esophagus

Dimana kejadian penyakit disebabkan karena pecahnya varises


esophagus. Penderita tidak mengeluh nyeri atau pedih di
epigastrium. Umumnya perdarahan timbul secara spontan dan
massif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitaman dan tidak
membeku karena telah bercampur dengan asam lambung.
b) Karsinoma esophagus

Penderita sering mengeluh mengalami melena daripada


hematemesis. Penderita juga mengalami disfagia, badan kurus
dan anemis, muntah darah dengan frekuensi 1 kali serta tidak
massif.
c) Sindroma Mallory-Weiss

Disebabkan karena terlalu sering muntah hebat dan terjadi


terus menerus. Kejadian terjadi sebelum hematemesis yang
didahului muntah hebat dan akhirnya timbul perdarahan.
d) Esophagitis dan Tukak Esohagus

Esophagus yang mengalami perdarahan dimana lebih sering


kronis dan ringan, sehingga lebih sering menimbulkan melena
daripada hematemesis.
2. Kelainan di lambung
a) Gastritis Erisova Hemoragika

Hematemesis yang tidak massif dan timbul setelah penderita


meminum obat yang dapat mengiritasi lambung, dimana
penderita mengeluh nyeri ulu hati sebelum akhirnya muntah.
b) Tukak Lambung

Penderita mengalami dispepsi yakni mual dan muntah, nyeri


ulu hati dan sebelum kejadian hematemesis, penderita
mengalami rasa nyeri di epigastrium yang berhubungan dengan
makanan
3. Kelainan darah
Terdiri dari limfoma, polisetimia vera, leukemia, anemia,
trombositopenia purpura, dan hemofili.
DAFTAR PUSTAKA

Ariningsih, E. 2008. Konsumsi Dan Kecukupan Energi Dan Protein Rumah


Tangga Pedesaan Di Indonesia: Analisis Data Susenas tahun 1999,
2002, 2005. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan
Pertanian, Departemen Pertanian.
DU, Almi. 2013. Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif Dengan
Riwayat Penggunaan Obat NSAID Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia.
Medula, Volum 1, Nomor 1, September 2013.
Kuntz, Erwin dan Hans-Dieter Kuntz. 2009. Hepatology : Textbook and Atlas 3rd
Edition. Heidelberg : Springer
Lee, Samuel S dan Richard Moreau. 2015. Cirrhosis : A Practical Guide to
Management. Paris : Wiley Blackwell
Mustafa S, Kurniawaty E. 2013. Manajemen Gangguan Saluran Cerna Panduan
Bagi Dokter Umum. Lampung: Anugrah Utama Raharja (Aura).
Pollak, Andrew N et al. 2011. Critical Care Transport. Massachusetts : Jones and
Bartlett.
Ponijan AP, 2012. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses pada tanggal
15 Maret 2016 dari
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/Chapter
%20II.pdf .
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi ke 6. Jakarta: EGC. hlm. 472-500.
Thedja MD. 2012. Genetic diversity of hepatitis B virus in Indonesia:
Epidemiological and clinical significance. Jakarta: DIC creative
Lampiran 1. Nutrisurvey Menu Rekomendasi
==========================================================
Analysis of the food record
==========================================================
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________

BREAKFAST
tepung beras 45 g 162,4 kcal 35,8 g
telur ayam 55 g 85,3 kcal 0,6 g
bayam segar 75 g 27,8 kcal 5,5 g
minyak kelapa sawit 5g 43,1 kcal 0,0 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g
tempe kedele murni 25 g 49,8 kcal 4,3 g

Meal analysis: energy 407,1 kcal (25 %), carbohydrate 56,1 g (22 %)

1. BREAK
semangka 180 g 57,6 kcal 13,0 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 96,3 kcal (6 %), carbohydrate 23,0 g (9 %)

LUNCH
tepung maizena 45 g 171,4 kcal 41,1 g
daging ayam 40 g 114,0 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 25 g 49,8 kcal 4,3 g
kangkung 75 g 11,3 kcal 1,6 g
minyak kelapa sawit 10 g 86,2 kcal 0,0 g
pepaya 100 g 39,0 kcal 9,8 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 510,3 kcal (31 %), carbohydrate 66,7 g (26 %)

2. BREAK
jambu biji 100 g 50,9 kcal 11,9 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 89,6 kcal (5 %), carbohydrate 21,9 g (8 %)

DINNER
tepung hunkwee 45 g 171,4 kcal 41,1 g
daging ayam 40 g 114,0 kcal 0,0 g
buncis mentah 75 g 26,2 kcal 5,9 g
minyak kelapa sawit 5g 43,1 kcal 0,0 g
pepaya 100 g 39,0 kcal 9,8 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 432,3 kcal (26 %), carbohydrate 66,8 g (26 %)

IN BETWEEN
Melon fresh 190 g 72,7 kcal 15,7 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 111,4 kcal (7 %), carbohydrate 25,7 g (10 %)

==========================================================
Result
==========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
energy 1647,0 kcal
100 %
water 171,3 g
-
protein 51,4 g(12%)
109 %
fat 47,6 g(25%)
104 %
carbohydr. 260,2 g(63%)
99 %
dietary fiber 16,6 g
-
alcohol 0,0 g
-
PUFA 7,3 g
-
cholesterol 296,4 mg
-
Vit. A 2281,2 µg
285 %
carotene 0,4 mg
-
Vit. E (eq.) 7,1 mg
89 %
Vit. B1 0,7 mg
63 %
Vit. B2 1,1 mg
83 %
Vit. B6 1,6 mg
99 %
tot. fol.acid 317,5 µg
-
Vit. C 388,4 mg
647 %
sodium 175,3 mg
-
potassium 2534,0 mg
-
calcium 443,2 mg
37 %
magnesium 207,4 mg
74 %
phosphorus 588,4 mg
49 %
iron 9,5 mg
63 %
zinc 5,1 mg
42 %
Lampiran 2. Resep Menu Rekomendasi

Makan Pagi
Formula Pagi
Bahan:
Tepung beras 45 gram
Telur ayam 55 gram
Bayam 75 gram
Minyak goreng 5 gram
Gula pasir 10 gram
Tempe 25 gram
Air putih 407 ml

Cara membuat:
1. Rebus telur ayam dan bayam hingga matang
2. Blender telur ayam dan wortel hingga halus
3. Masukkan tepung maizena ke dalam panci lalu masak.
4. Tambahkan telur ayam dan bayam yang telah halus ke dalam panci.
5. Tambahkan minyak goring dan gula pasir, lalu masak hingga mendidih
6. Tuang formula ke dalam gelas.

Selingan pagi
Jus semangka
Bahan:
Semangka 180 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 96 ml

Cara membuat:
1. Kupas semangka lalu dicuci, potong kecil-kecil
2. Masukkan potongan semangka kedalam blender
3. Tambahkan gula pasir dan air matang ke dalam blender lalu blender
sampai halus dan lembut
4. Sajikan jus semangka ke dalam gelas

Makan Siang
Formula Siang
Bahan:
Tepung maizena 45 gram
Daging ayam 40 gram
Tempe 25 gram
Kangkung 75 gram
Minyak goreng 10 gram
Air putih 432 ml

Cara membuat:
1. Rebus daging ayam dan kangkung.
2. Kukus tempe hingga matang
3. Blender daging ayam, kangkung dan tempe hingga halus
4. Masukkan tepung maizena ke dalam panci lalu masak.
5. Tambahkan daging ayam, temped an kangkung yang telah halus ke
dalam panci.
6. Tambahkan minyak goring dan gula pasir, lalu masak hingga mendidih
7. Tuang formula ke dalam gelas.

Jus Pepaya
Bahan:
Pepaya 100 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 77 ml

Cara Membuat:
1. Potong pepaya lalu masukkan ke dalam wadah blender
2. Tambahkan air matang ke dalam blender lalu blender sampai halus dan
lembut
3. Tuang jus pepaya ke dalam gelas

Selingan Sore
Jus jambu biji
Bahan:
Jambu biji 100 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 89 ml

Cara membuat:
1. Potong daging jambu lalu masukkan ke dalam wadah blender
2. Tambahkan gula pasir dan air matang ke dalam blender lalu blender
sampai halus dan lembut
3. Tuang jus jambu ke dalam gelas dan sajikan

Makan Malam

Formula Malam

Bahan:
Tepung hunkwee 45 gram
Daging ayam 40 gram
Buncis 75 gram
Minyak goreng 5 gram
Air putih 354 ml

Cara membuat:

1. Rebus daging ayam dan buncis.


2. Blender daging ayam dan buncis hingga halus
3. Masukkan tepung hunkwee ke dalam panci lalu masak.
4. Tambahkan daging ayam dan buncis yang telah halus ke dalam panci.
5. Tambahkan minyak goreng dan gula pasir, lalu masak hingga mendidih
6. Tuang formula ke dalam gelas.

Jus Pepaya
Bahan:
Pepaya 100 gram
Gula pasir 100 gram
Air putih 77 ml
Cara Membuat:
1. Potong pepaya lalu masukkan ke dalam wadah blender
2. Tambahkan air matang ke dalam blender lalu blender sampai halus dan
lembut
3. Tuang jus pepaya ke dalam gelas

Selingan Malam
Jus Melon
Bahan:
Melon 190 gram
Gula pasir 10 gram
Air putih 111 ml

Cara membuat:
1. Potong daging jambu lalu masukkan ke dalam wadah blender
2. Tambahkan gula pasir dan air matang ke dalam blender lalu blender
sampai halus dan lembut
3. Tuang jus jambu ke dalam gelas dan sajikan

Anda mungkin juga menyukai